Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Pendekatan personal dan kolaboratif untuk pemulihan trauma juga menjadi kunci. Pemulihan trauma pada perempuan dewasa mungkin bisa lebih mudah, tetapi tidak demikian dengan korban kekerasan pada anak-anak.
Diperlukan pendekatan khusus dan perhatian ekstra untuk mengatasi trauma pada anak-anak agar tidak menjadi penghalang tumbuh kembangnya kelak.
Selain itu, peran media juga sangat penting dalam membuka ruang diskusi tentang KDRT. Publikasi yang lebih masif akan berita-berita mengenai kasus KDRT, upaya penanganan, dan cara-cara yang bisa dilakukan untuk membantu korban diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat sekaligus memotivasi tindakan preventif.
Melakukan edukasi serta penyuluhan akan dampak buruk KDRT dan pentingnya melibatkan peran semua pihak untuk mencegah kasus kekerasan terulang juga penting untuk dilakukan.
Menjalin kerja sama dengan LSM dan pihak terkait lain, seperti kepolisian serta lembaga perlindungan anak juga tak kalah penting.
Sinergi antar berbagai pihak dapat meningkatkan efektivitas penanganan kasus KDRT, memberikan perlindungan yang lebih baik bagi korban, dan memberikan sanksi yang lebih tegas bagi pelaku.
Mengutip pemahaman cinta dari Erich Fromm, bahwasannya cinta seharusnya tidak melibatkan kekuasaan, dominasi, atau kekerasan.
Melibatkan masyarakat dalam pengungkapan kasus KDRT dan memberikan pendekatan holistik untuk pemulihan korban menjadi kunci dalam mengatasi fenomena kekerasan dalam rumah tangga ini.
Dengan melakukan berbagai upaya tadi, maka diharapkan kasus kekerasan, khususnya KDRT di Indonesia akan semakin berkurang.
Sekali lagi, ingatlah bahwa sejatinya cinta bukan untuk saling menguasai atau dikuasai, apalagi sampai menyakiti.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "KDRT: Fenomena Gunung Es yang Sulit Diungkap, Benarkah?"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.