Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Irmina Gultom
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Irmina Gultom adalah seorang yang berprofesi sebagai Apoteker. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Konten Edukasi Kesehatan Video atau Tulisan, Mana Lebih Menarik?

Kompas.com, 29 November 2023, 19:32 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Artinya, Sang Penulis konten edukasi ini harus menuliskannya dengan hati-hati agar pembaca dapat mudah memahami dan lebih mudah membayangkan ilustrasi atas apa yang sedang dibacanya sehingga tak akan menimbulkan mispersepsi.

Lain halnya jika pengetahuan yang sama disampaikan lewat konten video pendek. Tentu akan lebih memberikan ilustrasi dan pemahaman yang lebih mudah diterima serta dicerna oleh orang lain yang menontonnya. Sehingga maksud dan tujuan dari konten edukasi tersebut dapat tersampaikan dengan baik.

Meskipun ada ungkapan "A picture is worth a thousand words", namun jika dalam konteks edukasi, satu video/ilustrasi belum tentu mampu menggambarkan informasi yang lengkap dan komprehensif. Beda halnya dengan konten berupa tulisan yang bisa mengangkat pembahasan dari berbagai sisi.

  • To the point namun informasinya tidak komprehensif

Sesuai namanya, video pendek tentu memiliki durasi yang cukup singkat, biasanya hanya satu hingga satu setengah menit saja.

Oleh karenanya, kreator video pendek harus mengemas konten video edukasinya dengan singkat, padat, dan jelas agar pesannya bisa sampai pada mereka yang akan menontonnya.

Dikarenakan konten video harus dibuat singkat dan padat, maka biasanya Sang Kreator membuatnya berupa poin-poin inti yang menjadi pokok permasalahan/informasi yang ingin disampaikan.

Akan tetapi sayangnya, hal ini tak jarang malah membuat banyak warganet jadi gagal fokus atau bahkan salah paham karena isi konten tersebut tidak lengkap dan komprehensif seperti halnya konten edukasi berbasis teks.

Hal ini juga dipengaruhi oleh level pendidikan dan maturity warganet yang tidak sama. Ketika menemukan video edukasi kesehatan, akan ada yang dengan bijak ikut membaca sumber referensi yang disertakan Sang Kreator, namun tak sedikit pula yang hanya mengartikan hal-hal dalam video sepotong-sepotong sehingga menimbulkan mispersepsi.

Lebih parahnya lagi jika warganet tidak bijak dalam memilah sumber konten tersebut apakah berasal dari profesional yang ahli di bidangnya atau tidak, lalu dengan sembarangan mem-posting ulang dan akhirnya malah menjadi penyebaran hoaks. Tentunya hal ini akan semakin berisiko jika informasinya berkaitan dengan kesehatan.

Membuat Konten Edukasi Kesehatan di Media Sosial

Sebagai orang yang tidak termasuk golongan FOMO akan media sosial dan ditambah dengan kesibukan pekerjaan, saya sendiri bukanlah orang yang selalu mengikuti perkembangan di media sosial.

Secara pribadi saya memang tidak membuat konten edukasi khusus untuk ditayangkan di media sosial. Alasan utamanya adalah bahwa konten edukasi yang biasanya saya tulis di Kompasiana masih belum bisa terwakilkan secara utuh dan maksimal bila dibuat versi video pendeknya.

Mengingat profesi saya sebagai apoteker, tentu tidak mudah membuat konten edukasi kesehatan berupa video pendek yang berisi seputar kesehatan dan obat-obatan, karena akan memiliki risiko tinggi untuk disalahartikan oleh orang yang nanti menontonnya.

Mengenai hal ini saya jadi teringat seorang dokter yang cukup terkenal dengan beberapa seri buku miliknya. Ia awalnya kerap membagikan konten edukasi sesuai bidang keahliannya yang sangat bermanfaat dan insightful. Apalagi gayanya menyampaikan konten edukasi juga sangat menarik dan mudah dimengerti.

Akan tetapi belakangan, ia tak lagi membagikan konten edukasinya di media sosial. Alasannya karena menurutnya ada banyak warganet yang “sok lebih tahu” dan kontennya kerap dibanjiri komentar yang isinya justru membantah penjelasan yang diberikannya.

Yang membuat miris adalah banyak dari komentar-komentar sok tahu tersebut hanya berangkat dari pengalaman prbadi dan tidak didasarkan bukti ilmiah (evidence-based).

Hal-hal seperti inilah yang kurang lebih menjadi alasan saya mengapa sampai saat ini memutuskan untuk tidak membuat konten edukasi seputar kesehatan dan obat-obatan di media sosial.

Tak apa dibilang kuno, gaptek, tidak update tren, dan lain sebagainya, daripada memaksakan diri membuat konten edukasi berupa video di media sosial dan harus berhadapan dengan warganet yang bisa dikatan belum cukup bijak dan dewasa dalam bersikap di media sosial.

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Konten Edukasi Kesehatan Melalui Video Pendek atau Infografis vs Artikel Populer"

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya
Rajabasa dan Pelajaran Tentang Alam yang Tak Pernah Bisa Diremehkan
Rajabasa dan Pelajaran Tentang Alam yang Tak Pernah Bisa Diremehkan
Kata Netizen
Harga Buku, Subsidi Buku, dan Tantangan Minat Baca
Harga Buku, Subsidi Buku, dan Tantangan Minat Baca
Kata Netizen
Rapor Anak dan Peran Ayah yang Kerap Terlewat
Rapor Anak dan Peran Ayah yang Kerap Terlewat
Kata Netizen
Merawat Pantun, Merawat Cara Kita Berbahasa
Merawat Pantun, Merawat Cara Kita Berbahasa
Kata Netizen
Bukan Sekadar Cerita, Ini Pentingnya Riset dalam Dunia Film
Bukan Sekadar Cerita, Ini Pentingnya Riset dalam Dunia Film
Kata Netizen
Sumatif di SLB, Ketika Penilaian Menyesuaikan Anak, Bukan Sebaliknya
Sumatif di SLB, Ketika Penilaian Menyesuaikan Anak, Bukan Sebaliknya
Kata Netizen
Dari Penonton ke Pemain, Indonesia di Pusaran Industri Media Global
Dari Penonton ke Pemain, Indonesia di Pusaran Industri Media Global
Kata Netizen
Hampir Satu Abad Puthu Lanang Menjaga Rasa dan Tradisi
Hampir Satu Abad Puthu Lanang Menjaga Rasa dan Tradisi
Kata Netizen
Waspada Leptospirosis, Ancaman Penyakit Pascabanjir
Waspada Leptospirosis, Ancaman Penyakit Pascabanjir
Kata Netizen
Antara Loyalitas ASN dan Masa Depan Karier Birokrasi
Antara Loyalitas ASN dan Masa Depan Karier Birokrasi
Kata Netizen
Setahun Coba Atomic Habits, Merawat Diri lewat Langkah Sederhana
Setahun Coba Atomic Habits, Merawat Diri lewat Langkah Sederhana
Kata Netizen
Mengolah Nilai Siswa, Tantangan Guru di Balik E-Rapor
Mengolah Nilai Siswa, Tantangan Guru di Balik E-Rapor
Kata Netizen
Pernikahan dan Alasan-alasan Kecil untuk Bertahan
Pernikahan dan Alasan-alasan Kecil untuk Bertahan
Kata Netizen
Air Surut, Luka Tinggal: Mendengar Suara Sunyi Sumatera
Air Surut, Luka Tinggal: Mendengar Suara Sunyi Sumatera
Kata Netizen
Pacaran Setelah Menikah, Obrolan Berdua Jadi Kunci
Pacaran Setelah Menikah, Obrolan Berdua Jadi Kunci
Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau