Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Novaly Rushans
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Novaly Rushans adalah seorang yang berprofesi sebagai Relawan. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Punya Tabungan tapi Kok Masih Terlihat Miskin?

Kompas.com, 26 November 2023, 17:10 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Di dalam gerbong KRL yang lumayan lengang, saya tak sengaja mendengar percakapan dua orang penumpang perempuan yang mengatakan bahwa sudah punya tabungan tapi miskin.

Seketika setelah mendengar percakapan itu, saya lantas berpikir. Pada kenyataannya menabung memang tidak serta-merta bisa membuat seseorang jadi kaya raya.

Orang kaya umumnya memang sudah memiliki tabungan dalam jumlah yang cukup besar, sebab orang-orang kaya tersebut paham betul di masa depan akan ada situasi yang sering terjadi di luar prediksi.

Aktivitas menabung dalam catatan sejarah memang sudah dilakukan sejak manusia tercipta di muka bumi. Pada awalnya, yang ditabung bukanlah berbentuk uang, melainkan hal lainnya seperti makanan, hewan ternak, tanah, atau benda berharga lainnya.

Mereka yang berprofesi sebagai petani biasa menabung hasil panen mereka untuk menghadapi masa paceklik yang bisa datang kapan pun.

Selain petani, nelayan juga melakukan hal yang sama, menyimpan hasil tangkapannya untuk diawetkan dan disimpan untuk bisa dimanfaatkan di masa-masa mereka tidak bisa melaut.

Manusia-manusia modern saat ini tentu memiliki cara yang lebih baik dalam menabung. Uang, logam mulia, perhiasan, hingga saham bisa ditabung.

Selain banyak jenis barang yang bisa ditabung, metode untuk menabung juga jauh lebih lengkap dan mudah ditemui di masa sekarang. Bahkan tak sekadar menabung, tetapi juga sudah dilengkapi instrumen asuransi dan investasi.

Jadi sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui. Sambil menabung, mendapat manfaat asuransi dan manfaat investasi.

Mengapa Sudah Menabung tapi Tetap Miskin?

Menabung memang bukan cara utama untuk membuat manusia menjadi kaya raya. Artinya, menabung itu adalah aktivitas menyisihkan sebagian harta (bisa uang atau lainnya) untuk bisa dimanfaatkan dan digunakan di masa depan.

Alasan manusia menabung dipengaruhi banyak tujuan, ada yang menabung untuk membeli rumah, kendaraan, atau alat elektronik. Ada juga yang menabung untuk biasa pendidikan, wisata, perjalan ibadah, hingga persiapan hidup masa tua.

Menabung uang dengan logam mulia tentu ada perbedaan signifikan. Jika menabung uang tentu harus memperhitungkan risiko turunnya nilai uang di masa depan akibat tergerus inflasi.

Berbeda dengan uang, nilai logam mulai justru cenderung bisa terjaga dan lebih stabil dalam jangka menengah maupun jangka panjang.

Maka jika berbicara mengenai pilihan menabung, tentu akan berbeda bagi setiap orang tergantung dengan tujuan akan digunakan untuk apa hasil tabungan itu nantinya.

Menabung bukanlah instrumen investasi, sehingga orang yang rajiin menabung pun tidak akan terlihat kaya raya. Malah justru akan mengurangi pengeluarannya karena selalu disisihkan sebagian pendapatannya setiap bulan untuk ditabung.

Bisa jadi dengan selalu menyisihkan sebagian penghasilannya untuk ditabung, orang tersebut akan mengurangi aktivitas yang menuntutnya mengeluarkan uang lebih banyak, seperti makan di luar, jalan-jalan, nonton film di bioskop, belanja, hangout di kafe, dan segala bentuk pengeluaran yang bersifat konsumtif lainnya.

Jika dikaitkan dengan obrolan dua orang di dalam KRL soal sudah menabung tapi masih miskin, mungkin istilah “miskin” di sini disematkan pada orang itu karena ia mengurangi semua bentuk pengeluaran konsumtif supaya bisa dananya bisa dialihkan untuk ditabung.

Pentingnya Literasi Keuangan untuk Menabung

Terlepas masih terlihat miskin, menabung tentu adalah kebiasaan yang baik dan sebisa mungkin kebiasaan tersebut dibentuk sejak sedini mungkin. Dengan memiliki kesadaran dan kebiasaan untuk menyisihkan uang jajan, anak-anak akan memahami cara bagaimana memperlakukan uang dengan bijak.

Dengan begitu, mereka akan bisa menahan diri ketika ingin membeli barang yang disukainya akan tetapi sebenarnya tidak ia butuhkan. Agar anak memiliki kebiasaan dan kesadaran untuk menabung sejak dini, orangtua bisa memfasilitasinya dengan menyediakan wadah dari toples atau dompet khusus yang bisa digunakan anak untuk menabung uangnya.

Beri juga pengertian mengenai pentingnya menabung dan elaborasi anak dengan tujuan menabung justru untuk kebaikannya sendiri di masa depan nanti.

Di sekolah juga biasanya memfasilitasi siswa untuk menabung. Umumnya uang tabungan siswa digunakan untuk biaya wisata akhir tahun atau untuk membiayai keperluan pendidikan anak lainnya, seperti beli peralatan sekolah, buku, atau lainnya.

Menyisihkan uang untuk ditabung memang sejatinya lebih ditujukan sebagai simpanan berjaga-jaga yang bisa digunakan di masa depan.

Memiliki tabungan juga bisa membuat kita sedikit merasa aman ketika sewaktu-waktu terkena PHK dan tidak mendapat pesangon dari kantor. Hal ini yang pernah saya alami ketika tempat saya bekerja tiba-tiba berhenti beroperasi dan tidak bisa memberi pesangon atau kompensasi apapun kepada semua pegawainya.

Beruntungnya pada masa itu sudah memiliki tabungan yang jumlahnya mencapai lebih dari enam bulan gaji, sehingga dari uang tabungan ini bisa dimanfaatkan untuk bertahan sembari mencari peluang kerja lainnya.

Jika kita ingin mengikuti pendapat para perencana keuangan, untuk sebuah keluarga disarankan memiliki tabungan sebesar 12 kali jumlah gaji, sementara bagi mereka yang masih lajang disarankan memiliki tabungan sebesar enam kali jumlah gaji. Sehingga jika sewaktu-waktu terkena PHK maka masih bisa bertahan dengan tabungan yang dimiliki seraya mencari kesempatan pekerjaan baru.

Menabung merupakan kebiasaan yang baik, namun belajar manajemen keuangan lebih penting, belajar tentang investasi, asuransi dan pengamanan aset. Hidup kadang tidak bisa diprediksi, namun berjaga jaga jauh lebih penting.

Jangan lupa bukan hanya masalah uang dan aset saja, namun menjaga kesehatan, kebahagian, keluarga dan pertemanan adalah 'investasi' yang wajib dimiliki.

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Punya Tabungan tapi Miskin"

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya
Kenapa Topik Uang Bisa Jadi Sensitif dalam Rumah Tangga?
Kenapa Topik Uang Bisa Jadi Sensitif dalam Rumah Tangga?
Kata Netizen
Urgensi Penataan Ulang Sistem Pengangkutan Sampah Jakarta
Urgensi Penataan Ulang Sistem Pengangkutan Sampah Jakarta
Kata Netizen
Kini Peuyeum Tak Lagi Hangat
Kini Peuyeum Tak Lagi Hangat
Kata Netizen
Membayangkan Indonesia Tanpa Guru Penulis, Apa Jadinya?
Membayangkan Indonesia Tanpa Guru Penulis, Apa Jadinya?
Kata Netizen
Resistensi Antimikroba, Ancaman Sunyi yang Semakin Nyata
Resistensi Antimikroba, Ancaman Sunyi yang Semakin Nyata
Kata Netizen
Ketika Pekerjaan Aman, Hati Merasa Tidak Bertumbuh
Ketika Pekerjaan Aman, Hati Merasa Tidak Bertumbuh
Kata Netizen
'Financial Freedom' Bukan Soal Teori, tetapi Kebiasaan
"Financial Freedom" Bukan Soal Teori, tetapi Kebiasaan
Kata Netizen
Tidak Boleh Andalkan Hujan untuk Menghapus 'Dosa Sampah' Kita
Tidak Boleh Andalkan Hujan untuk Menghapus "Dosa Sampah" Kita
Kata Netizen
Tak Perlu Lahan Luas, Pekarangan Terpadu Bantu Atur Menu Harian
Tak Perlu Lahan Luas, Pekarangan Terpadu Bantu Atur Menu Harian
Kata Netizen
Mau Resign Bukan Alasan untuk Kerja Asal-asalan
Mau Resign Bukan Alasan untuk Kerja Asal-asalan
Kata Netizen
Bagaimana Indonesia Bisa Mewujudkan 'Less Cash Society'?
Bagaimana Indonesia Bisa Mewujudkan "Less Cash Society"?
Kata Netizen
Cerita dari Ladang Jagung, Ketahanan Pangan dari Timor Tengah Selatan
Cerita dari Ladang Jagung, Ketahanan Pangan dari Timor Tengah Selatan
Kata Netizen
Saat Hewan Kehilangan Rumahnya, Peringatan untuk Kita Semua
Saat Hewan Kehilangan Rumahnya, Peringatan untuk Kita Semua
Kata Netizen
Dua Dekade Membimbing ABK: Catatan dari Ruang Kelas yang Sunyi
Dua Dekade Membimbing ABK: Catatan dari Ruang Kelas yang Sunyi
Kata Netizen
Influencer Punya Rate Card, Dosen Juga Boleh Dong?
Influencer Punya Rate Card, Dosen Juga Boleh Dong?
Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau