Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagas Kurniawan
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Bagas Kurniawan adalah seorang yang berprofesi sebagai Auditor. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Butuh Berapa Lama Makanan Berbahan Tepung "Mengendap" di Perut?

Kompas.com - 23/02/2025, 18:40 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Apakah Kompasianer pernah dengan istilah terlalu banyak mie instan bisa membuat lama bertahan di perut? Selain itu, apakah percaya bahwa itu bisa bertahan lama di perut hingga berhari-hari?

Berapa banyak dari kita yang meyakini pernyataan tersebut hingga akhirnya mulai membatasi mengonsumsi mi instan?

Ada juga selain mi instan, misal seperti ayam goreng tepung, gorengan atau makanan lain yang berbahan dasar atau mengandung tepung terigu.

Tepungnya itu bisa diam di perut selama 3 hari dan yang menghebohkannya lagi, saya melihat ada seseorang dalam konten videonya menyatakan bahwa bisa menyebabkan kanker.

Wah, kalau ada sebutan kanker, rasanya sudah mengerikan ya, dan bahkan tidak mau lagi mengonsumsinya dengan embel-embel takut kanker. Akhirnya malah bisa menjadi fobia terhadap makanan tepung? 

Saya rasa itu malah menjadi hal yang menyebalkan, ketika kita menjadi fobia terhadap sesuatu hanya karena isu yang baru didengar di telinga kita, padahal kita tidak tahu kebenarannya. Hingga akhirnya jika ditanya "sumbernya dari mana?" jawabannya "percaya aja sama saya". Super sekali jawabannya, hahaha.

Memang isu semacam ini sudah sangat lama dan sudah terbukti tidak benar. Tetapi herannya ketika ada orang lain yang mengangkat kembali pernyataan tersebut, mengherankannya malah ada yang percaya dengan hal tersebut.

Saya tidak tahu apakah komentar-komentar orang yang percaya tersebut memang beneran percaya atau hanya komentar bayaran supaya rating kontennya naik ke permukaan, atau istilah kerennya "fyp (for your page)". 

Mengapa informasi tersebut tidak benar? Berikut ini penjelasan ilmiahnya, mengapa isu tersebut adalah mitos!

Sistem pencernaan manusia dirancang untuk mengolah berbagai jenis makanan, termasuk tepung terigu, dengan cukup efisien. Prosesnya dimulai sejak makanan masuk ke mulut dan berlanjut melalui saluran pencernaan:

1. Di Mulut: Enzim amilase dalam air liur mulai memecah karbohidrat kompleks dalam tepung menjadi gula yang lebih sederhana.

2. Di Lambung: Asam lambung dan enzim pencernaan lainnya melanjutkan pemecahan nutrisi.

3. Di Usus Halus: Enzim pankreas seperti amilase, maltase, dan sukrase mengubah karbohidrat yang lebih kompleks menjadi glukosa yang kemudian diserap ke dalam aliran darah.

4. Di Usus Besar: Sisa-sisa makanan yang tidak dapat dicerna, seperti serat, akan difermentasi oleh bakteri usus sebelum dikeluarkan dari tubuh melalui feses.

Berdasarkan proses ini, tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa tepung terigu atau makanan berbasis tepung dapat mengendap dalam tubuh selama berhari-hari tanpa dicerna. 

Mengapa Mitos Ini Beredar?

Mitos tentang tepung terigu yang tidak bisa dicerna mungkin berasal dari beberapa faktor berikut:

Persepsi terhadap Mi Instan: Banyak orang percaya bahwa mi instan sulit dicerna karena teksturnya yang kenyal dan aditif yang digunakan dalam proses produksinya.

Namun, penelitian telah menunjukkan bahwa mi instan tetap dapat dicerna seperti makanan lain, meskipun mungkin memakan waktu sedikit lebih lama dibandingkan dengan makanan alami.

Efek dari Konsumsi Berlebihan: Jika seseorang mengonsumsi makanan berbasis tepung dalam jumlah besar dan rendah serat, sistem pencernaan bisa bekerja lebih lambat, menyebabkan perasaan kembung atau sembelit.

Namun, ini bukan berarti makanan tersebut benar-benar mengendap di dalam tubuh.

Kurangnya Pemahaman tentang Pencernaan: Beberapa orang menganggap bahwa karena makanan seperti ayam goreng tepung terasa "berat" di perut, maka makanan tersebut tidak dicerna dengan baik. Padahal, tubuh tetap memprosesnya sesuai mekanisme alami. 

Fakta Ilmiah yang Membantah Mitos Tersebut

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa karbohidrat, termasuk tepung terigu, tidak bertahan lama dalam sistem pencernaan:

  • Sebuah studi dalam American Journal of Clinical Nutrition (2018) menunjukkan bahwa makanan berbasis karbohidrat umumnya dicerna dalam waktu kurang dari 24 jam, tergantung pada kandungan serat dan lemaknya.

  • Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam Gastroenterology & Hepatology (2021), sistem pencernaan manusia sangat efisien dalam memproses makanan olahan termasuk mi instan dan roti, dengan waktu transit normal antara 24 hingga 48 jam.

  • Studi lain dari Journal of Food Science and Nutrition (2020) menjelaskan bahwa makanan dengan kadar gluten tinggi, seperti tepung terigu, tidak memperlambat pencernaan secara signifikan kecuali pada individu dengan gangguan pencernaan tertentu seperti penyakit celiac atau sensitivitas gluten non-celiac.

Kesimpulan

Tidak ada bukti ilmiah yang mendukung klaim bahwa tepung terigu dalam makanan seperti mi instan atau ayam goreng tepung dapat mengendap dalam pencernaan selama tiga hari.

Proses pencernaan yang normal akan mengolah dan menyerap nutrisi dari makanan berbasis tepung dalam waktu yang wajar, dengan sisa makanan dikeluarkan melalui feses dalam waktu kurang dari 48 jam.

Agar sistem pencernaan tetap sehat, penting untuk menjaga pola makan yang seimbang, mengonsumsi cukup serat, minum air yang cukup, dan tetap aktif secara fisik.

Jadi, dengan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana tubuh bekerja, kita bisa lebih bijak dalam memilah informasi dan tidak mudah percaya pada mitos yang tidak berdasar.

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Makanan Berbahan Tepung Menetap di Perut Selama 3 Hari?"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Bagaimana Aktivitas Nelayan di Pelabuhan Perikanan Muara Angke?

Bagaimana Aktivitas Nelayan di Pelabuhan Perikanan Muara Angke?

Kata Netizen
Butuh Berapa Lama Makanan Berbahan Tepung 'Mengendap' di Perut?

Butuh Berapa Lama Makanan Berbahan Tepung "Mengendap" di Perut?

Kata Netizen
Mengapa Jomlo Tidak Selalu Berarti Kesepian?

Mengapa Jomlo Tidak Selalu Berarti Kesepian?

Kata Netizen
Cerita Pengorbanan Pengurus RT yang Perlu Kamu Ketahui

Cerita Pengorbanan Pengurus RT yang Perlu Kamu Ketahui

Kata Netizen
Seberapa Besar Nasionalisme Diaspora Indonesia lewat Karya?

Seberapa Besar Nasionalisme Diaspora Indonesia lewat Karya?

Kata Netizen
Bagaimana Pemanfaatan Dana Desa di Lembang Bau?

Bagaimana Pemanfaatan Dana Desa di Lembang Bau?

Kata Netizen
Sebenarnya Apa Sih Jabatan Fungsional Dokter Hewan?

Sebenarnya Apa Sih Jabatan Fungsional Dokter Hewan?

Kata Netizen
Kesiapan Guru Muda di Dunia Pendidikan

Kesiapan Guru Muda di Dunia Pendidikan

Kata Netizen
Belum Banyak Warga Kota Kupang Tahu Ada Cek Kesehatan Gratis

Belum Banyak Warga Kota Kupang Tahu Ada Cek Kesehatan Gratis

Kata Netizen
Tren #KaburAjaDulu hingga FOMO Anak Muda Kita

Tren #KaburAjaDulu hingga FOMO Anak Muda Kita

Kata Netizen
Efisiensi Anggaran Dimulai dari Rumah

Efisiensi Anggaran Dimulai dari Rumah

Kata Netizen
Bagaimana Membangun Pernikahan dari Titik Nol Tanpa Beban Utang?

Bagaimana Membangun Pernikahan dari Titik Nol Tanpa Beban Utang?

Kata Netizen
100 Tahun Pramoedya Ananta Toer untuk Adil Sejak Dalam Pikiran

100 Tahun Pramoedya Ananta Toer untuk Adil Sejak Dalam Pikiran

Kata Netizen
Kenapa Generasi Milenial Gengsi Tinggal di Rusun?

Kenapa Generasi Milenial Gengsi Tinggal di Rusun?

Kata Netizen
Apa Manfaat Air Lindi dari Kompos?

Apa Manfaat Air Lindi dari Kompos?

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau