Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Akbar Pitopang
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Akbar Pitopang adalah seorang yang berprofesi sebagai Guru. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Mencari Jalan Tengah Wisuda Sekolah agar Terlaksana

Kompas.com - 07/05/2025, 19:14 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Tidak bisa dimungkiri bahwa perkembangan zaman memang mempengaruhi cara pandang masyarakat terhadap banyak hal termasuk konsep perpisahan sekolah

Dalam era media sosial seperti sekarang pun dokumentasi menjadi segalanya. Namun, alangkah bijaknya jika dokumentasi itu bukan sekadar menampilkan kemewahan. melainkan merekam momen penuh makna yang mempererat hubungan antar siswa, guru, dan orangtua.

Satu video dokumenter yang sederhana namun penuh kisah bisa lebih berharga dibanding ratusan foto dengan latar dekorasi mahal namun "b aja". 

Sekolah sebagai lembaga pendidikan seharusnya bisa lebih bijak dalam menyikapi fenomena ini. Pada dasarnya, acara perpisahan adalah bagian dari fase akhir pendidikan yang perlu diadakan. tetapi tidak harus dilaksanakan dengan kemewahan. Yang terpenting adalah makna dari perpisahan itu sendiri bukan kemegahannya. 

Di sinilah peran guru dan pihak sekolah sangat penting dalam mengarahkan para orangtua agar memahami tujuan utama dari acara tersebut.

Selain itu, ada baiknya jika sejak awal sekolah mengambil keputusan yang jelas mengenai perpisahan dan tidak melibatkan acara wisuda yang mengenakan toga.

Jadi, dengan menghindari kesan bahwa perpisahan harus megah maka sekolah dapat menghindari potensi kesalahpahaman dan konflik antar orangtua. 

Sebaiknya sekolah memberikan pemahaman kepada orangtua bahwa acara perpisahan dapat diselenggarakan dengan sederhana dan tetap bermakna.

Perpisahan sekolah sebenarnya bukan hanya sekedar momen untuk merayakan kelulusan. tetapi juga sebagai kesempatan bagi siswa untuk mengenang perjalanan pendidikan mereka. Hal inilah yang harus menjadi fokus utama bukan sekadar mengenakan toga atau merayakan dengan pesta mewah. 

Siswa dan orangtua harus lebih mengutamakan kenangan indah bersama teman-teman dan guru-guru. serta rasa hormat terhadap jasa-jasa yang telah diberikan selama masa sekolah.

Salah satu solusi yang dapat diterapkan adalah dengan membuat acara perpisahan yang lebih bersifat personal dan sesuai dengan kemampuan finansial orangtua. Misalnya, acara dapat dilakukan di lingkungan sekolah dengan format yang lebih sederhana. 

Hal ini akan mengurangi beban biaya yang harus ditanggung oleh orangtua dan memungkinkan lebih banyak siswa untuk ikut serta tanpa merasa tertekan.

Tentu saja, untuk mencapainya diperlukan komitmen dari semua pihak ---sekolah, orangtua, Dinas Pendidikan dan pemerintah daerah. 

Pemerintah daerah dan dinas pendidikan setempat perlu memberikan panduan yang jelas mengenai penyelenggaraan perpisahan sekolah. Mereka harus memberikan regulasi yang mengatur acara ini. sehingga tidak ada oknum yang menyelenggarakan perpisahan dengan cara yang terlalu mewah atau membebani orangtua.

Misalnya, aturan yang melarang penyelenggaraan acara perpisahan di hotel mewah, larangan untuk menyewa toga atau seragam khusus, dan larangan untuk mengadakan pesta besar dengan biaya yang tinggi. 

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Wisuda TK Lengkap dengan Toga dan Lainnya, Belebihan?
Wisuda TK Lengkap dengan Toga dan Lainnya, Belebihan?
Kata Netizen
Jika Kita Tinggal di Rumah Subsidi Seluas 14 Meter Persegi
Jika Kita Tinggal di Rumah Subsidi Seluas 14 Meter Persegi
Kata Netizen
Kini Naik Bus dari Bogor ke Jakarta Kurang dari 'Goceng'
Kini Naik Bus dari Bogor ke Jakarta Kurang dari "Goceng"
Kata Netizen
Diet Saja Tak Cukup untuk Atasi Perut Buncit
Diet Saja Tak Cukup untuk Atasi Perut Buncit
Kata Netizen
Bisakah Berharap Rusun Bebas dari Asap Rokok?
Bisakah Berharap Rusun Bebas dari Asap Rokok?
Kata Netizen
Mencari Kandidat Pengganti Nasi, Sorgum sebagai Solusi?
Mencari Kandidat Pengganti Nasi, Sorgum sebagai Solusi?
Kata Netizen
Perang Ego, Bisakah Kita Menghentikannya?
Perang Ego, Bisakah Kita Menghentikannya?
Kata Netizen
Berpenampilan Menarik, Bisa Kerja, dan Stereotipe
Berpenampilan Menarik, Bisa Kerja, dan Stereotipe
Kata Netizen
Jelang Bagikan Rapor, Wali Murid Boleh Beri Hadiah?
Jelang Bagikan Rapor, Wali Murid Boleh Beri Hadiah?
Kata Netizen
Delayed Gratification, Dana Pensiun, dan Masa Tua
Delayed Gratification, Dana Pensiun, dan Masa Tua
Kata Netizen
Memaknai Idul Kurban dan Diplomasi Kemanusiaan
Memaknai Idul Kurban dan Diplomasi Kemanusiaan
Kata Netizen
Sudah Sejauh Mana Pendidikan Kita Saat Ini?
Sudah Sejauh Mana Pendidikan Kita Saat Ini?
Kata Netizen
Masihkah Relevan Peran dan Tugas Komite Sekolah?
Masihkah Relevan Peran dan Tugas Komite Sekolah?
Kata Netizen
Masa Muda Sejahtera dan Tua Bahagia, Mau?
Masa Muda Sejahtera dan Tua Bahagia, Mau?
Kata Netizen
Jebakan Frugal Habit, Sudah Mencoba Hemat Tetap Saja Boncos
Jebakan Frugal Habit, Sudah Mencoba Hemat Tetap Saja Boncos
Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau