Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Sekarang ini sampah merupakan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut dikarenakan produksi sampah bahwa setiap individu menghasilkan sampah.
Oleh karena itu, kegiatan mengompos bisa jadi aktivitas kegiatan rutin yang dilakukan dalam mengolah produksi sampah harian.
Sampah jadi tidak lagi sekadar menyimpannya di tempat sampah, lalu
berakhir di TPU.
Kini, semua sampah organik masukkan ke wadah komposter untuk kemudian dicampurkan dengan daun-daun kering, cocopeat, dan tanah.
Hasil dari mengomposnya dijadikan campuran untuk tanaman buah dan sayur di pekarangan rumah. Hasilnya? Mereka tumbuh subur bahkan hingga berbunga dan berbuah.
Dari semua kegiatan mengompos ini ternyata tidak ada kompos yang dibuat lalu gagal. Ada 3 aspek agar kegiatan mengompos berhasil dan bisa digunakan.
1. Komposmu bisa berbau busuk, namun bukan berarti gagal
Bau busuk adalah tanda bahwa komposmu terlalu basah. Kamu bisa melakukan penjemuran di bawah sinar matahari, agar bau itu perlahan menguap.
Lakukan penjemuran pada saat mengaduk kompos yang dilakukan dalam tiga hari sekali.
Setelah dijemur dan dirasa masih basah, kamu bisa menambahkan material coklat seperti dedaunan kering, serbuk kayu, sekam padi, atau potongan kardus.
Sifat kering dari material coklat ini akan membantu menyerap air dari sampah organik, sehingga komposmu tidak lagi bau.
2. Komposmu bisa dipenuhi belatung, lalat, semut, dan cacing, tetapi bukan berarti gagal
Kehadiran serangga adalah pertanda bahwa sampah organikmu mungkin mengandung lemak atau material hewani.
Apalagi jika itu berasal dari sampah makanan berlemak maka sebaiknya kita hindari dalam kompos.
Sampah makanan tersebut sangat disukai para serangga, apalagi jika ditaruh di tempat lembap.