Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Lupa berhenti saat mendekati persimpangan dengan tanda bahwa jalan kita bukan prioritas juga akan mengurangi penilaian.
Waspada dengan perintah jebakan
Hal yang paling mengerikan dari ujian SIM di luar negeri adalah adanya permintaan jebakan dari si penguji.
Saya ingat, ada dua kali penguji saya meminta saya melakukan hal yang tidak boleh saya lakukan.
Pertama saat dia meminta saya memotong jalur lawan dengan membelok ke kiri sementara di tengah jalan ada marka garis yang tegas (tidak putus-putus).
Dan kedua saat si penguji meminta saya berhenti menepi sementara tepi trotoar jalan dicat dengan marka putus-putus yang artinya sama dengan rambu dilarang stop!
Untung saya cukup waspada dan tidak terjebak perintah tipuan itu, sambil saya berkata dua kali, "No se permite, Senor" (Itu dilarang, Pak).
Kemampuan berlalu-lintas tidak sekadar keterampilan atau kemahiran mengemudi
Setelah 15 menit, kami kembali ke komplek parkir Samsat dan saya diminta memarkir mobil lalu menunggu di kantor.
Lima menit kemudian, sang instruktur masuk ke kantor dan mengumumkan bahwa saya lulus. Senang tak terkira mendapat SIM di negeri orang.
Itulah pengalaman saya ujian mengemudi di Spanyol. Sayangnya di negara Indonesia, ujian praktik SIM masih terbatas dilakukan di halaman Samsat dan hanya menguji keterampilan, kemahiran, dan refleks mengemudi saja.
Bahkan pengetahuan seseorang mengenai teori berlalu lintas masih tergolong rendah dan belum tentu dipraktikkan dengan baik. Padahal, kemampuan berlalu lintas juga dibutuhkan dalam berkendara karena menyangkut keselamatan pengguna jalan raya.