Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Besar Pendapatan Kecil Pengeluaran
Ada emak yang beberapa kali memajang foto kwitansi penyewaan kiosnya di status WhatsApp. Harga sewa kiosnya ada yang jutaan, belasan juta, dan ada yang Rp68 juta per tahun.
Banyak yang bilang dia orang kaya, makanya duitnya mau dipinjam Rp100 juta. Namun, dia pernah cerita ke saya bagaimana dia amat membatasi pengeluaran sehari-hari, termasuk uang saku untuk kuliah dan sekolah anak-anaknya.
Anaknya yang baru masuk kuliah diminta cari laptop second dan kalau beli baju cukup di toko Serba Rp35 ribu. Anaknya yang SMP diberi uang saku Rp10.000.
Uang saku mayoritas anak SMP (negeri) dari orang tua kelas menengah di kisaran Rp20.000-Rp25.000 sekaligus untuk makan siang.
Mungkin juga karena single mom dia merasa harus berhemat supaya ekonominya kelak tidak morat-marit.
Namun, meski pendapatannya besar ternyata dia belum tentu dikategorikan sebagai orang kaya.
BPS (Badan Pusat Statistik) mengkategorikan kelas ekonomi orang Indonesia dari pengeluarannya, bukan pendapatan. BPS menyebut karena pengeluaran cenderung lebih stabil dan mencerminkan pola konsumsi yang sebenarnya.
Pengeluaran biasanya lebih konsisten, sedangkan pendapatan bisa berfluktuasi.
Kompas.id melansir laporan Bank Dunia mengenai klasifikasi kelas ekonomi di Indonesia dengan perincian:
Sementara itu Tribunnews merilis laporan BPS tentang kriteria kelas ekonomi dengan rincian pengeluaran:
Beda World Bank dan BPS, beda lagi dengan Forbes. Forbes memberi kriteria kalau orang kaya itu adalah mereka yang punya aset minimal 1 juta dolar AS atau sekitar Rp15 miliar dengan kurs saat ini.
Daya Beli dan Daya Juang
Menurut klasifikasi kelas ekonomi BPS dan World Bank, pengeluaran memberikan gambaran yang lebih jelas tentang kesejahteraan ekonomi seseorang.
Ini karena pengeluaran mencerminkan kemampuan seseorang untuk mengelola dan merencanakan keuangan mereka dalam jangka panjang.