Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Saat jarum menunjukkan pukul 10.30 WIB, saya dan suami memulai ekspedisi dari kediaman kami di Bengkong, Batam, Kepulauan Riau, menuju Pulau Belakangpadang, Batam.
Tujuan kami adalah untuk menunaikan tugas kami menyalurkan suara dalam momen pemilu serentak 2024. Mengapa mesti repot-repot menyeberang dari Bengkong menuju Pulai Belakangpadang?
Sebab memang KTP dan Kartu Keluarga kami masih tercatat di sana. Di sebuah pulai kecil yang berseberangan dengan Singapura. Maka dari itu otomatis kami juga terdaftar sebagai Daftar Pemilih Tetap (DPT) di Kecamatan Belakangpadang.
Padahal jika dipikir, sebenarnya agak ironi. Sebab di depan tempat kami tinggal terdapat TPS. Akan tetapi memang kami sengaja tidak mengurus surat pindah TPS karena alasan sekalian bisa pulang kampung ke Belakangpadang.
Menariknya, tak hanya kami yang rela menyeberang pulau demi bisa menyalurkan hak suara kami pada momen pemilu 2024, ada banyak sekali keluarga yang melakukan hal serupa. Tinggal di Pulau Batam, namun masih terdaftar sebagai DPT di Belakangpadang.
Jarak tempuh yang dibutuhkan untuk menyeberang dari Pulau Batam ke Pulau Belakangpadang, yakni sekitar 15 menit. Meski begitu, hal itu tidak selalu tepat. Sebab bisa saja cuaca dan ombak sedang tidak mendukung dan akhirnya membuat perjalanan membutuhkan waktu yang lebih lama.
Di Kecamatan Belakangpadang sendiri, antusiasme masyarakat untuk menggunakan hak suara cukup tinggi. Ketika sempat berbincang dengan Ketua Panwaslu Kecamatan Belakangpadang, Julianto, ia mengatakan bahwa pada tahun 2019 lalu hanya sekitar 80% warga yang menggunakan hak suaranya.
Dengan melihat fenomena banyaknya masyarakat yang rela menyeberangi lautan kali ini, ia berharap akan lebih banyak lagi warga yang menggunakan hak suaranya.
Meskipun banyak warga yang memilih tinggal di Pulau Batam, banyak dari mereka, termasuk kami, tetap rela pulang ke Belakangpadang untuk berpartisipasi dalam proses demokrasi.
Di Belakangpadang, ada banyak TPS yang diberi hiasan sedemikian rupa sehingga terlihat lebih menarik. Ada yang mengusung konsep Valentine dengan dekorasi berwarna pink dan dilengkapi dengan pembagian cokelat, serta ada pula TPS berdesain khas Melayu dengan para panitianya mengenakan baju Melayu.
Pada hari itu, suasana ramai justru ditemui di warung-warung kopitiam. Hampir semua kopitiam penuh. Di Kopitiam Ameng misalnya, salah satu yang terkenal di Belakangpadang malah sama sekali tidak menyisakan meja kosong.
Ketua Panwaslu Kecamatan Belakangpadang, Julianto menyebutkan bahwa momen paling menarik selama pemilu 2024 adalah pendistribusian logistik.
Dikarenakan Kecamatan Belakangpadang yang terdiri dari pulau-pulau kecil, maka panitia harus mendistribusikan logistik ke sekitar 20 pulau kecil dengan menggunakan boat secara bertahap.
Hal tersebut semakin menantang sebab pada bulan Februari ini cuaca justru sedang kurang bersahabat. Hujan yang kerap turun dengan intensitas cukup deras disertai angin kencang membuat ombak menghasilkan gelombang yang cukup menyulitkan kapal untuk menyeberang.
Meski begitu, puji syukur semua bisa berjalan dengan baik dan lancar. Semua kebutuhan logistik terkait pemilu 2024 bisa tersalurkan.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Demi Gunakan Hak Pilih, Kami Lintasi Laut, Arungi Ombak"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya