Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Dunia maya masih ramai dengan tren #KaburAjaDulu yang jadi trending topik sejak awal tahun 2025.
Banyak berseliweran konten-konten yang membagikan pengalaman para diaspora Indonesia yang berada di luar negeri di berbagai platform media sosial.
Beragam unggahan dan ajakan untuk pindah ke negara lain langsung muncul. Mulai dari tips mencari beasiswa, cara melamar pekerjaan di luar negeri, peluang magang dan info lowongan pekerjaan di luar negeri serta keuntungan dan kenyamanan setelah tinggal di luar negeri.
Ada sejumlah faktor yang melatar belakangi gerakan untuk "kabur" dari Indonesia. Sulitnya lapangan pekerjaan, persyaratan melamar yang semakin nggak rasional seperti batasan umur, bentuk fisik dan kualitas hidup yang dirasa menurun.
Belum lagi sejumlah kebijakan yang bukannya mempermudah dan berpihak pada rakyat namun justru lebih banyak mempersulit.
Sebagian masyarakat menilai hal tersebut menjadi sinyal bahwa tak sedikit masyarakat Indonesia yang mulai tidak nyaman dengan situasi dan kondisi yang terjadi di Indonesia. Banyak yang resah dan juga nggak betah untuk tinggal di Indonesia lagi.
Cerita sukses orang-orang yang bekerja di negara-negara maju seperti gaji besar, lingkungan yang tertata, teknologi maju dan fasilitas umum dan kesehatan yang bagus, semuanya terlihat begitu menjanjikan.
Akibatnya, banyak yang merasa FOMO dan jadi ikut-ikutan tren #KaburAjaDulu tanpa persiapan matang.
Jadi, sebelum memutuskan untuk pindah dan bekerja di luar negeri, pastikan kamu sudah ada persiapan agar tidak berakhir kecewa atau bahkan pulang lebih cepat. Hal-hal apa saja yang perlu dipersiapkan? Yuk, kita simak!
Hal-hal yang Perlu Dipersiapkan
Tinggal dan bekerja di luar negeri nggak seindah feed Instagram atau FYP Tiktok.
Banyak tantangan yang harus dihadapi, oleh karena itu ada beberapa hal yang mesti dipersiapkan sebelum memutuskan untuk tinggal dan bekerja di luar negeri.
1. Pilih Jalur Legal
Banyak orang tergoda untuk bekerja ke luar negeri dengan cara instan. Proses legal dianggap ribet, lama, dan mahal.
Akhirnya, membuat orang mengambil risiko memilih jalur ilegal dengan iming-iming gaji besar dalam waktu singkat, nggak ribet dan keberangkatan cepat.
Padahal risikonya kamu jadi tidak punya perlindungan hukum jika ada masalah seperti pelecehan, kekerasan, atau eksploitasi.
Kamu tidak bisa melapor karena status ilegalmu. Dan banyak kasus di mana pekerja ilegal tidak dibayar atau mendapat gaji jauh lebih rendah dari yang dijanjikan.
Belum lagi beban mental karena takut ketahuan tidak memiliki ijin tinggal resmi sehingga tidak bebas bergerak dan bila sakit sulit mengakses layanan kesehatan. Jika akhirnya tertangkap, kamu langsung di deportasi secara paksa dan dilarang masuk kembali ke negara tersebut atau di Blacklist.
2. Pahami Realitas, Jangan Terjebak Ekspektasi.
Banyak orang berpikir bahwa hidup di negara maju seperti yang tampak di film-film. Semua serba bersih, rapi, tertata, dan penuh petualangan. Kenyataannya, bekerja di luar negeri kalau tidak memiliki mental baja yang kuat bisa jauh lebih berat daripada yang dibayangkan.
Beradaptasi dengan budaya kerja yang berbeda seperti etos kerja dan disiplin tinggi, jam kerja panjang, tekanan kerja tinggi, harus bisa menerima kritik dan aturan ketat yang bisa membuat culture shock. Kamu dituntut harus bisa cepat beradaptasi dengan lingkungan baru dan orang-orang baru yang memiliki mindset yang berbeda, kalau kamu tidak mau merasa terasing.
Belum lagi perbedaan budaya, bahasa, makanan dan kadang harus menerima perlakuan rasisme. Banyak yang mengalami homesick, kesepian atau stres jika tidak siap dengan realitas ini.
3. Pilih Jalur yang Sesuai dengan Skill dan Kualifikasi
Pastikan kamu memilih jalur yang sesuai dengan kemampuan dan latar belakang pendidikanmu. Mayoritas pekerja migran Indonesia adalah pekerja kasar (Blue Collar) yang bekerja di luar kantor seperti sektor konstruksi, pertanian, manufaktur, perikanan, perawat lansia, ART dan sebagainya.
Tapi banyak juga yang menjadi tenaga profesional, pegawai kantoran, dosen dan peneliti (White Collar) jika memiliki spesifikasi pendidikan dan skill sesuai persyaratan. Biasanya para pelajar Indonesia setelah lulus kuliah di luar negeri mereka mencoba peruntungan dengan mencari kerja dengan menggunakan visa pencari kerja.
Jepang sering menjadi negara tujuan karena banyak menyediakan peluang kerja bagi para lulusan SMA, meskipun Jepang tidak menerima tenaga kerja tanpa skill seperti menjadi Asisten Rumah Tangga (ART). Berbeda dengan negara-negara Asia lainnya seperti Hongkong, Taiwan, Arab Saudi, Malaysia, Singapura dan sebagainya.
Contohnya program Magang atau pelatihan Kerja (Gino Jisshuu) untuk pemula selama 1-5 tahun adalah yang paling banyak diminati oleh para pencari kerja dari Indonesia. Meskipun gajinya lebih kecil dibandingkan pekerja tetap, tetapi bila dibandingkan di Indonesia jauh sangat lumayan. Bisa menjadi pengalaman hidup dan batu loncatan untuk mendapat visa kerja Tokutei Ginou dengan ikut ujian sertifikasi ketrampilan.
Banyak yang berpikir bahwa bekerja sebagai buruh kasar di luar negeri itu sama saja dengan di Indonesia. Padahal, meskipun pekerjaan yang dilakukan sama, gaji, fasilitas, dan peluang masa depan bisa jauh lebih baik apalagi bila bekerja di negara maju. Kalau tujuannya untuk meningkatkan kesejahteraan finansial, mendapatkan pengalaman, membuka peluang masa depan dan merubah nasib, kenapa tidak?
4. Kuasai Bahasa Lokal, Jangan Andalkan Bahasa Inggris.
Banyak orang berpikir bahwa bahasa Inggris sudah cukup untuk bekerja di luar negeri. Bukan berarti bahasa Inggris tidak penting, tapi kalau ingin bekerja dan hidup dengan nyaman di negara lain, menguasai bahasa lokal setempat adalah kunci utama untuk sukses.
Kemampuan menguasai bahasa lokal jauh lebih berpengaruh, apalagi jika tinggal di negara yang lebih mengutamakan bahasa ibu dibandingkan bahasa Inggris seperti di Jepang dan Jerman.
Jadi, kalau ingin menetap lebih lama atau naik ke jenjang karier lebih tinggi, kemampuan bahasa lokal sangat membantu. Dengan begitu, kamu tidak hanya bekerja, tapi juga bisa berkembang dan sukses di negara tersebut.
5. Jangan Takut untuk Berkembang, Manfaatkan Kesempatan
Jika sudah berhasil bekerja di luar negeri, jangan cepat puas. Manfaatkan peluang dan kesempatan untuk menggali potensimu, belajar dan berkembang serta mencari relasi. Pikirkan baik-baik langkah selanjutnya agar #KaburAjaDulu bukan hanya sekadar tren, tetapi benar-benar menjadi lompatan besar dalam hidupmu.
****
Tren ramai-ramai kabur ke luar negeri menjadi cerminan keresahan sebagian masyarakat Indonesia terutama generasi muda terhadap kondisi sosial ekonomi dan peluang kerja di dalam negeri.
Anak-anak muda mulai berpikir negara ini udah nggak worth it untuk dijadikan tempat tinggal. Sudah tidak layak lagi bagi mereka menaruh harapan untuk masa depan yang lebih cerah atau untuk kehidupan yang lebih baik.
Mereka merasa hidup di luar negeri lebih terjamin, jauh lebih manusiawi dan kualitas hidup mereka jauh lebih dihargai. Oleh karena itulah muncul keinginan untuk merubah nasib ke luar negeri.
Tapi bukan hanya soal keberanian saja untuk persiapan bekerja di luar negeri namun skill, mental, dan strategi yang tepat adalah kunci agar perjalananmu benar-benar membawa perubahan dalam hidup. Jadi, jangan asal ikut-ikutan tren, persiapkan diri sebaik mungkin sebelum memutuskan #KaburAjaDulu.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "#KaburAjaDulu Butuh Strategi dan Persiapan Jangan Asal Ikut Tren dan FOMO"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.