Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) semakin dekat. Suasana riuhnya mulai terasa di beberapa daerah seperti informasi, data, sampai tokoh-tokoh yang digadang untuk maju.
Sebagaimana tiap kali pemilihan umum berlangsung justru bakal calon (Balon) Kepala Daerah belum tentu maju, tetapi publikasi dan survei telah menyebut nama mereka.
Namun, antara lembaga survei dan elektabilitas akan berpengaruh dengan strategi partai politik menghadapi Pilkada.
Peran Lembaga Survei dan Literasi Politik
Lembaga survei telah memperlihatkan peran penting, terutama berkaitan dengan survei-survei penting terkait momen demokrasi setiap pemilu.
Keunikan gaya survei dari lembaga survei menunjukan bahwa mereka memiliki kepekaan tinggi dalam melihat realitas dan peka mendengar suara-suara dari kalangan kecil di sisi lainnya.
Lembaga survei memiliki andil besar bukan hanya dalam membangun iklim diskusi, tetapi juga dalam mempromosikan figur yang tersembunyi tetapi memiliki daya tarik publik.
Terlepas dari polemik dan gejolak politik yang terjadi akibat lembaga survei, tetapi mereka punya andil membangun literasi politik yang sehat.
Elektabilitas Tokoh di Luar Partai
Bagi sebagian orang yang punya ambisi politik, kehadiran nama-nama baru yang digadang-gadang akan menjadi calon kepala daerah nanti tentu saja bisa menjadi penyebab tensi fisik tidak stabil.
Pasalnya, tokoh-tokoh itu telah disertai dengan angka-angka dari lembaga survei yang tentu saja bukan hiburan dan permainan.
Ada beberapa kemungkinan melihat fenomena tingginya elektabilitas tokoh nonpartai.
Pertama, fenomena itu bisa saja berkaitan dengan trik politik dari tokoh-tokoh politik yang punya kepentingan besar dalam Pilkada.
Kedua, ada kemungkinan fenomena ini bagian dari strategi politik dari partai politik tertentu supaya orang-orang di tubuh partai politik merapatkan barisan internal dan selanjutnya memperkuat garda konstelasi berikutnya.
Ketiga, ada kemungkinan lainnya berkaitan dengan strategi tokoh-tokoh politik agar diperkenalkan mereka ke kalangan publik, sekaligus untuk mengetahui seberapa besar animo masyarakat terhadap mereka.