Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Di zaman sekarang yang serba maju dari sisi teknologi, cara bekerja mayoritas orang mengalami perubahan.
Bekerja tak lagi harus dilakukan dari kantor, melainkan bisa dilakukan secara fleksibel dari mana saja. Salah satunya dari rumah atau Work from Home (WFH).
Fleksibilitas WFH ini memang tak diragukan lagi. Setiap orang dapat bekerja tanpa harus mengalami macet di jalan, menggunakan make up, dan lain-lain untuk pergi kantor.
Sistem kerja WFH membuat setiap orang bisa bekerja lebih “santai” sekaligus menghemat biaya transportasi, akomodasi, dan lain sebagainya.
Hal ini membuat kalangan muda terutama gen Z lebih menyenangi sistem bekerja WFH daripada harus pergi ke kantor.
Akan tetapi, bagaimana dengan mereka para pekerja yang pekerjaannya tak bisa dilakukan dari rumah? Misalnya, seperti guru TK, supir taksi, tukang ojek, dan lain sebagainya.
Selama masa pandemi covid-19, semua guru dan pelajar terpaksa harus melakukan pembelajaran dari rumah secara daring.
Sistem belajar daring ini ternyata memunculkan masalah baru bagi kesehatan mental baik guru dan pelajar.
Hasil survei Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menunjukkan sebanyak 77% pelajar usia anak-anak dan remaja merasa lelah berujung stres akibat sistem pembelajaran daring.
Maka dari itu anak di jenjang usia TK sebenarnya sangat tidak disarankan untuk dilakukan pembelajaran secara daring.
Sebab, pelaksanaan pembelajaran di TK jauh berbeda dengan jenjang pendidikan lainnya mulai dari segi metode, media, strategi, hingga evaluasi.
Usia pelajar TK biasanya berkisar antara 4-6 tahun. Anak dengan usia ini menurut studi yang dilakukan Dr. Laurie McNelles ahli perkembangan anak dari York University, Kanada hanya memiliki batas waktu konsentrasi antara 12-14 menit.
Jadi, akan sangat berat bila anak TK ditutuntut untuk belajar secara daring, apalagi jika ditambah tak ada pendampingan dari orangtua.
Jika pembelajaran daring tetap dipaksakan bagi anak TK maka akan bisa menyebabkan mereka frustasi, stres, tantrum, hingga trauma.
Risiko lain yang bisa terjadi jika saja pembelajaran daring tetap dipaksakan bagi anak usia TK adalah masalah screen time.