Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Saat waktu menunjukkan tanggal 9 Januari 2024, saya memeriksa Google Trends dan menemukan dua entri yang paling menonjol. Yang pertama membahas tentang Wave To Earth, band asal Korea yang akan tampil di Indonesia.
Namun, perhatian saya langsung tertarik pada entri kedua yang membawa nama Franz Beckenbauer. Rupanya, berita yang diunggah oleh Daily Mail, media online asal Inggris, telah diambil oleh beberapa media Indonesia.
Kabar itu tak lain merupakan kabar duka atas kepergian legenda sepak bola Jerman (Barat), Franz Beckenbauer yang meninggal pada usia 78 tahun.
Daily Mail memberikan konfirmasi dari pihak keluarga, sementara ungkapan bela sungkawa mengalir deras dari dunia sepak bola.
"It is with deep sadness that we announce that husband and father, Franz Beckenbauer, passed away peacefully in his sleep yesterday, Sunday, surrounded by his family."
Dalam laporan majalah Bunte yang terbit pada tahun 2019 lalu terungkap kabar bahwa Beckenbauer, yang dijuluki "Der Kaiser", telah kehilangan penglihatan pada salah satu matanya setelah berkompetisi dalam tur golf bernama Piala Kaiser.
Beckenbauer dalam majalah itu mengungkapkan bahwa dirinya diduga menderita infeksi mata pada salah satu matanya. Ia juga mengatakan bahwa infeksi itu menyebabkannya tak lagi bisa melihat dengan mata kanannya.
Di samping kehilangan penglihatan, kondisi kesehatannya juga dikabarkan kian menurun sejak kematian putranya, Stephan, pada 2015 lalu.
Putra Beckenbauer meninggal pada usia 46 tahun akibat tumor otak. Pada saat itu, Beckenbauer berada tepat di samping tempat tidur anaknya dan menyaksikan langsung anaknya meninggal dengan penglihatannya.
Beckenbauer juga mengidap berbagai penyakit lain, seperti parkinson dan demensia. Selain itu dirinya juga pernah menjalani operasi jantung.
Dalam sebuah wawancara di TV tahun 2005, Beckenbauer mengaku ia adalah sosok ayah yang buruk karena tidak pernah menaruh perhatian lebih pada keluarganya. Perhatiannya saat itu ia curahkan pada sepak bola.
Franz Beckenbauer merupakan atlet sepak bola yang memenangkan Piala Dunia sebagai pemain pada tahun 1974 dan sebagai manajer pada tahun 1990.
Sosoknya diingat sebagai salah satu pemain terbesar dalam sejarah sepak bola dunia. Di masa primanya, ia bermain sebanyak 103 kali membela Jerman Barat.
Dirinya pernah dua kali dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Eropa dan terlibat dalam tiga Piala Dunia FIFA dan dua Kejuaraan Eropa UEFA.
Beckenbauer, yang menghabiskan sebagian besar kariernya di klub Bayern Munchen, memulai karier dari tim muda yang waktu itu dianggap sebagai tim yang ketinggalan zaman.
Pada awalnya Beckenbauer bermain sebagai penyerang, sebelum kemudian ia dipindah sebagai pemain sayap kiri saat melakukan debut di tim senior pada tahun 1964.
Selama di Bayern Munchen, ia bermain hampir di 600 pertandingan. Selain Bayern Munchen, ia juga memperkuat klub New York Cosmos dan Hamburg.
Julukan "Der Kaiser" yang berarti Kaisar disematkan padanya karena gaya bermainnya yang elegan dan dominan, serta kepemimpinan di lapangan. Dirinya juga menjadi bagian penting dalam membantu Bayern mencapai promosi ke Bundesliga.
Alasan lain di balik julukan itu adalah karena nama depan Beckenbauer, "Franz", mengingatkan pada kaisar Austria, yang memberikan dimensi kehormatan tambahan pada julukan tersebut.
Sepanjang karier sepak bolanya, Beckenbauer pernah memenangkan Ballon d'Or sebanyak dua kali.
Kabar meninggalnya Franz Beckenbauer ini mendapat berbagai respons dan ucapan duka cita dari sesama pemain sepak bola. Di media sosial X (dulu Twitter), Gary Lineker, mengungkapkan penyesalannya atas kabar meninggalnya Beckenbauer.
Legenda sepak bola lain, Xabi Alonso, yang memenangkan Piala Dunia bersama Spanyol dan saat ini menjadi manajer di Bayer Leverkusen, menuliskan "Ruhe in Frieden (Istirahat dalam Damai), Kaiser!" di akun pribadinya.
Lothar Matthaus, kapten Beckenbauer di Piala Dunia 1990, mengungkapkan kejutan mendalam atas kepergian "Der Kaiser." Matthaus mengaku terkejut meskipun mengetahui Franz sedang dalam kondisi tidak sehat.
Matthaus menyebut Beckenbauer sebagai salah satu yang terhebat, baik sebagai pemain maupun pelatih, serta sebagai individu di luar lapangan.
Bagi saya pribadi, sosok Franz Beckenbauer ini cukup terasa begitu dekat. Ketika beranjak remaja dam mulai tertarik akan sepak bola, waktu itu saya kagum dengan kiprah tim nasional Jerman Barat yang di dalamnya ternyata ada nama Beckenbauer.
Dari situ saya kemudian mencari tahu tentang sosoknya dan kemudian mengidolakannya. Sosoknya termasuk yang awal-awal saya idolakan.
Maka dari itu, di hari meninggalnya saya memutuskan menunda tidur hingga subuh demi membaca dan menulis tentang Franz "Der Kaiser" Beckenbauer sebagai bentuk apresiasi dan ucapan "selamat jalan."
Franz Beckenbauer akan tetap hidup dalam kenangan kita sebagai legenda yang mengukir sejarah sepak bola dengan keahliannya yang tak terlupakan.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Selamat Jalan Legenda Sepak Bola Jerman Franz Beckenbauer"