Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Inosensius I. Sigaze
Penulis di Kompasiana

Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Lembaga Survei, Elektabilitas, dan Strategi Partai

Kompas.com - 16/07/2024, 18:49 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) semakin dekat. Suasana riuhnya mulai terasa di beberapa daerah seperti informasi, data, sampai tokoh-tokoh yang digadang untuk maju.

Sebagaimana tiap kali pemilihan umum berlangsung justru bakal calon (Balon) Kepala Daerah belum tentu maju, tetapi publikasi dan survei telah menyebut nama mereka.

Namun, antara lembaga survei dan elektabilitas akan berpengaruh dengan strategi partai politik menghadapi Pilkada.

Peran Lembaga Survei dan Literasi Politik

Lembaga survei telah memperlihatkan peran penting, terutama berkaitan dengan survei-survei penting terkait momen demokrasi setiap pemilu.

Keunikan gaya survei dari lembaga survei menunjukan bahwa mereka memiliki kepekaan tinggi dalam melihat realitas dan peka mendengar suara-suara dari kalangan kecil di sisi lainnya.

Lembaga survei memiliki andil besar bukan hanya dalam membangun iklim diskusi, tetapi juga dalam mempromosikan figur yang tersembunyi tetapi memiliki daya tarik publik.

Terlepas dari polemik dan gejolak politik yang terjadi akibat lembaga survei, tetapi mereka punya andil membangun literasi politik yang sehat.

Elektabilitas Tokoh di Luar Partai

Bagi sebagian orang yang punya ambisi politik, kehadiran nama-nama baru yang digadang-gadang akan menjadi calon kepala daerah nanti tentu saja bisa menjadi penyebab tensi fisik tidak stabil.

Pasalnya, tokoh-tokoh itu telah disertai dengan angka-angka dari lembaga survei yang tentu saja bukan hiburan dan permainan.

Ada beberapa kemungkinan melihat fenomena tingginya elektabilitas tokoh nonpartai.

Pertama, fenomena itu bisa saja berkaitan dengan trik politik dari tokoh-tokoh politik yang punya kepentingan besar dalam Pilkada.

Kedua, ada kemungkinan fenomena ini bagian dari strategi politik dari partai politik tertentu supaya orang-orang di tubuh partai politik merapatkan barisan internal dan selanjutnya memperkuat garda konstelasi berikutnya.

Ketiga, ada kemungkinan lainnya berkaitan dengan strategi tokoh-tokoh politik agar diperkenalkan mereka ke kalangan publik, sekaligus untuk mengetahui seberapa besar animo masyarakat terhadap mereka.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Kini Naik Bus dari Bogor ke Jakarta Kurang dari 'Goceng'
Kini Naik Bus dari Bogor ke Jakarta Kurang dari "Goceng"
Kata Netizen
Diet Saja Tak Cukup untuk Atasi Perut Buncit
Diet Saja Tak Cukup untuk Atasi Perut Buncit
Kata Netizen
Bisakah Berharap Rusun Bebas dari Asap Rokok?
Bisakah Berharap Rusun Bebas dari Asap Rokok?
Kata Netizen
Mencari Kandidat Pengganti Nasi, Sorgum sebagai Solusi?
Mencari Kandidat Pengganti Nasi, Sorgum sebagai Solusi?
Kata Netizen
Perang Ego, Bisakah Kita Menghentikannya?
Perang Ego, Bisakah Kita Menghentikannya?
Kata Netizen
Berpenampilan Menarik, Bisa Kerja, dan Stereotipe
Berpenampilan Menarik, Bisa Kerja, dan Stereotipe
Kata Netizen
Jelang Bagikan Rapor, Wali Murid Boleh Beri Hadiah?
Jelang Bagikan Rapor, Wali Murid Boleh Beri Hadiah?
Kata Netizen
Delayed Gratification, Dana Pensiun, dan Masa Tua
Delayed Gratification, Dana Pensiun, dan Masa Tua
Kata Netizen
Memaknai Idul Kurban dan Diplomasi Kemanusiaan
Memaknai Idul Kurban dan Diplomasi Kemanusiaan
Kata Netizen
Sudah Sejauh Mana Pendidikan Kita Saat Ini?
Sudah Sejauh Mana Pendidikan Kita Saat Ini?
Kata Netizen
Masihkah Relevan Peran dan Tugas Komite Sekolah?
Masihkah Relevan Peran dan Tugas Komite Sekolah?
Kata Netizen
Masa Muda Sejahtera dan Tua Bahagia, Mau?
Masa Muda Sejahtera dan Tua Bahagia, Mau?
Kata Netizen
Jebakan Frugal Habit, Sudah Mencoba Hemat Tetap Saja Boncos
Jebakan Frugal Habit, Sudah Mencoba Hemat Tetap Saja Boncos
Kata Netizen
Indonesia dan Tingkat Kesejahteraan Tertinggi di Dunia
Indonesia dan Tingkat Kesejahteraan Tertinggi di Dunia
Kata Netizen
Mendesak Sistem Pendukung dan Lingkungan Adaptif bagi Difabel
Mendesak Sistem Pendukung dan Lingkungan Adaptif bagi Difabel
Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau