Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Nana Amand
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Nana Amand adalah seorang yang berprofesi sebagai Full Time Blogger. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Menghapus PR bagi Siswa di Kampung Tak Semudah yang Dibayangkan

Kompas.com - 14/12/2022, 10:00 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Dengan kata lain, para orangtua tersebut sudah tidak mau disibukkan lagi dengan masalah perkembangan mental atau karakter anak-anak mereka sendiri.

Kedua hal tersebut lah yang terjadi dan kerap ditemukan serta selalu mewarnai proses pembelajaran sekolah di kampung.

Kembali lagi, hal ini erat kaitannya dengan usulan Presiden Joko Widodo bahwa pemberian PR pada siswa hendaknya lebih ke hal-hal yang berkaitan dengan pembinaan atau penerapan karakter, tidak terkait akademis dan tentu tempat pelaksanaannya di rumah.

Memang perlu diakui usulan tersebut sangat bagus dan perlu diaplikasikan secara menyeluruh.

Akan tetapi, usulan tersebut jika disandingkan dengan kenyataan dan konteks sekolah di kampung maka tentu penerapannya tidak akan semudah yang dibayangkan.

Hal-hal yang Perlu Dipertimbangkan Sebelum Memberlakukan Penghapusan PR

Oleh karena itu, sebelum usulan penghapusan PR berwujud pada sebuah kebijakan maka kajian berikut perlu dipertimbangkan.

Pertama, kesadaran akan berpendidikan mesti disamaratakan terlebih dahulu mulai dari Sabang sampai Merauke.

Dengan begitu maka akan tercipta keseimbangan pola didik dari guru, pihak sekolah, dan orangtua bagi para siswa. Sebab, cita-cita mencerdaskan kehidupan bangsa adalah cita-cita bersama.

Untuk mewujudkan hal tersebut tentu diperlukan peran pemangku pendidikan untuk membuat berbagai kebijakan hingga penerapannya.

Maka dari itu dialog serta komunikasi menjadi hal kunci untuk membuka kesadaran akan berpendidikan.

Dalam membangun dialog dan komunikasi tersebut perlu dihindarkan dari relasi subjek-objek atau otoritas sebagai pemegang kendali, sehingga tercipta dialog yang deliberatif dan tanpa tekanan.

Pada akhirnya akan memunculkan dan menciptakan kesadaran akan keberlangsungan pendidikan.

Kedua, pembenahan sarana atau fasilitas yang mendukung terutama dalam hal kemudahan para siswa dalam menimba ilmu pengetahuan mesti setara dan serasi mulai dari Sabang sampai Merauke, dari sekolah yang ada di pelosok maupun sekolah yang ada di kota.

Ketiga, alih-alih selalu memberikan PR sebagai instrumen yang menakutkan bari para siswa, pendidik justru bisa memberikan feedback atau umpan balik dan sebaiknya selalu diintegrasikan dengan pelajaran atau topik yang sedang dikaji.

Berbagai hal tersebutlah yang mesti dan perlu dipertimbangkan serta diperhatikan lagi sebelum memutuskan untuk menghapus pemberian PR kepada siswa.

Oleh karena itu, PR sebagai instrumen akademis akan tetap menjadi pilihan utama sekalipun berhadapan dengan kenyataan yang kontroversial.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Apa yang Membuat 'Desperate' Ketika Cari Kerja?

Apa yang Membuat "Desperate" Ketika Cari Kerja?

Kata Netizen
Antara Bahasa Daerah dan Mengajarkan Anak Bilingual Sejak Dini

Antara Bahasa Daerah dan Mengajarkan Anak Bilingual Sejak Dini

Kata Netizen
Kebebasan yang Didapat dari Seorang Pekerja Lepas

Kebebasan yang Didapat dari Seorang Pekerja Lepas

Kata Netizen
Menyiasati Ketahanan Pangan lewat Mini Urban Farming

Menyiasati Ketahanan Pangan lewat Mini Urban Farming

Kata Netizen
Mari Mulai Memilih dan Memilah Sampah dari Sekolah

Mari Mulai Memilih dan Memilah Sampah dari Sekolah

Kata Netizen
Menyoal Kerja Bareng dengan Gen Z, Apa Rasanya?

Menyoal Kerja Bareng dengan Gen Z, Apa Rasanya?

Kata Netizen
Solidaritas Warga Pasca Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Flores Timur

Solidaritas Warga Pasca Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Flores Timur

Kata Netizen
Kenali 3 Cara Panen Kompos, Mau Coba Bikin?

Kenali 3 Cara Panen Kompos, Mau Coba Bikin?

Kata Netizen
Tips yang Bisa Menunjang Kariermu, Calon Guru Muda

Tips yang Bisa Menunjang Kariermu, Calon Guru Muda

Kata Netizen
Dapatkan Ribuan Langkah saat Gunakan Transportasi Publik

Dapatkan Ribuan Langkah saat Gunakan Transportasi Publik

Kata Netizen
Apa Manfaat dari Pemangkasan Pada Tanaman Kopi?

Apa Manfaat dari Pemangkasan Pada Tanaman Kopi?

Kata Netizen
Kembangkan Potensi PMR Sekolah lewat Upacara Bendera

Kembangkan Potensi PMR Sekolah lewat Upacara Bendera

Kata Netizen
Menulis sebagai Bekal Mahasiswa ke Depan

Menulis sebagai Bekal Mahasiswa ke Depan

Kata Netizen
Membedakan Buku Bekas dengan Buku Lawas, Ada Caranya!

Membedakan Buku Bekas dengan Buku Lawas, Ada Caranya!

Kata Netizen
Menunggu Peningkatan Kesejahteraan Guru Terealisasi

Menunggu Peningkatan Kesejahteraan Guru Terealisasi

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau