Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Meski memang dana-dana tersebut disertai konsekuensi yang merugikan para petani yang meminjam.
Sementara, untuk mengurus KUR perlu melewati proses yang sulit, butuh banyak waktu, dan bagi para petani sistem pengangsuran biaya pinajaman plus bunganya tiap bulan dirasa cukup menyulitkan.
Jadi, meski ada konsekuensi tersendiri yang harus diterima, meminjam kepada toke atau tengkulak lebih diminati petani daripada mesti mengurus KUR.
Untuk mendukung pernyataan tersebut, hasil survei Rantai Nilai kegiatan IPDMIP di Daerah Irigasi (DI) Batang Pekok tahun 2021 menjelaskan ada beberapa penyebab KUR Tani tidak terlalu diminati oleh petani.
Pertama, prosesnya ribet. Sebagian petani malas berurusan dengan Bank dan birokrasi. Bisa jadi disebabkan ketidak tahuan informasi dan tingkat pendidikan yang rendah.
Kedua, pinjaman plus bunga KUR Harus dibayar setiap bulan. Padahal modal yang dipinjam sudah habis digunakan baik untuk konsumtif maupun untuk modal budidaya.
Ketiga, uang hasil pembiayaan KUR tidak sepenuhnya digunakan untuk budidaya, acap kali digunakan untuk memenuhi kebutuhan lainnya, sehingga target pembiayaan KUR untuk biaya usaha tani tidak tercapai. Akibatnya produksi yang sudah direncanakan juga tidak sesuai harapan.
Keempat, petani kesulitan mencari akses pemasaran. Sementara jika berhubungan dengan tengkulak, soal pemasaran hasil panen sudah terjamin. Kondisi ini akan sangat terlihat di daerah-daerah terpencil dengan akses jalan yang sulit dan rusak.
Dengan kondisi yang demikian, petani akan kesulitan membawa hasil panen ke kota untuk menjualnya. Jadi di sinilah terlihat peran toke atau tengkulak “memperdaya” petani dengan menyediakan transportasi dengan konsekuensi tertentu yang ditanggung petani.
Kelima, jangka waktu angsuran atau pengembalian KUR cukup lama sehingga terasa sangat memberatkan.
Keenam, lokasi petani berada di daerah terpencil sehingga akses informasi tentang kredit KUR pun masih minim.
Ketujuh, sebagian besar petani sudah mendapatkan pinjaman melalui kredit umum atau reguler, sedangkan KUR yang dipersyaratkan Pemerintah adalah tidak atau belum pernah meminjam ke bank yang telah ditunjuk pemerintah untuk menyalurkan KUR. Suatu dilema memang!
Ketujuh faktor ini tidak bisa dimungkiri menjadi penyebab KUR tani Tidak diminati petani di beberapa daerah.
Padahal di sisi lain, pemerintah melalui Kementerian Pertanian seperti dilansir kompas.com, telah berhasil meningkatkan serapan kredit KUR pertanian hingga menembus angka Rp39,337 triliun lebih.
Jumlah tersebut memang masih jauh dari alokasi anggaran yang berjumlah Rp90 triliun per bulan Mei 2022. Akan tetapi, dengan berbagai fasilitas yang dilakukan pemerintah, kerja nyata petugas di lapangan, serta dukungan akses mudah dari lembaga perbankan mungkin bisa meningkatkan serapa KUR tani lebih tinggi lagi.
Harapannya, jika jumlah tersebut terpenuhi, maka akan semakin sedikit petani yang bergantung pada toke atau tengkulak, bahkan semoga tak akan ada lagi petani yang terlibat dengan para toke atau tengkulak ini.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Tujuh Alasan Mengapa KUR Tani Tidak Diminati Petani"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.