Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Yana Haudy
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Yana Haudy adalah seorang yang berprofesi sebagai Full Time Blogger. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Logika Kelas Ekonomi antara Kaya dan Miskin

Kompas.com - 30/09/2024, 23:56 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Seseorang dengan pendapatan tinggi, tapi pengeluarannya rendah mungkin tidak menikmati standar hidup yang sesuai pendapatannya. Ini cocok dengan pola hidup irit emak yang menyewakan kios-kiosnya tadi.

Kemudian, dua orang dengan pendapatan yang sama pengeluarannya bisa beda karena biaya hidup atau kebiasaan menabung dan berinvestasinya juga beda.

Meski begitu, saya yang awam dan sok tau berpendapat klasifikasi kelas ekonomi berdasarkan pengeluaran ini rapuh dan tricky.

Logika kelas-ekonomi-berdasarkan-pengeluaran melihat seseorang yang pendapatannya rendah tapi pengeluarannya tinggi, bisa terjadi karena dia punya akses ke lebih banyak barang dan jasa. 

Punya akses ke banyak barang dan jasa apa berarti dia boros, atau karena dia generasi sandwich yang harus bayar uang kuliah adik, membiayai kedua orang tua, atau memodali iparnya, misalnya?

Sebagai contoh ada orang yang pendapatannya Rp2 juta, tapi pengeluaran rutinnya Rp3 juta. Berdasarkan kategori kelas ekonomi BPS, dia masuk ke kelas menengah, padahal realita gajinya ada di aspiring middle class.

Guna mencukupi pengeluarannya yang minus sejuta dia harus ngojek, jadi reseller, jualan makanan, atau melakukan pekerjaan lain yang menghasilkan rupiah.

Klasifikasi berdasarkan pengeluaran ini juga tricky pada contoh semisal saya beli gamis seharga satu juta. Orang mengira karena saya kaya maka saya beli yang harga sejuta, padahal saya mencicilnya di tetangga. Lalu kalau ada orang yang beli gamis seharga Rp200 ribu, apa berarti dia tidak mampu beli yang harganya sejuta? Belum tentu, bisa jadi karena dia merasa cukup membeli yang Rp200 ribu saja.

Kalau boleh saya katakan kalau pendapatan seseorang tergantung dari sejauh mana daya juangnya dalam mengumpulkan uang. Sedangkan pengeluaran tergantung dari daya belinya dalam membelanjakan uang itu. Apa dia berdaya membelanjakan semua uangnya, atau super hemat seperti emak yang menyewakan kiosnya.

Dari daya beli itulah BPS mengklasifikasikan kelas ekonomi masyarakat Indonesia. Negara maju seperti Amerika, Kanada, Belanda, Rusia, dan Inggris menggunakan pendapatan untuk membagi kelas ekonomi masyarakatnya.

Namun, pembagian kelas ekonomi di Inggris lebih rumit karena menyertakan faktor gelar bangsawan dan kepemilikan tanah.

Persepsi Kaya dan Miskin

Ada kenalan saya single mom yang suaminya meninggal kemudian menikah lagi dengan seorang Letda.

Buat orang desa punya suami berpangkat Letda itu mentereng dengan fulus tebal. Padahal pada usia 39 tahun seorang tentara bisa disebut mentereng kalau dia berpangkat Kapten atau Mayor.

Orang-orang mengira usahanya maju (sekarang punya tiga warung bakso) karena modal dan pengaruh suaminya. Padahal sang istri bercerita kalau sejak awal menikah dialah yang menopang hampir semua pengeluaran rumah tangga.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya
ASN Dipindah Tugaskan, Bagaimana Kondisi Sosial dan Psikologisnya?
ASN Dipindah Tugaskan, Bagaimana Kondisi Sosial dan Psikologisnya?
Kata Netizen
Sudah Tidak Mau Pelihara, Kok Malah Hewannya Dibuang?
Sudah Tidak Mau Pelihara, Kok Malah Hewannya Dibuang?
Kata Netizen
Ragam Makanan Aceh Besar, Mana Jadi Favoritmu?
Ragam Makanan Aceh Besar, Mana Jadi Favoritmu?
Kata Netizen
Sudah Siapkah Menerima Bapak Rumah Tangga di Sekitar Kita?
Sudah Siapkah Menerima Bapak Rumah Tangga di Sekitar Kita?
Kata Netizen
Akan Tiba Satu Masa, Anak Enggan Diajak Pergi
Akan Tiba Satu Masa, Anak Enggan Diajak Pergi
Kata Netizen
Me Time ala Ibu-Ibu, Ngamar Sendiri di Hotel
Me Time ala Ibu-Ibu, Ngamar Sendiri di Hotel
Kata Netizen
Sugar Coating, antara Sopan Santun dan Kepalsuan Sosial
Sugar Coating, antara Sopan Santun dan Kepalsuan Sosial
Kata Netizen
Perpustakaan Sidoarjo dan Upaya Menjaga Literasi
Perpustakaan Sidoarjo dan Upaya Menjaga Literasi
Kata Netizen
Bata Setop Produksi Sepatu, Kini Tinggal Kenangan...
Bata Setop Produksi Sepatu, Kini Tinggal Kenangan...
Kata Netizen
Musim Hujan Datang dan Jalan Raya yang Menggenang
Musim Hujan Datang dan Jalan Raya yang Menggenang
Kata Netizen
Ini 4 Olahan Makanan Lokal Toraja untuk MBG
Ini 4 Olahan Makanan Lokal Toraja untuk MBG
Kata Netizen
Apakah Perlu Izin Tetangga Sebelum Kita Pelihara Hewan?
Apakah Perlu Izin Tetangga Sebelum Kita Pelihara Hewan?
Kata Netizen
Usia 30an Ganti Karier, Apa yang Mesti Disiapkan?
Usia 30an Ganti Karier, Apa yang Mesti Disiapkan?
Kata Netizen
Mencecap Keautentikan Lontong Kupang di Alun-alun Bangkalan
Mencecap Keautentikan Lontong Kupang di Alun-alun Bangkalan
Kata Netizen
Jika Kebijakan Minim Bacaan, Ada Risiko Maksimal ke Depannya
Jika Kebijakan Minim Bacaan, Ada Risiko Maksimal ke Depannya
Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau