Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Nurul Mutiara R A
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Nurul Mutiara R A adalah seorang yang berprofesi sebagai Freelancer. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Apakah Perlu Memberi Label dan Edukasi Bahaya Gula ke Masyarakat?

Kompas.com - 31/07/2024, 20:27 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Indonesia termasuk negara dengan jumlah penderita diabetes tipe 1 se-ASEAN dan nomor 34 dari 204 berdasar laporan dari International Diabetes Federation (IDF).

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes dr. Maxi Rein Rondonuwu mengutarakan jika konsumsi gula berlebih, baik dari makanan atau minuman berisiko tinggi menciptakan problem kesehatan seperti gula darah tinggi, obesitas, dan diabetes melitus.

Bagaimana, cukup mengagetkan bukan angka penderitanya? Bayangkan bila di Indonesia ini banyak penderita diabetes, selain bakal menambah deret kematian, juga menambah beban negara karena biaya kesehatan yang membengkak.

Upaya yang tengah diusahakan Kementerian Kesehatan saat ini adalah memberi label kandungan gula pada minuman atau makanan kemasan. Tujuannya, label tersebut bisa menjadi tolok ukur bagi konsumen.

Label kandungan gula menjadi penting mengingat konsumsi masyarakat terhadap gula begitu tinggi. Namun, apakah pemberian label saja cukup?

Kementerian Kesehatan perlu melakukan langkah awal demi mencegah kebiasaan masyarakat mengonsumsi gula secara berlebihan. Memangnya, berapa sih angka aman konsumsi gula tiap harinya?

Menurut Kementerian Kesehatan, rekomendasi konsumsi gula setiap hari, 10 persen dari total energi (200 kkal) atau setara dengan 4 sendok makan (sekitar 50 gram).

Adanya rekomendasi konsumsi gula di atas, paling tidak konsumen bisa menganalisa kebutuhan asupan gula tiap harinya. Jadi tidak perlu sampai melebihi rekomendasi agar tidak menjadi penyakit.

Selain pemberian label kandungan gula, edukasi melalui sosialisasi wajib dilakukan ke masyarakat. Tetapi kenapa? Itu karena berkenaan dengan kebiasaan membaca.

Bila melihat tingkat literasi masyarakat Indonesia yang masih rendah, jelas bahwa edukasi dan sosialisasi sangat dibutuhkan. Mudahnya, masyarakat Indonesia jarang sekali mau membaca tabel kandungan gizi.

Biasanya saat beli minuman atau makanan kemasan, ya tinggal beli dan konsumsi saja. Tidak ada waktu untuk memeriksa kandungan gula bahkan sampai dihitung, kecuali bagi mereka yang sedang diet, pasti bakal memeriksa.

Jadi, seandainya pemerintah melalui Kemenkes mulai memberlakukan label khusus pada kemasan makanan atau minuman, harus disertai dengan sosialisasi yang terperinci.

Harapannya langkah-langkah pemerintah untuk mengurangi konsumsi gula berlebih di masyarakat bisa terealisasikan.

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Pemberian Label dan Edukasi Bahaya Gula ke Masyarakat, Perlu Gak?"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Apa yang Membuat 'Desperate' Ketika Cari Kerja?

Apa yang Membuat "Desperate" Ketika Cari Kerja?

Kata Netizen
Antara Bahasa Daerah dan Mengajarkan Anak Bilingual Sejak Dini

Antara Bahasa Daerah dan Mengajarkan Anak Bilingual Sejak Dini

Kata Netizen
Kebebasan yang Didapat dari Seorang Pekerja Lepas

Kebebasan yang Didapat dari Seorang Pekerja Lepas

Kata Netizen
Menyiasati Ketahanan Pangan lewat Mini Urban Farming

Menyiasati Ketahanan Pangan lewat Mini Urban Farming

Kata Netizen
Mari Mulai Memilih dan Memilah Sampah dari Sekolah

Mari Mulai Memilih dan Memilah Sampah dari Sekolah

Kata Netizen
Menyoal Kerja Bareng dengan Gen Z, Apa Rasanya?

Menyoal Kerja Bareng dengan Gen Z, Apa Rasanya?

Kata Netizen
Solidaritas Warga Pasca Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Flores Timur

Solidaritas Warga Pasca Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Flores Timur

Kata Netizen
Kenali 3 Cara Panen Kompos, Mau Coba Bikin?

Kenali 3 Cara Panen Kompos, Mau Coba Bikin?

Kata Netizen
Tips yang Bisa Menunjang Kariermu, Calon Guru Muda

Tips yang Bisa Menunjang Kariermu, Calon Guru Muda

Kata Netizen
Dapatkan Ribuan Langkah saat Gunakan Transportasi Publik

Dapatkan Ribuan Langkah saat Gunakan Transportasi Publik

Kata Netizen
Apa Manfaat dari Pemangkasan Pada Tanaman Kopi?

Apa Manfaat dari Pemangkasan Pada Tanaman Kopi?

Kata Netizen
Kembangkan Potensi PMR Sekolah lewat Upacara Bendera

Kembangkan Potensi PMR Sekolah lewat Upacara Bendera

Kata Netizen
Menulis sebagai Bekal Mahasiswa ke Depan

Menulis sebagai Bekal Mahasiswa ke Depan

Kata Netizen
Membedakan Buku Bekas dengan Buku Lawas, Ada Caranya!

Membedakan Buku Bekas dengan Buku Lawas, Ada Caranya!

Kata Netizen
Menunggu Peningkatan Kesejahteraan Guru Terealisasi

Menunggu Peningkatan Kesejahteraan Guru Terealisasi

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau