Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Veronika Gultom
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Veronika Gultom adalah seorang yang berprofesi sebagai Programmer/IT Consultant. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Apa yang Membuat "Desperate" Ketika Cari Kerja?

Kompas.com - 20/11/2024, 15:03 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Putus asa ketika mencari kerja karena mimilih pekerjaan mesti pilih yang cocok dengan keterampilan dan kemmapuan. Selain itu, bisa dijalani dengan penuh sukacita karena itu akan dilalui setiap hari.

Lagipula sebuah pekerjaan membutuhkan kecocokan antara pekerja dan pemberi kerja, pengusaha dan karyawan, pribadi dan lingkungan kerja serta budaya yang berlaku di tempat kerja, bahkan sampai keterampilan dan ketersediaan lapangan pekerjaan. 

Siapapun kita, pengusaha yang membutuhkan tenaga kerja, tenaga terampil yang membutuhkan lapangan pekerjaan, atau pebisnis yang membutuhkan pelanggan, semuanya membutuhkan kecocokan agar pekerjaan dapat berlangsung dengan baik dan tentunya bertahan lama.

Kecuali pekerjaan yang sekali jadi selesai. Itu pun jika ada kecocokan, biasanya akan ada rekomendasi-rekomendasi yang baik untuk pekerjaan selanjutnya.

Jika ada orang desperate mencari pekerjaan, bisa diasumsikan pada saat itu dia tidak punya pilihan lain. Kalau sudah begitu, apakah masih ada nilai tawarnya?

"Banyak cara untuk menghasilkan uang, namun sebaiknya lakukan sesuatu yang kita sukai."

Sebuah pekerjaan adalah passion. Memang kita butuh uang, tetapi tidak selalu segalanya tentang uang. Kalau sekarang cari duit, mungkin bisa melakukan pekerjaan apapun asal banyak, tetapi apakah hati kita bahagia melakukannya?

Mengapa seseorang sampai desperate mencari pekerjaan? Ada banyak kemungkinan. Mungkin dia memang benar-benar sedang tidak ada pekerjaan yang menghasilkan uang sementara uang tabungan pun makin menipis.

Kemungkinan kedua, desperate karena kekhawatiran yang belum terjadi. Biasanya ini disebabkan masalah dalam pekerjaan yang membuat seseorang khawatir dengan posisinya saat itu, atau juga karena kontrak kerja sudah akan berakhir dan tidak lagi diperpanjang sementara tawaran baru belum ada. 

Khawatir nanti gimana, bagaimana kalau tidak dapat pekerjaan baru, bagaimana kalau begini dan begitu. Segudang kekhawatiran yang belum terjadi tetapi terbayangkan.

Namun, apapun alasannya, sebaiknya tidak perlu mengumbar kata-kata desperate dalam rangka mencari pekerjaan. Nanti ada yang kasih kerjaaan tetapi tidak sesuai dengan skill kita, kan gak enak juga. Apalagi kalau diembel-embeli kalimat seperti: Masih untung masih ada yang mau kasih kerjaan!

Sebenarnya kalau sekadar cari duit, di zaman AI ini banyak pekerjaan yang membutuhkan bantuan kita. Misalnya membantu menyempurnakan kemampuan AI. Ada banyak pekerjaan remote yang ditawarkan secara online. Bayarannya juga bervariasi tergantung pekerjaannya. 

Namun, lumayanlah untuk sekadar mendapatkan uang. Lebih bagus lagi kalau bisa menikmati pekerjaannya. Dapat uangnya pasti bisa lebih banyak karena bekerjanya juga dengan sukacita.

Siapa bilang AI merebut pekerjaan manusia? Betul ada beberapa pekerjaan yang tidak lagi dilakukan manual oleh manusia, tetapi sebaliknya ada banyak pekerjaan yang masih membutuhkan manusia dan kebutuhannya justru meningkat saat ini. Bukan pekerjaan baru sebenarnya. Tetapi pekerjaan lama yang diperbarukan karena teknologinya makin maju.

Kalau zaman dulu, para programmer memerlukan tester untuk menguji hasil kerjanya agar menjadi sebuah aplikasi yang "tahan banting", tidak terlalu mudah mengalami error, dan dijamin sesuai dengan kebutuhan business yang sebelumnya sudah didiskusikan.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Cara Gen Z Menentukan Karier, Passion atau Gaji?

Cara Gen Z Menentukan Karier, Passion atau Gaji?

Kata Netizen
Anak Mental Strawberry Generation, Apakah Karena Terlalu Dimanjakan?

Anak Mental Strawberry Generation, Apakah Karena Terlalu Dimanjakan?

Kata Netizen
Adakah Cara agar Melangsungkan Pernikahan Tanpa Utang?

Adakah Cara agar Melangsungkan Pernikahan Tanpa Utang?

Kata Netizen
Apa Jadinya Jika Kantin Sekolah Dikenakan Pajak Retribusi?

Apa Jadinya Jika Kantin Sekolah Dikenakan Pajak Retribusi?

Kata Netizen
Apakah 'Job Fair' Masih Jadi Pilihan Cari Kerja?

Apakah "Job Fair" Masih Jadi Pilihan Cari Kerja?

Kata Netizen
Membedakan Respon Patuhnya Anak, Sayang atau Takut?

Membedakan Respon Patuhnya Anak, Sayang atau Takut?

Kata Netizen
Talenan Plastik, Talenan Kayu, dan Keamanan Pangan

Talenan Plastik, Talenan Kayu, dan Keamanan Pangan

Kata Netizen
Apa Beda antara Kategori Buku dan Genre Buku?

Apa Beda antara Kategori Buku dan Genre Buku?

Kata Netizen
Sekolah Menghadapi Sampah Makan Siang Gratis

Sekolah Menghadapi Sampah Makan Siang Gratis

Kata Netizen
Pertumbuhan Ekonomi, PPN 12 Persen, dan Frugal Living

Pertumbuhan Ekonomi, PPN 12 Persen, dan Frugal Living

Kata Netizen
Apa yang Membuat 'Desperate' Ketika Cari Kerja?

Apa yang Membuat "Desperate" Ketika Cari Kerja?

Kata Netizen
Antara Bahasa Daerah dan Mengajarkan Anak Bilingual Sejak Dini

Antara Bahasa Daerah dan Mengajarkan Anak Bilingual Sejak Dini

Kata Netizen
Kebebasan yang Didapat dari Seorang Pekerja Lepas

Kebebasan yang Didapat dari Seorang Pekerja Lepas

Kata Netizen
Menyiasati Ketahanan Pangan lewat Mini Urban Farming

Menyiasati Ketahanan Pangan lewat Mini Urban Farming

Kata Netizen
Mari Mulai Memilih dan Memilah Sampah dari Sekolah

Mari Mulai Memilih dan Memilah Sampah dari Sekolah

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau