Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Namun ekspor ini lebih banyak ditopang oleh komoditas mentah dan naiknya harga global, bukan oleh kekuatan manufaktur berdaya saing tinggi.
Maka, dengan kata lain, kita sedang "menumpang naik" di atas gelombang pasar komoditas dunia, bukan karena transformasi ekonomi yang kokoh dari dalam.
Narasi Kesejahteraan yang Terasa Hampa
Dari sisi internal, ada pula klaim pemerintah soal peningkatan kesejahteraan dan pengurangan angka kemiskinan ekstrem. Namun data dari lembaga-lembaga dunia memberi tafsir yang berbeda.
Laporan UNDP dan World Bank menunjukkan masih lebarnya ketimpangan dan perlambatan upaya penurunan kemiskinan struktural.
Apa Arti Pertumbuhan Jika Rakyat Masih Merintih?
Di kedai kopi kampung, narasi-narasi besar itu tidak bergema. Yang terdengar adalah obrolan tentang harga sembako, biaya sekolah anak, dan cicilan motor.
Apa arti pertumbuhan ekonomi jika tidak bisa mengurangi keresahan hidup sehari-hari?
Inilah tantangan narasi pembangunan kita hari ini: terlalu fokus pada angka makro dan lupa menengok dapur rumah tangga biasa.
Ketika riset dan statistik hanya menjadi alat legitimasi politik, bukan alat bantu kebijakan yang solutif, maka kepercayaan publik pun pelan-pelan mengikis.
Ekonomi tidak boleh sekadar tumbuh, tapi juga harus berdetak --- mengikuti denyut kehidupan rakyat.
Selama mesin-mesin industri masih mendesah lemah, selama warung kopi lebih ramai dari tempat kerja, kita patut bertanya ulang: Siapa yang benar-benar menikmati pertumbuhan itu?
Penutup dari Kedai Kopi
Dari sebuah kursi plastik di kedai kopi kampung, saya mencatat realita yang tidak ditemukan di layar presentasi pemerintah.
Mungkin dari sinilah seharusnya pembangunan dimulai --- dari mendengar, dari merasakan, dan dari mengakui bahwa angka bukan segalanya.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Pertumbuhan Ekonomi Tanpa Denyut; Laporan dari Kedai Kopi Kampung"
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya