Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Harry Darmawan Hamdie
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Harry Darmawan Hamdie adalah seorang yang berprofesi sebagai Relawan. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Apa Benar Satpol PP Hanya Tajam ke Bawah namun Tumpul ke Atas?

Kompas.com - 31/08/2023, 11:41 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Dok.PribadiKompasiana Dok.Pribadi
Pekerjaan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) di mata masyarakat sering diindetikkan sebagai penertib Pedagang Kaki Lima (PKL), gelandangan, pengemis, anak jalanan, wanita tuna susila, hingga pedagang pasar tradisional yang sebagian besar dapat dikategorikan sebagai “orang kecil” atau golongan masyarakat marginal.

Sementara itu, di mata sesama aparat hukum, Satpol PP dianggap sebagai penegak hukum tindak pidana ringan (Tipiring) saja. Artinya Satpol PP hanya menyidik dan menegakkan hukum kepada masyarakat yang melakukan kejahatan atau pelanggaran kecil-kecilan.

Pandangan-pandangan soal Satpol PP itu sebenarnya bagi para pekerja Satpol PP sendiri dianggap biasa saja. Akan tetapi, pandangan seperti itu membuat kesan Satpol PP seolah-olah “tajam ke bawah, tumpul ke atas.”

Padahal ketika sedang bekerja melakukan kegiatan penertiban, pengawasan, atau sosialisasi peraturan daerah, mereka yang terkena penertiban tersebut kerap “menjual” nama orang besar dan berkuasa sebagai legitimasi pelanggaran yang dilakukannya.

Tak jarang kalimat-kalimat seperti "Saya ikut pak Haji X, Pak. Kalo punya saya ditertibkan tolong tertibkan juga punya beliau" atau "Saya hanya menjalankan usaha ini, yang punya bapak (pejabat atau anggota DPRD)." Tentu saja semuanya adalah alasan agar pelanggaran yang dilakukan tidak ditertibkan.

Pembentukan, Tugas, dan Sasaran Penegakan Satpol PP

Berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 255 ayat (1) Satpol PP dibentuk untuk menegakkan peraturan daerah dan peraturan kepala daerah (Perda dan Perkada), menyelenggarakan ketertiban umum dan ketenteraman, serta menyelenggarakan perlindungan masyarakat.

Dalam pelaksanaan tugas-tugas tersebut, Satpol PP memiliki kewenangan melakukan tindakan penertiban non-yustisial, melakukan penindakan, melakukan penyelidikan, dan melakukan tindakan administratif kepada warga masyarakat, aparatur atau badan hukum yang melakukan atau diduga melakukan pelanggaran terhadap Perda atau Perkada.

Jika ditemukan pelanggaran perda atau perkada, baik oleh masyarakat biasa, aparatur/badan hukum, tentu saja para petugas Satpol PP tidak pandang bulu.

Aparat yang melanggar hukum pun harus diperlakukan sama, baik mereka yang memiliki golongan/pangkat rendah maupun yang memiliki jabatan tinggi.

Selain itu badan hukum atau perusahaan juga mesti diperlakukan sama, tidak ada perlakuan khusus bagi mereka yang melakukan pelanggaran.

Kedudukan Perda dan Perkada

Dalam tata urutan perundang-undangan di Indonesia Perda menempati urutan yang paling akhir karena perda dibuat untuk melaksanakan otonomi dan tugas perbantuan di daerah, menampung kondisi khusus dan/atau penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

Selain undang-undang, Perda merupakan salah satu sumber hukum pidana. Maka dari itu akan mustahil bila sebuah UU No. 11 Tahun 2012 yang mengatur pembentukan peraturan termasuk Perda mendiskriminasi pemidanaan warga masyarakat berdasarkan keadaan sosial ekonominya, atau memberikan kewenangan kepada daerah hanya boleh mengurusi tindak pidana ringan sementara yang biasa atau berat harus ditegakkan oleh lembaga atau instansi penegak lain.

Sebgai gambaran, Kabupaten Barito Utara memiliki 19 Perda yang di dalamnya terdapat sanksi pidana dan hanya 5 dari 19 Perda tersebut yang memiliki sanksi pidana ringan atau dikategorikan sebagai tindak pidana ringan yang hukuman kurungannya paling lama 3 bulan.

Meski memang pada 19 Perda tersebut tindakan yang akan dikenakan sanksi pidana adalah pelanggaran, bukan kejahatan. Artinya, terbukti tidak semua pelanggaran adalah tindak pidana ringan dan ada beberapa kejahatan yang masuk dalam kategori tindak pidana ringan.

Biasanya jumlah pelanggaran terhadap perda terbesar adalah PKL. Kesan Satpol PP sebagai musuh PKL dapat dimaklumi meskipun secara hukum musuh Satpol PP adalah pelanggar Perda, baik warga masyarakat, aparatur, maupun badan hukum.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Apa yang Membuat 'Desperate' Ketika Cari Kerja?

Apa yang Membuat "Desperate" Ketika Cari Kerja?

Kata Netizen
Antara Bahasa Daerah dan Mengajarkan Anak Bilingual Sejak Dini

Antara Bahasa Daerah dan Mengajarkan Anak Bilingual Sejak Dini

Kata Netizen
Kebebasan yang Didapat dari Seorang Pekerja Lepas

Kebebasan yang Didapat dari Seorang Pekerja Lepas

Kata Netizen
Menyiasati Ketahanan Pangan lewat Mini Urban Farming

Menyiasati Ketahanan Pangan lewat Mini Urban Farming

Kata Netizen
Mari Mulai Memilih dan Memilah Sampah dari Sekolah

Mari Mulai Memilih dan Memilah Sampah dari Sekolah

Kata Netizen
Menyoal Kerja Bareng dengan Gen Z, Apa Rasanya?

Menyoal Kerja Bareng dengan Gen Z, Apa Rasanya?

Kata Netizen
Solidaritas Warga Pasca Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Flores Timur

Solidaritas Warga Pasca Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Flores Timur

Kata Netizen
Kenali 3 Cara Panen Kompos, Mau Coba Bikin?

Kenali 3 Cara Panen Kompos, Mau Coba Bikin?

Kata Netizen
Tips yang Bisa Menunjang Kariermu, Calon Guru Muda

Tips yang Bisa Menunjang Kariermu, Calon Guru Muda

Kata Netizen
Dapatkan Ribuan Langkah saat Gunakan Transportasi Publik

Dapatkan Ribuan Langkah saat Gunakan Transportasi Publik

Kata Netizen
Apa Manfaat dari Pemangkasan Pada Tanaman Kopi?

Apa Manfaat dari Pemangkasan Pada Tanaman Kopi?

Kata Netizen
Kembangkan Potensi PMR Sekolah lewat Upacara Bendera

Kembangkan Potensi PMR Sekolah lewat Upacara Bendera

Kata Netizen
Menulis sebagai Bekal Mahasiswa ke Depan

Menulis sebagai Bekal Mahasiswa ke Depan

Kata Netizen
Membedakan Buku Bekas dengan Buku Lawas, Ada Caranya!

Membedakan Buku Bekas dengan Buku Lawas, Ada Caranya!

Kata Netizen
Menunggu Peningkatan Kesejahteraan Guru Terealisasi

Menunggu Peningkatan Kesejahteraan Guru Terealisasi

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau