Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Benarkah tanda seorang bahagia bisa dilihat dari perutnya yang membuncit? Itu memang karena bahagia atau ada beda gaya hidup antara dulu dan sekarang?
Coba saja ukur, mungkin saja itu termasuk obesitas. Karena untuk mengukur obesitas tidak hanya dengan berat badan.
Ada yang dinamakan obesitas sentral. Jadi, ini merupakan obesitas yang terjadi di bagian sentral atau perut.
Singkatnya adalah penumpukan lemak di sekitar perut yang dapat diukur melalui lingkar perut atau bahasa sederhananya adalah perut buncit.
Perihal obesitas sentral ini menarik untuk dibahas karena Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 telah merilis obesitas sentral yang merupakan faktor risiko terjadinya PTM (Penyakit Tidak Menular).
Seseorang dikatakan obesitas sentral melalui pengukuran lingkat perut, dengan batasan untuk perempuan >80cm dan laki-laki >90cm.
Kalau melihat kembali data SKI 2023 tadi diketahui bahwa prevalensi obesitas sentral pada penduduk umur >= 15 tahun adalah 36,8% atau dapat dikatakan bahwa dari 10 orang, 4 orang masuk dalam kategori obesitas sentral.
Sedangkan menurut jenis kelamin, diketahui prevalensi obesitas perempuan di Indonesia berada pada angka 54,1% atau 6 dari 10 perempuan masuk kategori obesitas sentral dan laki-laki pada angka 19,7 atau 2 dari 10 laki-laki masuk kategori obesitas sentral.
Karakteristik Obesitas Sentral
Setelah diteliti lebih lanjut ditemukan karakteristik dari obesitas sentral, data menunjukan: perempuan (54,1), usia 45-54 (48,0), pendidikan tamatan D1/D2/D3/PT (47,4), tidak bekerja (51%) dan PNS/TNI/Polri/BUMN/BUMD (49,5), tempat tinggal di perkotaan (40,5), dengan status ekonomi teratas (45,6).
Bahaya Mengintai Obesitas Sentral
Semua yang berlebihan akan menjadi tidak baik, begitupula lemak yang berlebihan atau obesitas. Apalagi posisinya yang berada di perut yang makin tidak baik-baik saja.
Lemak pada bagian ini cenderung aktif secara metabolik, dampaknya adalah produksi hormon nafsu makan yang menjadi terganggu dan meningkatkan hormon stress/kortisol.
Lingkar pinggang/perut diketahui menjadi prediktor pada kejadian dislipidemia, hipertensi, dan sindrom metabolik.
Oleh karena itu mengetahui lingkar perut bisa menjadi penentu seseorang berisiko mengalami penyakit tidak menular.
Lalu harus apa ketika sudah mengalami obesitas sentral?
Modifikasi gaya hidup atau lakukan perubahan mulai dari pola makan yang seimbang, kurangi lemak trans, dan jangan mager atau luangkan waktu untuk berolahraga.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Melihat Data Perut Buncit di Indonesia, Gak Bahaya Ta?"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.