Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Ajang debat capres yang ketiga tak hanya menjadi panggung seru untuk merinci kinerja para calon, tetapi juga menjadi ajang menarik untuk menyaksikan sejauh mana gaya berpakaian mereka mencuri perhatian.
Berbicara soal fashion statement, pasangan Capres-Cawapres Gandar-Mahfud dan juga Cawapres Gibran menjadi fokus utama dengan penampilan yang tak hanya menghadirkan kreativitas dalam gaya berbusana, tetapi juga mengekspresikan esensi dari karakter politik mereka.
Mari kita telusuri bagaimana penampilan mereka di panggung debat membuktikan bahwa fesyen dan politik bisa menyatu secara harmonis.
Istilah "fashion statement" bukan hanya sebatas penampilan fisik, melainkan mencerminkan gaya khas dan keunikan seseorang.
Di tengah serangkaian produk fashion, seperti jaket kulit, sepatu keds, celana, kacamata hitam, atau bahkan bomber jacket, setiap paslon memiliki peluang untuk mengekspresikan karakter, identitas, dan ciri khas melalui busana yang dipilihnya.
Terkadang, atmosfer politik yang serius dapat membuat seseorang terlalu fokus pada substansi debat dan tidak terlalu memperhatikan gaya berpakaian para pasangan cares-cawapres. Padahal, busana dapat menjadi saluran kreativitas untuk menonjolkan karakter dan memberikan kesan yang tak terlupakan.
Berekspresi melalui fesyen pun tidak memerlukan modal banyak atau barang bermerek yang mahal untuk bisa diingat oleh masyarakat umum. Dalam konteks ini, di acara debat capres, paslon nomor 3 Ganjar-Mahfud, muncul dengan fashion statement unik yang bernuansa anak muda.
Selain pasangan Ganjar-Mahfud, calon wakil presiden dari Prabowo Subianto, Gibran Rakabuming Raka juga menampilkan fashion statement yang menarik di panggung debat cawapres yang diadakan sebelumnya.
Penampilan mereka menjadi sorotan, bukan hanya karena gagasan yang disampaikan pada saat debat, melainkan juga gaya berpakaian yang mencirikan kepribadian mereka.
Selain berfungsi sebagai pelindung mata dari sinar matahari dan debu, kacamata aviator juga menjadi elemen penting dalam menambah gaya berbusana seseorang.
Model kacamata aviator yang awalnya kerap digunakan oleh banyak pilot ini ternyata kini menjadi salah satu tren. Munculnya tren ini bisa jadi karena film Top Gun yang dibintangi oleh Tom Cruise.
Ada beberapa alasan mengapa kacamata ini kemudian menjadi tren, selain karena modelnya yang ikonik dan cukup vintage, model kacamata hitam ini juga akan membuat penasaran setiap orang dan ingin mencari tahu seperti apa wajah yang ada di balik kacamata itu.
Masih terinspirasi dari busana ala pilot, jaket bomber kini juga menjadi bagian dari budaya berbusana populer. Dengan menggunakan jaket bomber ini, pasangan Ganjar-Mahfud tampil dengan kesan kasual tetapi tetap terlihat gagah.
Sepertinya memang gaya jaket bomber ini begitu cocok dengan Ganjar mengingat dirinya juga memiliki hobi otomotif, khususnya motor.
Berbeda dengan pasangan Ganjar-Mahfud, calon wakil presiden nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka juga tampil ke panggung debat dengan menampilkan ciri khas anak muda, yakni menggunakan sepatu sneakers.
Sebagai catatan, sneakers ini awalnya dirancang untuk kegiatan olahraga. Akan tetapi, karena kepopulerannya, sekarang sneakers menjadi bagian dari gaya hidup berpakaian sehari-hari.
Panggung pemilihan umum kali ini menjadi lebih menarik dengan adanya sentuhan-sentuhan kecil seperti fashion statement dari berbagai paslon. Gaya kasual dengan kacamata aviator dan sepatu sneakers berhasil menambah semarak acara debat di televisi, yang sebelumnya terkadang diisi oleh penampilan yang terlalu monoton dan cenderung kaku.
Tampil di panggung debat dengan fashion statement tertentu bagi para paslon tentu memberikan keuntungan, seperti brand image yang kuat, menciptakan ciri khas, menunjukkan identitas, juga mencermintan karakter yang unik.
Secara tidak sadar, gaya berpakaian ini menciptakan sesuatu yang lebih dari sekadar penampilan fisik; ia memicu kreativitas visual yang mendukung adu argumen dan kampanye politik secara keseluruhan menjadi lebih memikat.
Gaya busana dalam politik tidak hanya menjadi bahan perbincangan tentang penampilan fisik semata, melainkan juga menjadi alat komunikasi yang kuat. Fashion statement dari para paslon pada debat ketiga memberikan dampak visual yang signifikan, memberikan dimensi kreatif pada serangkaian argumen dan janji-janji politik.
Saat kita menyaksikan acara politik, mari buka mata lebih lebar terhadap detail kecil ini. Terkadang, di balik gaya berpakaian, tersembunyi pesan-pesan dan karakter yang menciptakan warna tersendiri pada panggung politik.
Semoga tulisan ini dapat membuka pandangan baru terkait hubungan antara fesyen dan politik, menciptakan ruang untuk apresiasi atas kreativitas yang muncul di berbagai aspek kehidupan.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Capres-Cawapres 2024 dan Fashion Statement"