Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hen Ajo Leda
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Hen Ajo Leda adalah seorang yang berprofesi sebagai Buruh. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Solidaritas Warga Pasca Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Flores Timur

Kompas.com - 06/11/2024, 13:37 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, mengalami erupsi pada dini hari tanggal 4 November 2024, mengakibatkan dampak yang signifikan bagi masyarakat sekitarnya.

Kejadian ini menambah daftar panjang bencana vulkanik yang sering terjadi di Indonesia, negara dengan jumlah gunung berapi aktif terbesar di dunia. 

Dalam bencana ini, tercatat sepuluh orang meninggal dunia, sementara sembilan jasad telah berhasil dievakuasi, dan satu korban lainnya masih dalam proses pencarian oleh tim SAR.

Erupsi ini tidak hanya mengakibatkan korban jiwa, tetapi juga meluluhlantakkan sejumlah bangunan dan berdampak luas terhadap masyarakat di tujuh desa yang tersebar di Kecamatan Wulanggitang dan Ile Bura.

Setelah terjadinya erupsi, Pemerintah Kabupaten Flores Timur segera menetapkan status tanggap darurat dari tanggal 4 November hingga 31 Desember 2024 sebagai respons terhadap situasi darurat yang terjadi. 

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) turut menindaklanjuti keadaan ini dengan meningkatkan status aktivitas vulkanik Gunung Lewotobi dari level III (Siaga) menjadi level IV (Awas).

Setelah terdeteksi peningkatan aktivitas vulkanik pada 3 November 2024. Keputusan ini diambil untuk memastikan langkah mitigasi dan penanganan bencana dapat dilakukan dengan cepat dan terkoordinasi.

Dampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki terasa luas, terutama bagi sekitar 2.734 kepala keluarga atau sekitar 10.295 jiwa yang tinggal di kawasan terdampak.

Hujan batu dan suara dentuman yang keras telah mengakibatkan kerusakan serius pada bangunan dan infrastruktur di desa-desa sekitar. 

Selain itu, aktivitas penerbangan di Pulau Flores turut terganggu, dengan empat bandara terpaksa ditutup sementara demi menjaga keselamatan penerbangan dari risiko debu vulkanik yang berpotensi mengancam keamanan pesawat.

Sebagai langkah awal penanggulangan, pemerintah daerah bersama BNPB, serta Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), mengambil berbagai upaya strategis.

Pendirian posko bantuan menjadi salah satu langkah penting yang dilakukan guna mendukung kebutuhan dasar para pengungsi. 

Posko bantuan dari pemerintah menyediakan tenda penampungan, dapur umum, serta pos kesehatan yang mampu memberikan pelayanan kesehatan bagi warga terdampak.

Distribusi bantuan darurat, termasuk obat-obatan, makanan, dan pakaian, juga dilakukan dengan koordinasi bersama berbagai lembaga kemanusiaan guna memastikan setiap kebutuhan dasar korban bencana dapat terpenuhi.

Dalam kondisi ini, koordinasi dan sinergi antar lembaga menjadi sangat penting untuk meminimalisir risiko keterlambatan distribusi bantuan.

Aksi Solidaritas Kampus STPM Santa Ursula Ende

Selain peran pemerintah, aksi solidaritas dari berbagai kelompok masyarakat juga muncul sebagai respons cepat terhadap krisis yang sedang berlangsung.

Salah satu aksi solidaritas yang mencolok adalah yang dilakukan oleh civitas akademika STPM Santa Ursula, sebuah lembaga pendidikan tinggi di Flores yang memiliki kepedulian terhadap pemberdayaan masyarakat. 

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Hari Buku, Tantangan Literasi, dan Rumah Baca

Hari Buku, Tantangan Literasi, dan Rumah Baca

Kata Netizen
Ujian Pernikahan Itu Ada dan Nyata

Ujian Pernikahan Itu Ada dan Nyata

Kata Netizen
Kembalinya Penjurusan di SMA, Inikah yang Dicari?

Kembalinya Penjurusan di SMA, Inikah yang Dicari?

Kata Netizen
Potensi Animasi dan Kerja Kolaborasi Pasca Film 'Jumbo'

Potensi Animasi dan Kerja Kolaborasi Pasca Film "Jumbo"

Kata Netizen
Apa yang Berbeda dari Cara Melamar Zaman Dulu dan Sekarang?

Apa yang Berbeda dari Cara Melamar Zaman Dulu dan Sekarang?

Kata Netizen
Cerita dari Subang, tentang Empang dan Tambak di Mana-mana

Cerita dari Subang, tentang Empang dan Tambak di Mana-mana

Kata Netizen
Benarkan Worklife Balance Sekadar Ilusi?

Benarkan Worklife Balance Sekadar Ilusi?

Kata Netizen
Langkah-langkah Memulai Usaha di Industri Pangan

Langkah-langkah Memulai Usaha di Industri Pangan

Kata Netizen
Urbanisasi, Lebaran, dan 'Bertahan' di Jakarta

Urbanisasi, Lebaran, dan "Bertahan" di Jakarta

Kata Netizen
Proses Baru Karantina di Indonesia, Apa Dampaknya?

Proses Baru Karantina di Indonesia, Apa Dampaknya?

Kata Netizen
Tren Vlogger Kuliner, antara Viralitas dan Etis

Tren Vlogger Kuliner, antara Viralitas dan Etis

Kata Netizen
Kebijakan Tarif Trump dan Tantangan ke Depan bagi Indonesia

Kebijakan Tarif Trump dan Tantangan ke Depan bagi Indonesia

Kata Netizen
Film 'Jumbo' yang Hangat yang Menghibur

Film "Jumbo" yang Hangat yang Menghibur

Kata Netizen
Perang Dagang, Amerika Serikat Menantang Seluruh Dunia

Perang Dagang, Amerika Serikat Menantang Seluruh Dunia

Kata Netizen
Apa Kaitan antara Penderita Diabetes dan Buah Mangga?

Apa Kaitan antara Penderita Diabetes dan Buah Mangga?

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau