Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Giorgio Babo Moggi
Penulis di Kompasiana

Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Mengenal Tenun Telepoi, Simbol Kekuatan Perempuan Suku Rendo NTT

Kompas.com - 23/11/2023, 17:00 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Salah satu suku yang ada di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur adalah Suku Rendu. Masyarakat suku Rendu memiliki kebiasaan menenun yang telah menjadi bagian dari budaya dan tradisi mereka. Tenun Telopoi adalah salah satu jenis tenun khas suku Rendu yang memiliki makna dan simbol yang mendalam.

Para perempuan suku Rendu sejak zaman dulu telah mempraktikkan tradisi menenun di kehidupan sehari-hari mereka. Kegiatan menenun biasanya mereka lakukan di bawah kolong rumah, di tempat yang dekat dan teduh.

Ketika menenun, ada beberapa aturan yang harus mereka patuhi. Ada masa-masa ketika para perempuan Rendu tidak diperbolehkan menenun, yakni selama masa-masa pamali atau berpantang. Mereka juga tidak diperbolehkan menenun selama ritual adat, terutama ritual berburu.

Jika sampai ada yang berani melanggar aturan ini, konsekuensinya sangat serius. Mereka bisa mengalami celaka hebat saat berburu dan lainnya.

Hasil kain tenun suku Rendu memiliki berbagai fungsi. Selain digunakan untuk keperluan adat, juga diperjualbelikan di pasar atau di rumah masing-masing.

Kain-kain hasil tenun ini biasanya memiliki pola-pola khas yang indah serta warna yang menarik. Meski begitu, pada mulanya, kain tenun suku rendu ini hanya berwarna putih. Hal ini disebabkan karena mereka hanya mampu menenun dengan menggunakan kapas berwarna putih.

Sering perkembangan kehidupan mereka, para perempuan suku Rendu ini tertarik dengan warna telur belalang ketika mereka melihatnya. Warna ini akhirnya menjadi awal mula dari Tenun Telopoi yang kita kenal saat ini. kata “telopoi” sendiri memiliki makna “telur belalang.”

Pada awalnya, Tenun Telopoi hanya digunakan khusus untuk ritual-ritual adat, bukan sebagai pakaian sehari-hari. Namun, seiring berjalannya waktu, Tenun Telopoi mulai digunakan oleh suku Rendu dalam kehidupan sehari-hari mereka dan menjadi ciri khas dari budaya mereka.

Dalam membuat Tenun Telepoi ini tentu tidak mudah. Pertama-tama, kapas yang digunakan harus dipanen dan dipisah dari benangnya. Setelah itu, benang-benang tersebut akan diwarnai dengan menggunakan pewarna alami yang berasal dari tumbuh-tumbuhan sekitar.

Penggunaan pewarna alami ini justru memberikan keindahan yang alami pula pada Tenun Telepoi. Selanjutnya, benang-benang yang telah diwarnai akan ditenun menjadi kain-kain yang memukau.

Para perempuan Rendu memiliki keahlian khusus dalam mengatur pola dan warna pada tenunannya sehingga menciptakan karya seni yang khas, unik, dan menarik.

Bagi suku Rendu, Tenun Telepoi tak hanya sekadar pakaian atau kain biasa. Lebih dari itu, Tenun Telopoi juga melambangkan kekuatan, keindahan, dan keberlanjutan budaya mereka. Setiap pola dan warna yang dihasilkan dari tenunan ini memiliki makna dan arti yang dalam dalam kehidupan suku Rendu.

Sebut saja misalnya pola yang terinspirasi dari alam, seperti bunga atau daun yang melambangkan kehidupan dan kemakmuran, sedangkan pola yang terinspirasi dari binatang seperti burung atau kuda melambangkan kekuatan serta keberanian. Selain itu, Tenun Telopoi juga menjadi sarana pengungkapan diri bagi para perempuan Rendu.

Dalam setiap tenunannya, para perempuan suku Rendu dapat mengekspresikan gagasan, emosi, dan cerita mereka melalui pola dan warna yang dipilih. Setiap Tenun Telopoi memiliki keunikan serta cerita yang berbeda-beda, mencerminkan kehidupan dan keberagaman suku Rendu.

Dalam kehidupan masyarakat suku Rendu, peran Tenun Telepoi juga ada dalam upaya mereka untuk melestarikan budaya dan tradisi yang sudah ada turun temurun.

Melalui produksi dan penjualan Tenun Telopoi, suku Rendu dapat mempromosikan serta menjaga warisan budaya mereka kepada masyarakat lokal juga internasional. Hal ini pula yang memberikan kesempatan ekonomi bagi banyak perempuan suku Rendu, sehingga mereka dapat memiliki sumber pendapatan yang lebih baik.

Di era globalisasi ini, tradisi menenun seperti Tenun Telopoi perlu diapresiasi dan dilestarikan. Budaya dan tradisi suku Rendu yang terjalin dalam karya seni tersebut perlu diakui dan dihargai sebagai bagian penting dari keragaman budaya Indonesia.

Masyarakat perlu lebih banyak mempelajari dan memahami nilai-nilai yang terkandung dalam Tenun Telopoi serta memberikan dukungan untuk melanjutkan tradisi menenun ini.

Tenun Telopoi merupakan sebuah tradisi menenun yang menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya dan tradisi suku Rendu. Tenun Telopoi tidak hanya sekadar kain biasa, melainkan juga sebuah karya seni yang memiliki makna dan simbol yang mendalam.

Melalui Tenun Telopoi, suku Rendu dapat mengekspresikan identitas mereka, melestarikan budaya, dan menciptakan peluang ekonomi. Kita semua perlu menghargai dan mendukung upaya suku Rendu dalam menjaga dan mempromosikan keindahan Tenun Telopoi.

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Tenun Telepoi: Simbol Budaya Suku Rendu Nagekeo di Flores NTT"

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Apa yang Membuat 'Desperate' Ketika Cari Kerja?

Apa yang Membuat "Desperate" Ketika Cari Kerja?

Kata Netizen
Antara Bahasa Daerah dan Mengajarkan Anak Bilingual Sejak Dini

Antara Bahasa Daerah dan Mengajarkan Anak Bilingual Sejak Dini

Kata Netizen
Kebebasan yang Didapat dari Seorang Pekerja Lepas

Kebebasan yang Didapat dari Seorang Pekerja Lepas

Kata Netizen
Menyiasati Ketahanan Pangan lewat Mini Urban Farming

Menyiasati Ketahanan Pangan lewat Mini Urban Farming

Kata Netizen
Mari Mulai Memilih dan Memilah Sampah dari Sekolah

Mari Mulai Memilih dan Memilah Sampah dari Sekolah

Kata Netizen
Menyoal Kerja Bareng dengan Gen Z, Apa Rasanya?

Menyoal Kerja Bareng dengan Gen Z, Apa Rasanya?

Kata Netizen
Solidaritas Warga Pasca Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Flores Timur

Solidaritas Warga Pasca Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Flores Timur

Kata Netizen
Kenali 3 Cara Panen Kompos, Mau Coba Bikin?

Kenali 3 Cara Panen Kompos, Mau Coba Bikin?

Kata Netizen
Tips yang Bisa Menunjang Kariermu, Calon Guru Muda

Tips yang Bisa Menunjang Kariermu, Calon Guru Muda

Kata Netizen
Dapatkan Ribuan Langkah saat Gunakan Transportasi Publik

Dapatkan Ribuan Langkah saat Gunakan Transportasi Publik

Kata Netizen
Apa Manfaat dari Pemangkasan Pada Tanaman Kopi?

Apa Manfaat dari Pemangkasan Pada Tanaman Kopi?

Kata Netizen
Kembangkan Potensi PMR Sekolah lewat Upacara Bendera

Kembangkan Potensi PMR Sekolah lewat Upacara Bendera

Kata Netizen
Menulis sebagai Bekal Mahasiswa ke Depan

Menulis sebagai Bekal Mahasiswa ke Depan

Kata Netizen
Membedakan Buku Bekas dengan Buku Lawas, Ada Caranya!

Membedakan Buku Bekas dengan Buku Lawas, Ada Caranya!

Kata Netizen
Menunggu Peningkatan Kesejahteraan Guru Terealisasi

Menunggu Peningkatan Kesejahteraan Guru Terealisasi

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau