Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Sebagai manusia yang termasuk dalam golongan kelas menengah, saya merasa terperangkap. Pasalnya, di satu sisi merasa agak beruntung jika dibandingkan dengan mereka yang termasuk golongan masyarakat miskin. Meski begitu, di sisi lain sebagai kelas menengah saya sadar bahwa untuk menjadi kaya dan bisa mencapai semua impian masih sangat jauh serta terasa sulit untuk digapai.
Di samping itu saya --atau mungkin kita semua yang termasuk-- kelas menengah, masih merasa bersyukur memiliki akses terhadap kebutuhan dasar, seperti tempat tinggal yang layak, pendidikan yang memadai, dan pangan yang cukup. Namun, terdapat perasaan tidak puas dan keinginan untuk mencapai kemakmuran finansial yang lebih tinggi.
Laporan Kompas.id menyebut bahwa kelompok masyarakat kelas menengah berjumlah 53,6 juta (20,5 persen) dari total penduduk Indonesia. Kelompok inilah yang mendapat label sebagai masyarakat "susah kaya" karena kehidupan mereka dipenuhi oleh perjuangan memenuhi kebutuhan sehari-hari, berusaha menabung, dan terus berusaha agar bisa menikmat gaya hidup tertentu.
Dilabeli "susah kaya" karena kelompok masyarakat ini sebenarnya memiliki kemampuan untuk membeli barang-barang "mahal" atau berlibur sesekali, akan tetapi kehidupan mereka lebih sering dihabiskan untuk membatasi diri dan gaya hidup agar bisa memenuhi kebutuhan finansialnya setiap bulan.
Dengan gaji yang juga pas-pasan dan ditambah sebagian besar mereka juga berperan sebagai generasi sandwich, bisa mencukupi kebutuhan pribadi dan orang-orang yang mesti ia cukupkan, maka sudah dianggap cukup. Oleh karenanya bisa dikatakan bahwa sebagian hidup mereka dihabiskan untuk terus berjuang agar bisa mencapai stabilitas finansial.
Kelompok masyarakat menengah umumnya memiliki gaji yang hanya pas dan cukup digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokoknya saja, tanpa bisa menyisihkan sebagian untuk ditabung atau berinvestasi. Mengapa begitu?
Tentu hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain seperti biaya hidup yang tinggi di kota besar yang tak sesuai dengan jumlah gaji yang diterima, tanggung jawab anggota keluarga yang harus dibiayai, hingga rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan diri.
Banyak dari kelas menengah yang tinggal di kota besar dengan gaji pas-pasan berjuang untuk memenuhi biaya tempat tinggal, transportasi dan kebutuhan pokok lainnya yang jumlahnya cukup tinggi. Selain itu, kebanyakan mereka yang juga termasuk generasi sandwich membuat finansial mereka semakin sulit karena harus memenuhi tak hanya kebutuhan pokok diri sendiri melainkan juga anggota keluarga lain.
Dengan gaji pas-pasan dan banyak tanggungan biaya inilah yang pada akhirnya mendorong banyak masyarakat kelas menengah mencari penghasilan tambahan melalui pekerjaan sampingan atau usaha lainnya. Hal ini tentu akan memaksa mereka bekerja lebih keras dan lebih lama untuk bisa mendapat penghasilan cukup.
Kelas menengah bagi sebagian orang dianggap sebagai "batu loncatan" untuk bisa naik kelas lebih tinggi lagi. Kunci utama yang dibutuhkan kelas menengah untuk bisa naik kelas adalah melalui pendidikan tinggi, penguasaan keterampilan yang memadai, dan nilai jual diri lain yang bisa mendukung mereka naik kelas.
Meski telah memiliki semua itu, namun ternyata belum cukup dan sering kali masih membutuhkan bantuan serta dukungan dari pemerintah. Dukungan ini bisa beragam bentuk, seperti bantuan beasiswa, pelatihan kerja, atau akses ke modal usaha.
Berbagai dukungan dari pemerintah ini harapannya tentu akan bisa menambah peluang kelas menengah untuk bisa merangkak naik ke kelas yang lebih tinggi lagi. Dengan begitu, mereka bisa mengubah tak hanya nasib hidup sendiri melainkan juga orang-orang terdekatnya.
Lantas pertanyaannya adalah apakah sampai saat ini pemerintah sudah memberikan bantuan-bantuan yang dikatakan tadi? Jika memang sudah, apakah bantuan-bantuan serta dukungan itu tepat sasaran dan dapat dinikmati semua masyarakat kelas menengah?
Untuk bisa meningkatkan taraf dan kualitas hidup banyak masyarakat kelas menengah Indonesia, pemerintah tentu tak bisa tinggal diam. Ada beberapa cara yang sebenarnya bisa pemerintah lakukan, yakni sebagai berikut.
Langkah pertama yang bisa ditawarkan pemerintah untuk bisa membantu masyarakat kelas menengah kita adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikan dan keterampilan mereka. Hal ini dapat dilakukan melalui berbagai upaya, seperti penyediaan kurikulum pendidikan yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja, peningkatan fasilitas dan sumber daya pendidikan, serta pemberian pelatihan kerja yang sesuai dengan tuntutan industri.
Pemberian modal dan pendanaan kepada pelaku usaha kecil dan menengah oleh pemerintah dapat meningkatkan ekonomi lokal dan mengurangi disparitas ekonomi. Upaya yang pemerintah bisa lakukan adalah dengan memberikan pinjaman modal usaha, memfasilitasi akses ke lembaga keuangan yang dipercaya, dan menyediakan pelatihan terkait manajemen keuangan dan kewirausahaan.
Sebagai pemangku kebijakan, pemerintah perlu merumuskan kebijakan fiskal yang tepat, seperti pengurangan pajak untuk industri-industri tertentu atau insentif pajak untuk perusahaan yang melakukan investasi dalam peningkatan kapasitas produksi, dapat merangsang pertumbuhan sektor tertentu yang memiliki potensi untuk menciptakan lapangan kerja baru.
Selain itu merumuskan kebijakan moneter yang tepat juga penting untuk dilakukan. Bank sentral dapat menggunakan instrumen kebijakan moneter, seperti pengaturan suku bunga atau pengendalian likuiditas, untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan sektor-sektor tertentu, seperti industri manufaktur atau sektor jasa.
Selain itu, pemberdayaan perempuan dan kelompok rentan dalam kelas menengah merupakan aspek yang tidak boleh diabaikan. Penekanan pada inklusivitas gender dan keadilan sosial adalah kunci untuk memastikan bahwa perkembangan ekonomi tidak hanya dinikmati oleh segelintir orang, tetapi juga oleh seluruh masyarakat.
Program pemberdayaan ekonomi untuk perempuan, pelatihan keterampilan untuk kelompok rentan, dan kebijakan yang mendukung kesetaraan gender adalah langkah-langkah konkret yang dapat diambil. Dengan memberdayakan seluruh lapisan masyarakat kelas menengah, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih seimbang dan berkeadilan.
Dalam menghadapi dilema "Sandwich Class," kelas menengah memiliki peran sentral dalam membentuk masa depan ekonomi dan sosial. Tantangan yang dihadapi adalah panggilan untuk bertindak, berkolaborasi, dan berinovasi. Dengan dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat, kelas menengah dapat mengatasi hambatan dan menggenggam peluang untuk mencapai kesejahteraan penuh.
Penting untuk mengadopsi pendekatan holistik yang melibatkan semua elemen masyarakat. Melalui kebijakan yang progresif, infrastruktur yang mendukung, dan pemberdayaan ekonomi, kita dapat membentuk masyarakat yang lebih inklusif dan adil. Dengan membangun kesadaran, solidaritas, dan semangat kolaborasi, kita dapat membuka pintu menuju masa depan yang lebih cerah bagi kelas menengah dan seluruh masyarakat.
Oleh karena itu, mari bersama-sama berkontribusi dan berkomitmen untuk menciptakan perubahan positif. Dengan upaya bersama, kita dapat mengubah dilema menjadi peluang, menghadirkan kesejahteraan bagi semua, dan merajut kisah sukses bersama dalam perjalanan mencapai kesejahteraan penuh bagi kelas menengah.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Terjebak di Kelas Menengah: Antara Mimpi Kaya dan Kenyataan Bertahan Hidup"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.