Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
M. Gilang Riyadi
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama M. Gilang Riyadi adalah seorang yang berprofesi sebagai Penulis. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Live Shopping, Racun Pembunuh Bisnis Retail Offline

Kompas.com - 23/09/2023, 17:03 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Rasa-rasanya masyarakat kita sudah tak asing lagi dengan aplikasi sosial media bernama TikTok di era modern ini. TikTok yang mulai menjadi viral sejak tahun 2016 lalu hadir sebagai wadah bagi penggunanya untuk bisa menggunggah konten video mereka sekreatif mungkin.

Tak dimungkiri, hingga saat ini TikTok masih menjadi salah satu sosial media yang dicari orang sebagai sumber hiburan.

Seiring berjalannya waktu, TikTok rupanya tak hanya berfokus pada konten hiburan semata, mereka mulai melebarkan sayap ke dunia e-commerce yang membuat penggunanya bisa melakukan transaksi jual-beli di sana layaknya e-commerce lainnya, seperti Shopee, Lazada, Bukalapak, Tokopedia, dan lain sebagainya.

Di satu sisi memang hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi pengguna TikTok, namun memang perlu diakui di sisi lain hal tersebut menambah persaingan, baik antar e-commerce maupun pedagang atau dalam hal ini UMKM.

Akan menjadi hal yang menarik, karena pengguna TikTok tak lagi perlu repot-repot membuka aplikasi e-commerce lain untuk berbelanja online. Semua itu bisa dilakukan hanya dengan satu aplikasi saja.

Tak tanggung-tanggung, seiring pertumbuhan TikTok, mereka juga mengembangkan fitur dan kreativitas baru untuk tetap bisa eksis di kalangan penggunanya dengan menghadirkan live shopping.

Fitur tersebut bisa membuat penjual untuk melakukan siaran live sekaligus berjualan. Dengan adanya hal itu, calon pembeli bisa lebih mudah untuk melihat barang yang akan dibeli secara live dari HP mereka.

Yang membuat live shopping semakin menarik adalah karena ini dilakukan oleh pihak penjual, ditonton langsung oleh calon pembeli, dan seringkali dalam live shopping ini terdapat diskon atau potongan harga spesial yang hanya bisa didapat hanya saat live shopping tersebut berlangsung.

Selain itu, calon pembeli juga bebas bertanya apapun soal produk tersebut dan penjual akan menjawabnya saat itu juga guna merayu pembeli agar bisa segera check out dan melakukan pembayaran.

Inovasi live shopping yang dibuat TikTok dan terbukti sukses ternyata juga diikuti oleh e-commerce lainnya, seperti Shopee dan Tokopedia. Hanya saja memang popularitasnya belum sebesar TikTok.

Meski memang live shopping hadir untuk mempermudah penggunanya, kegiatan tersebut yang bermain dengan membanting harga ini ternyata pelan-pelan membuat bisnis retail offline dan UMKM terancam keberadaannya. Sebagai pembeli, banyak orang yang langsung berbelok arah ke online yang dirasa lebih mudah juga lebih murah.

Sebagai pekerja di industri retail pakaian pun, saya juga mulai merasakan efek dari hadirnya live shopping ini yang bukan hanya dirasakan oleh cabang tempat saya bekerja, tetapi juga cabang di daerah lain dari perusahaan yang sama juga merasakan efeknya.

Harga yang Jauh Lebih Murah

Faktor utama yang membuat seseorang memutuskan akan membeli sesuatu di mana pun itu adalah tentu harga. Jika ada tempat yang menjual barang dengan kualitas sama namun lebih murah pasti orang-orang akan beralih ke sana.

Jangankan berbeda hingga ribuan atau puluhan ribu, berbeda ratusan rupiah pun bisa membuat orang mempertimbangkan untuk membeli di toko mana.

Keberadaan toko online sejak awal memang sejatinya telah meberikan harga yang lebih murah jika dibandingkan dengan harga barang yang sama di pasaran.

Maka dari itu, tak heran apabila banyak orang yang akhirnya memiliki prinsip lebih baik beli nanti secara online agar dapat harga lebih murah.

Bahkan tak jarang juga ada orang yang sengaja datang ke toko offline untuk melihat kondisi fisik barang yang akan dibeli secara langsung, namun baru akan membelinya di toko online karena faktor harga yang lebih murah tadi plus mereka masih diberi tambahan gratis ongkos kirim.

Salah satu faktor yang membuat harga di toko online bisa lebih murah, karena mereka cukup mengandalkan stok barang saja sebagai sarana bisnisnya.

Sementara itu untuk toko fisik setidaknya membutuhkan biaya operasional yang tak sedikit seperti gaji karyawan, sewa tempat, listrik, servis, internet, pajak, dan banyak lagi yang tak terduga.

Selain itu toko-toko online ini juga memiliki privilege dari pengelola aplikasi dengan memberikan potongan harga tambahan, seperti gratis ongkos kirim hingga cashback bagi Si Pembeli.

Live Shopping yang Menjadi Tren

Kehadiran live shopping yang memberi harga murah serta banyak potongan harga lainnya, tentu dengan mudah bisa mengambil hati banyak orang.

Belum lagi dengan kemudahan-kemudahan lain yang juga bisa didapatkan dengan belanja online. Maka sebagai pembeli pun tentu tak akan perlu berpikir panjang untuk tak menyia-nyiakan kesempatan berbelanja murah saat live shopping berlangsung.

Produk yang ditawarkan pun beraneka ragam yang bisa didapat dari toko berbeda. Mulai dari fashion kekinian, mainan anak, sembako, skincare, dan masih banyak lagi.

Selain itu daya tarik lain bagi para pembeli adalah hadirnya banyak artis yang juga ikut meramaikan live shopping ini sebagai brand ambasador, affiliator, bahkan hingga membuat bisnisnya sendiri.

Terancamnya Bisnis Retail Offline

Keberadaan live shopping meski memudahkan konsumen untuk mencari barang belanjaan dengan harga lebih murah, namun tentu punya sisi lain yang ditentang oleh penjual/pedagang lainnya.

Mereka yang menentang bukanlah sesama penjual/pedagang online, melainkan mereka yang memiliki bisnis serupa namun masih menjalankan bisnisnya secara offline dan memiliki toko fisik, baik di pasar maupun tempat lainnya.

Mengapa saya bisa mengatakan begitu?

Sebab, hal ini sesuai dengan apa yang saya alami sendiri. Sebagai kepala toko di salah satu perusahaan retail pakaian yang brand-nya cukup dikenal orang, saya memiliki pengalaman konkret soal dampak yang dirasakan akibat munculnya live shopping TikTok ini.

Dampak yang paling terasa adalah dalam beberapa bulan terakhir, toko yang saya kelola termasuk juga toko cabang lainnya dalam satu brand yang sama mengalami penurunan omzet yang cukup drastis jika dibandingkan catatan tahun lalu.

Pada awalnya saya merasa hal ini mungkin disebabkan oleh faktor konsumen yang sedang tidak membutuhkan produk dari toko yang saya kelola, namun ternyata setelah dilakukan analisis sederhana, kenyataannya tidak sesederhana itu.

Hal yang sama juga ternyata dialami oleh toko retail lain yang merupakan kompetitor. Ia mengungkapkan bahwa penurunan omzet juga ia alami dalam beberapa waktu terakhir.

Bahkan untuk mengatasi penurunan omzet ini ia melakukan pengurangan biaya operasional dengan cara menonaktifkan beberapa tempat di tokonya, hingga melakukan penyesuaian jumlah karyawan.

Hal serupa juga diungkapkan oleh banyak pelaku usaha offline di media sosial seperti Twitter yang merasakan kesulitan dan penurunan omzet karena konsumennya perlahan menurun.

Tentu toko yang saya kelola tak bisa terus bertahan hanya mengandalkan pembeli yang datang ke toko saja. Maka akhirnya diputskan juga toko dari brand yang sama wajib melakukan live shopping dengan memberi harga yang lebih rendah dari harga di pasaran, bahkan hingga menurunkan 50% yang benar-benar menurunkan margin.

Dari upaya ini, hasil yang dirasakan cukup memberi kenaikan dan bisa meningkatkan pendapatan toko meski harus mengorbankan harga barang yang dijual.

Berangkat dari hal itu, saya lalu menyadari bahwa live shopping adalah faktor besar mengapa masyarakat mulai enggan belanja ke toko secara langsung dan lebih gemar belanja online karena hanya memerlukan ponsel mereka dan bisa dilakukan kapan saja.

Pasar Tanah Abang yang Kian Sepi

Seperti diketahui bersama, Pasar Tanah Abang merupakan pasar terbesar yang menjadi tujuan utama bagi banyak orang, baik itu pembeli maupun pedagang yang ingin melakukan transaksi jual-beli dengan harga murah.

Pasar ini biasanya selalu dalam keadaan yang ramai karena memang menjadi pusat perbelanjaan terbesar se-Asia Tenggara. Akan tetapi situasi ini perlahan mulai berubah sejak maraknya kegiatan live shopping, terutama di TikTok.

Suasana pasar perlahan menjadi sepi dan tidak lagi dipenuhi serta dipadati pengunjung. Tentu sebagai pedagang hal ini tak ubahnya racun yang secara perlahan dan diam-diam akan membunuh keberlangsungan bisnis mereka.

Hal ini semakin rumit karena pedagang di sana tak hanya mesti memikirkan bagaimana menjaga pendapatan, namun juga bagaimana mengelola dana operasional lain untuk sewa tempat, listrik, pajak, keamanan, dan lainnya.

Upaya yang dilakukan banyak pedagang di sana pun adalah ikut mencoba melakukan live shopping, namun hasilnya belum bisa terlihat. Hal tersebut memang tak bisa didapat dengan cara yang mudah. Layaknya berdagang di toko, berdagang lewat live shopping juga harus diawali dengan mendapat kepercayaan dari para calon konsumen terlebih dahulu, lalu juga diikuti strategi lain termasuk juga penyesuaian harga jual serta promo lain agar calon pembeli lebih tertarik.

Apalagi sekarang makin banyak tokoh artis yang ikut meramaikan live shopping, tentu hal ini semakin memperbesar jurang antara penjual pemula yang notabene tidak memiliki basis tetap jika dibandingkan dengan para artis yang sudah memiliki nama besar dan penggemar yang banyak.

Maka dari itu, jika hal ini terus-menerus terjadi maka tak bisa dipastikan bahwa bisnis pedagang-pedagang kecil ini akan bisa bertahan.

Win-Win Solution

Kehadiran live shopping sebenarnya layaknya dua sisi mata koin, yang satu sisinya menguntungkan satu pihak, namun sisi lainnya membuat rugi pihak lain.

Bagi mereka pebisnis yang bergerak dan memiliki toko fisik misalnya, memang benar tidak akan bisa selamanya bertahan dengan mengandalkan kondisi seperti itu di era modern ini.

Dengan mencoba sesuatu baru seperti live shopping atau menggunakan jasa endorse influencer atau selebgram, misalnya, bisa dilakukan demi meningkatkan kepercayaan konsumen di media sosial.

Untuk pihak pedagang online sebenarnya dibutuhkan untuk dibuatkan aturan atau regulasi khusus terkait penyesuaian harga pasaran dan jangan sampai merusaknya dengan memberikan harga yang lebih murah.

Peran pemerintah serta aplikasi terkait juga dibutuhkan untuk meninjau sampai sejauh mana efek keberadaan live shopping agar bisnis retail offline tidak sampai mati, terutama yang masih di bidang UMKM.

Sebagai konsumen, kita memang tidak dilarang untuk berbelanja secara online, akan tetapi tak ada salahnya juga bila kita sesekali berbelanja langsung mendatangi toko-toko offline.

Selain bisa sekaligus refreshing, dengan belanja langsung ke toko kita bisa melihat dan membandingkan kualitas barang yang kita beli secara langsung hingga puas, sehingga tak perlu lagi menebak-nebak seperti saat kita hendak belanja secara online.

Harapannya semoga dalam waktu dekat pemerintah bisa memberikan solusi yang menguntungkan kedua belah pihak, baik pedagang online maupun offline.

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Ketika Live Shopping Perlahan "Membunuh" Bisnis Retail Offline"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Apa yang Membuat 'Desperate' Ketika Cari Kerja?

Apa yang Membuat "Desperate" Ketika Cari Kerja?

Kata Netizen
Antara Bahasa Daerah dan Mengajarkan Anak Bilingual Sejak Dini

Antara Bahasa Daerah dan Mengajarkan Anak Bilingual Sejak Dini

Kata Netizen
Kebebasan yang Didapat dari Seorang Pekerja Lepas

Kebebasan yang Didapat dari Seorang Pekerja Lepas

Kata Netizen
Menyiasati Ketahanan Pangan lewat Mini Urban Farming

Menyiasati Ketahanan Pangan lewat Mini Urban Farming

Kata Netizen
Mari Mulai Memilih dan Memilah Sampah dari Sekolah

Mari Mulai Memilih dan Memilah Sampah dari Sekolah

Kata Netizen
Menyoal Kerja Bareng dengan Gen Z, Apa Rasanya?

Menyoal Kerja Bareng dengan Gen Z, Apa Rasanya?

Kata Netizen
Solidaritas Warga Pasca Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Flores Timur

Solidaritas Warga Pasca Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Flores Timur

Kata Netizen
Kenali 3 Cara Panen Kompos, Mau Coba Bikin?

Kenali 3 Cara Panen Kompos, Mau Coba Bikin?

Kata Netizen
Tips yang Bisa Menunjang Kariermu, Calon Guru Muda

Tips yang Bisa Menunjang Kariermu, Calon Guru Muda

Kata Netizen
Dapatkan Ribuan Langkah saat Gunakan Transportasi Publik

Dapatkan Ribuan Langkah saat Gunakan Transportasi Publik

Kata Netizen
Apa Manfaat dari Pemangkasan Pada Tanaman Kopi?

Apa Manfaat dari Pemangkasan Pada Tanaman Kopi?

Kata Netizen
Kembangkan Potensi PMR Sekolah lewat Upacara Bendera

Kembangkan Potensi PMR Sekolah lewat Upacara Bendera

Kata Netizen
Menulis sebagai Bekal Mahasiswa ke Depan

Menulis sebagai Bekal Mahasiswa ke Depan

Kata Netizen
Membedakan Buku Bekas dengan Buku Lawas, Ada Caranya!

Membedakan Buku Bekas dengan Buku Lawas, Ada Caranya!

Kata Netizen
Menunggu Peningkatan Kesejahteraan Guru Terealisasi

Menunggu Peningkatan Kesejahteraan Guru Terealisasi

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau