Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ludiro Madu
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Ludiro Madu adalah seorang yang berprofesi sebagai Dosen. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

BIsakah Menjamin Ketahanan Pangan lewat Real Food?

Kompas.com - 08/10/2024, 13:21 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Di sinilah, peran pemerintah jadi penting dalam membuat kebijakan. Tujuannya membantu masyarakat mendapatkan makanan sehat dengan harga terjangkau.

Salah satu program pemerintah yang bisa membantu adalah Program Keluarga Harapan (PKH). Program ini memberi bantuan pangan ke keluarga miskin. 

Pemerintah bisa menambahkan pelajaran tentang gizi dan cara mendapatkan makanan sehat dalam program ini. Mereka juga bisa membantu keluarga-keluarga ini mendapatkan akses ke pasar tani lokal.

Kebijakan bakal menarik ketika pemerintahan baru di bawah Presiden Prabowo dan Wakil Presiden Gibran menjalankan program makan gratis. Kaitannya adalah program itu mengangkat makanan alami atau real food.

Inovasi dan Solusi

Untungnya, banyak ide kreatif yang muncul untuk mengatasi masalah-masalah ini. Contohnya, ada aplikasi bernama TaniHub yang menghubungkan petani langsung dengan pembeli. 

Aplikasi ini pernah populer ketika di masa Covid-19 dan kabarnya bisa membantu petani menjual hasil panen mereka dengan harga yang lebih baik. Repotnya, perusahaan pemilik aplikasi itu sudah bangkrut dan bermasalah.

Ada juga program "Kampung Pangan Lestari" dari Kementerian Pertanian. Program ini mengajak masyarakat untuk menanam makanan mereka sendiri di lingkungan tempat tinggal mereka. 

Program-program semacam juga muncul diinisiasi pemerintah daerah, organisasi, atau masyarakat dengan tujuan serupa. 

Satu hal yang menarik, banyak makanan tradisional Indonesia sebenarnya sudah termasuk "makanan alami". Contohnya tempe, makanan dari kedelai yang kaya protein. 

Tempe sudah lama jadi makanan sehari-hari orang Indonesia. Mempromosikan makanan tradisional seperti ini bisa jadi cara yang bagus untuk mendorong orang makan makanan yang lebih sehat (Astuti et al., 2014).

Jadi, bagaimana makanan alami bisa membantu ketahanan pangan Indonesia? Jawabannya ada di kebiasaan kita sehari-hari. 

Pendekatan everyday political economy dapat membantu kita memahami bagaimana norma-norma sosial dan budaya mempengaruhi transisi menuju real food. Di Indonesia, makanan tradisional seringkali sudah merupakan bentuk real food. 

Tempe, misalnya, makanan fermentasi kedelai yang kaya protein, telah lama menjadi bagian dari diet sehari-hari masyarakat Indonesia. Mempromosikan dan melestarikan makanan tradisional semacam ini dapat menjadi strategi efektif untuk meningkatkan konsumsi real food dan memperkuat ketahanan pangan.

Dengan memahami ini, kita bisa membuat pilihan yang lebih baik dan bersama-sama membangun ketahanan pangan Indonesia yang lebih kuat.

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Memperkuat Ketahanan Pangan Lewat Real Food?"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Buka Warung Makan, Kapan Waktu yang Tepat Rekrut Pegawai?

Buka Warung Makan, Kapan Waktu yang Tepat Rekrut Pegawai?

Kata Netizen
Katanya Susah Nabung, tetapi Belanja Terus

Katanya Susah Nabung, tetapi Belanja Terus

Kata Netizen
BIsakah Menjamin Ketahanan Pangan lewat Real Food?

BIsakah Menjamin Ketahanan Pangan lewat Real Food?

Kata Netizen
Eksistensi Toko Buku Bekas di Tengah Era Disrupsi

Eksistensi Toko Buku Bekas di Tengah Era Disrupsi

Kata Netizen
Logika Kelas Ekonomi antara Kaya dan Miskin

Logika Kelas Ekonomi antara Kaya dan Miskin

Kata Netizen
Stigma hingga Edukasi tentang Vasektomi

Stigma hingga Edukasi tentang Vasektomi

Kata Netizen
Tradisi Ngedekne Rumah dan Oblok-Oblok Tempe Berkuah

Tradisi Ngedekne Rumah dan Oblok-Oblok Tempe Berkuah

Kata Netizen
Antara Buku, Pendidikan, dan Kecerdasan Buatan

Antara Buku, Pendidikan, dan Kecerdasan Buatan

Kata Netizen
Antisipasi Penipuan lewat Digital Banking

Antisipasi Penipuan lewat Digital Banking

Kata Netizen
Apakah Kamu Termasuk Pendikte di Lingkungan Kerja?

Apakah Kamu Termasuk Pendikte di Lingkungan Kerja?

Kata Netizen
Tes Sidik Jari dari Sudut Pandang Psikologis

Tes Sidik Jari dari Sudut Pandang Psikologis

Kata Netizen
Utang, Paylater, dan Pinjol

Utang, Paylater, dan Pinjol

Kata Netizen
'Wedding Anniversary', Sederhana tetapi Penuh Makna

"Wedding Anniversary", Sederhana tetapi Penuh Makna

Kata Netizen
Bonding Orangtua Masa Kini, Anak adalah Teman

Bonding Orangtua Masa Kini, Anak adalah Teman

Kata Netizen
Kapan Sebaiknya Hewan Divaksin?

Kapan Sebaiknya Hewan Divaksin?

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau