Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Ketika hendak mempelajari sesuatu, seorang siswa haruslah tahu apa yang hendak ia pelajari agar ia tahu dan paham akan potensi dirinya sendiri.
Seperti dalam pembelajaran Bahasa Indonesia misalnya, ada sejumlah keterampilan berbahasa yang menjadi elemen penting perkembangan pribadi siswa.
Pertama, keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif. Kedua, keterampilan berbahasa yang bersifat produktif.
Keterampilan berbahasa yang sifatnya reseptif terdiri dari menyimak, membaca, dan memirsa. Sementara keterampilan berbahasa yang bersifat produktif terdiri dari menulis, berbicara, dan mempresentasikan.
Semua keterampilan tersebut menjadi elemen keterampilan berbahasa, yang merupakan dasar dari aktivitas literasi berbahasa, bersastra dan bernalar (berpikir).
Salah satu keterampilan berbahasa reseptif adalah menyimak. Menyimak berhubungan dengan aktivitas siswa menerima informasi secara langsung dalam proses komunikasi.
Karena menyimak merupakan aktivitas menerima informasi dari seseorang lewat komunikasi, maka keterampilan menyimak cenderung mendangalkan telinga.
Prof. Dr. Henry Guntur Tarigan mendefinisikan menyimak sebagai proses mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman dan interpretasi, sehingga informasi, isi, pesan dan makna komunikasi diterima dengan baik.
Selanjutnya yang juga termasuk ke dalam keterampilan berbahasa reseptif ialah membaca.
Membaca berhubungan dengan aktivitas siswa menerima dan menyerap informasi dari sumber tertulis.
Dengan membaca, siswa dapat memahami, memaknai, menginterpretasi, dan merefleksi teks bacaan sesuai tujuan dan kepentingannya untuk mengembangkan dirinya.
Tarigan mengkategorikan keterampilan membaca ini menjadi dua, yakni keterampilan membaca mekanis dan pemahaman.
Keterampilan membaca mekanis merupakan proses pengenalan segala unsur kebahasaan, seperti bunyi huruf, bentuk huruf, dan lain-lain. Sementara keterampilan pemahaman berarti proses menemukan makna, wacana, dan konteks yang terdapat pada teks bacaan.
Keterampilan berbahasa reseptif terakhir ialah memirsa. Konsep keterampilan memirsa ini muncul sejak mulai berkembangnya teknologi di abad ke-21.
Keterampilan memirsa bertujuan untuk mendorong siswa lebih aktif menjadi pemirsa dengan ikut menyaksikan berbagai tayangan-tayangan yang ada dalam bentuk digital.
Sama dengan membaca, memirsa juga berkaitan dengan aktivitas memahami, memaknai, menginterpretasi, dan merefleksi informasi. Hanya saja, objek atau sumber informasi bukan hanya sajian cetak namun juga visual dan/atau audiovisual.
Teks berita yang berupa infografis dan animasi misalnya, dapat menjadi bahan pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam memirsa.
Salah satu yang masuk ke dalam keterampilan berbahasa produktif ialah berbicara.
Keterampilan berbicara berkaitan dengan kemampuan mengucapkan bunyi dan artikulasi kata-kata dalam mengekspresikan, mengatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.
Tarigan membagi aktivitas berbicara menjadi tiga, yakni berbicara untuk membujuk, berbicara untuk memberitahu, dan berbicara untuk merundingkan atau mendiskusikan sesuatu.
Di tingkat sekolah dasar, biasanya siswa akan mempelajari cara berbicara dengan santun dalam volume dan intonasi yang tepat sesuai konteks yang dibicarakan.
Selanjutnya ada mempresentasikan. Keterampilan jenis ini tergolong keterampilan berbahasa produktif yang berkaitan dengan keterampilan berbicara.
Dalam Kurikulum Merdeka, mempresentasikan diartikan sebagai kemampuan siswa dalam memaparkan gagasan atau tanggapan secara fasih, akurat, dan bertanggung jawab.
Di samping itu, siswa juga bisa belajar untuk berani mengajukan, menanggapi, serta menyampaikan perasaannya secara lisan sesuai konteks dengan komunikatif dan santun, melalui beragam media (visual, digital, audio, dan audiovisual).
Kunci dari aktivitas mempresentasikan ini menurut hemat saya ada pada kemampuan siswa dalam berbicara, terutama dalam hal pragmatik dan daya kreativitas alamiahnya. Seperti mimik, gerak tubuh, cara mendemonstrasikan, dan intonasi bicara.
Hal ini sejalan dengan apa yang sudah dikonsepkan dalam kurikulum tentang capaian siswa (kelas Xi-XII) tingkat menengah.
Siswa diharapkan mampu mempresentasikan gagasan, hasil pengamatan, dan pengalaman dengan logis, sistematis, efektif, kreatif, dan kritis.
Dari penjelasan soal keterampilan berbahasa tadi yang perlu diingat adalah tingkat pencapaian siswa terkait keterampilam berbahasa tentu berbeda-beda.
Unsur kebahasaan, kesulitan bacaan, dan pengalaman kebahasaan siswa SD akan berbeda dengan tingkat SMP dan SMA.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Membedah 5 Keterampilan Berbahasa yang Harus Dicapai Siswa"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.