Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Pernah terbayang kalau ternyata keluarga sendiri mengetahui isi konten media sosial di akun kita? Bagaimana perasaannya, malu?
Jika sudah kadung diketahui seperti itu, apa yang dilakukan? Apakah akan saling follow atau cuek-cuek saja?
Support Keluarga melalui Media Sosial
Meski sudah cukup lama tidak bermain media sosial beberapa tahun lalu, tetapi akhirnya kini aktif kembali dengan beberapa batasan saja.
Apalagi kini sekeluarga sudah bermain media sosial, saling follow, saling bertegur sama, hingga melihat semua status yang dibuat.
Biar bagaimanapun media sosial menjadi wadah dukungan keluarga. Jadi ketika menggunakan media sosial, itu merupakan bentuk saling mendukung kegiatan masing-masing.
Selain membagikan tulisan yang sudah dibuat di Kompasiana, lewat media sosial juga digunakan untuk mempromosikan dagangan.
Nah, apa yang telah dibagikan di media sosial maka diteruskan juga oleh keluarga dalam bentuk story. Itulah bentuk dukungan yang diberikan keluarga lewat media sosial.
Oleh karena itu, dengan adanya media sosial keluarga, mereka turut serta membantu menyebarkan dukungan positif pada anggota keluarga satu sama lain.
Terlebih sebagai orangtua, menggunakan media sosial juga bisa dimanfaatkan untuk lebih memperhatikan anak.
Dunia media sosial sekarang lebih berbahaya untuk anak-anak dan remaja, sehingga mengawasi anak melalui media sosial menjadi satu cara bagi orangtua memantau interaksi anak di media sosial.
"Teman di dunia maya mungkin asyik untuk berbincang sementara, tetapi yang setia dan selalu ada bersamamu hanyalah keluarga."
Sama seperti yang dibahas di atas, dukungan orangtua di media sosial untuk anak, membuat anak merasa mendapatkan perhatian dari orangtua di tengah kesibukan.
Lebih jauh lagi, setiap kegiatan anak di media sosial bisa dapat pantauan langsung atau memberikan masukan pada anak apabila ada hal yang tidak baik.
Meski tidak sedikit kalau sudah remaja ada kecenderungan tidak nyaman saling follow dengan orangtua. Malah kebanyakan remaja ingin ruang pribadi untuk bercengkrama bersama teman-temannya saja.