Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Melansir UNICEF, terlalu lamanya screen time yang dihabiskan anak usia dini akan mengikis rentang perhatian dan fokus anak, membatasi kemampuan untuk mengontrol impuls sehingga menghambat imajinasi dan motivasi, mengurangi empati, serta menyebabkan anak sulit meregulasi emosi.
Oleh karenanya, orangtua mesti selalu mendampingi anak ketika terpaksa harus belajar daring agar interaksi antara orangtua, guru, dan anak tetap bisa terjalin dengan baik. Walau memang tetap tidak akan semaksimal jika dibandingkan dengan pembelajaran di dalam kelas.
Hal lain yang tak bisa didapatkan anak usia TK jika pembelajaran dilakukan secara daring adalah interaksi dengan anak seusianya.
Pembelajaran daring di rumah akan membuat anak tak bisa bertemu dengan anak sesusianya. Akibatnya anak berpotensi tak akan mengenal cara berinteraksi dan bersosialisasi,
Padahal, anak usia dini dengan karakteristiknya yang unik, tingginya rasa ingin tahu, dan surplus energi sangat membutuhkan lingkungan sosial untuk mengekplorasinya. Maka, apa jadinya jika anak terbatas hanya belajar di rumah saja?
Di samping itu, salah satu prinsip pendidikan bagi anak usia dini adalah belajar seraya bermain. Artinya, penyampaian materi pembelajaran dikemas dalam bentuk permainan yang menarik, menyenangkan, dan bermakna bagi anak.
Dalam rangka memenuhi prinsip tersebut tentunya diperlukan sarana dan prasarana yang memadai seperti lapangan yang cukup luas, Alat Permainan Edukatif (APE), dan sebagainya.
Bagi sang guru juga akan ditemukan kendala, yakni kesulitan mengevaluasi progres pembelajaran siswa selama pembelajaran daring berlangsung.
Akibatnya guru malah lebih banyak memberi tugas yang sifatnya praktikal daripada biasanya.
Banyaknya tugas ini seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, akan membuat anak kelelaha dan tertekan.
Dari sekian dampak negatif di atas ---yang rerata berakibat buruk pada anak usia dini, diharapkan guru TK lebih bijak untuk berpikir ulang apabila diberi kesempatan memilih bekerja secara daring atau luring.
Memang tidak mudah, mengingat banyak hal harus dikorbankan untuk menjalaninya seperti waktu, tenaga, jarak yang ditempuh, yang mana hal tersebut seringkali tidak sepadan dengan gaji yang didapat.
Semoga guru-guru kita senantiasa dilimpahkan keberkahan, kesehatan, dan kesejahteraan di manapun berada.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Apa Jadinya Bila Guru TK Lebih Banyak Memilih Bekerja dari Rumah?"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.