Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Suprihati
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Suprihati adalah seorang yang berprofesi sebagai Administrasi. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Mengenal Sabo, Sistem Pengendali Aliran Lahar Dingin Gunung Berapi

Kompas.com - 13/01/2023, 15:13 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Pada saat mengunjungi Sabo Kali Apu tahun 2014 tampilannya sudah jauh berubah dibandingkan saat bulan Septermber 2013.

Aliran lahar dingin yang turun dari puncak Merapi memenuhi area pengendapan yang tingginya hampir menyamai tinggi jembatan.

Selain berfungsi sebagai pengendali aliran lahar dingin, Sabo Kali Apu juga difungsikan sebagai jembatan bagi kendaraan yang hendak menyeberangi Kali Apu dan intake saluran irigasi.

Sisi atas Sabo Kali Apu berfungsi sebagai jembatan pada kondisi normal. Jembatan ini menghubungkan Desa Tiogolele, desa teratas paling dekat puncak Merapi dengan kota kecamatan.Suprihati Sisi atas Sabo Kali Apu berfungsi sebagai jembatan pada kondisi normal. Jembatan ini menghubungkan Desa Tiogolele, desa teratas paling dekat puncak Merapi dengan kota kecamatan.
Jembatan Kali Apu ini menghubungi Desa Tiogolele, desa teratas paling dekat puncak Merapi dengan kota kecamatan.

Maka tak heran bila konstruksi Sabo Kali Apu ini dirancang begitu kokoh dan kuat, karena tak hanya berfungsi sebagai penahan gempuran aliran lahar, namun juga sekaligus dapat menahan beban kendaraan yang melintas di atasnya.

Sabo Kali Pabelan, Pengendali Aliran Lahar Dingin sekaligus Destinasi Ekowisata

Sabo selanjutnya terdapat di Kali Pabelan, di Dusun Kapuhan, Desa Kapuhan, Sawangan Magelang. Sabo ini dikenal dengan nama Grojogan (air terjun) Kapuhan oleh masyarakat setempat.

Mengapa disebut air terjun? Sebab, aliran sungai yang mengalir melewati celah di antara dinding Sabo menyerupai air terjun dan terlihat begitu menawan.

Maka tak heran bila kawasan Sabo Kali Pabelan ini menjadi salah satu destinasi ekowisata yang cukup populer.

Selain memiliki fungsi sebagai pengendali dan meminimalkan daya rusak akibat material yang dibawa lahar dingin, Sabo Kali Pabelan juga berperan sebagai daerah ekowisata yang cukup populer.Suprihati Selain memiliki fungsi sebagai pengendali dan meminimalkan daya rusak akibat material yang dibawa lahar dingin, Sabo Kali Pabelan juga berperan sebagai daerah ekowisata yang cukup populer.
Selain bisa menikmati pemandangan air sungai dari Sabo yang sengaja dibuat berjenjang mirip seperti grojogan bertingkat, juga terdapat taman kecil di sekitar sungai.

Tak hanya itu, ada pula wisata mengendarai jeep menyusuri bagian atas Sabo Kali Pabelan ini.

Dengan dibangunnya Sabo di kali-kali sekitar Merapi, mengisyarakatkan upaya manusia untuk bisa “bersahabat” dengan alam.

Mencoba menjinakkan, mengendalikan aliran lahar dingin agar kawasan pemukiman yang dilewati aliran sungai terlindungi atau paling tidak terhindar dari kerusakan berat akibat laju lahar dingin.

Material pasir yang dibawa oleh lahar dingin pada akhirnya banyak dimanfaatkan warga untuk berbagai keperluan bangunan.

Lahar dingin yang mengendap di Sabo Kali Pabelan ini pada akhirnya menjadi sumber pendapat masyarakat setempat.

Sabo Kali Apu dan Kali Pebelan. menjadi langkah penyelamatan di daerah hilir terhadap aliran lahar dingin Merapi.

Maka sungguh, Sabo adalah perwujudan simbol persahabatan manusia dengan gunung berapi.

Salah satu prinsip dasar penanggulangan bencana dengan “memberi ruang”. Ruang bagi aliran lahar dingin agar bencana dapat diminimalkan, juga ruang bagi masyarakat yang dapat memanfaatkan endapat material lahar dingin.

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Sabo Pengendali Aliran Lahar Dingin"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Apa yang Membuat 'Desperate' Ketika Cari Kerja?

Apa yang Membuat "Desperate" Ketika Cari Kerja?

Kata Netizen
Antara Bahasa Daerah dan Mengajarkan Anak Bilingual Sejak Dini

Antara Bahasa Daerah dan Mengajarkan Anak Bilingual Sejak Dini

Kata Netizen
Kebebasan yang Didapat dari Seorang Pekerja Lepas

Kebebasan yang Didapat dari Seorang Pekerja Lepas

Kata Netizen
Menyiasati Ketahanan Pangan lewat Mini Urban Farming

Menyiasati Ketahanan Pangan lewat Mini Urban Farming

Kata Netizen
Mari Mulai Memilih dan Memilah Sampah dari Sekolah

Mari Mulai Memilih dan Memilah Sampah dari Sekolah

Kata Netizen
Menyoal Kerja Bareng dengan Gen Z, Apa Rasanya?

Menyoal Kerja Bareng dengan Gen Z, Apa Rasanya?

Kata Netizen
Solidaritas Warga Pasca Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Flores Timur

Solidaritas Warga Pasca Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Flores Timur

Kata Netizen
Kenali 3 Cara Panen Kompos, Mau Coba Bikin?

Kenali 3 Cara Panen Kompos, Mau Coba Bikin?

Kata Netizen
Tips yang Bisa Menunjang Kariermu, Calon Guru Muda

Tips yang Bisa Menunjang Kariermu, Calon Guru Muda

Kata Netizen
Dapatkan Ribuan Langkah saat Gunakan Transportasi Publik

Dapatkan Ribuan Langkah saat Gunakan Transportasi Publik

Kata Netizen
Apa Manfaat dari Pemangkasan Pada Tanaman Kopi?

Apa Manfaat dari Pemangkasan Pada Tanaman Kopi?

Kata Netizen
Kembangkan Potensi PMR Sekolah lewat Upacara Bendera

Kembangkan Potensi PMR Sekolah lewat Upacara Bendera

Kata Netizen
Menulis sebagai Bekal Mahasiswa ke Depan

Menulis sebagai Bekal Mahasiswa ke Depan

Kata Netizen
Membedakan Buku Bekas dengan Buku Lawas, Ada Caranya!

Membedakan Buku Bekas dengan Buku Lawas, Ada Caranya!

Kata Netizen
Menunggu Peningkatan Kesejahteraan Guru Terealisasi

Menunggu Peningkatan Kesejahteraan Guru Terealisasi

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau