Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Pemerintah akan membentuk bursa Aparatur Sipil Negara (ASN) untuk memfasilitasi perpindahan ASN dari satu instansi ke instansi lain.
Adapun kehadiran bursa ASN ini adalah bentuk upaya pemerintah dalam memetakan ASN berdasarkan keahlian hingga kualifikasi pendidikan, sehingga dapat membawa perubahan yang signifikan dalam penempatan ASN di seluruh Indonesia.
Meski bursa ASN membawa dampak positif, nyatanya kebijakan ini berpotensi membawa dilemanya tersendiri. Apa saja tantangan yang akan dihadapi?
Pertama: Harus Siap Menghadapi Tantangan di Daerah Tempat Bertugas
Merencanakan dan menggagas sesuatu terkadang membutuhkan waktu untuk mempertimbangkan aspek-aspek terkait yang ikut memengaruhinya.
Gagasan tentang mobilitas itu pada satu sisi sangat baik, agar seorang ASN bisa menjadi lebih terbuka lagi mengenal budaya dan cara hidup masyarakat di tempat lain. Namun di sisi lain, mobilitas itu dapat menimbulkan stres.
Tidak hanya itu, tentu saja hal itu sangat memengaruhi di mana ASN tinggal.
Katakan, jika sebelumnya seorang ASN tinggal di Jakarta dan harus siap ditempatkan di Flores, yang mana arus listrik kerap kali tidak stabil. Tentunya, semua rintangan itu akan sangat berpengaruh pada kualitas hidup ASN.
Kedua: Lingkungan Hidup yang Berbeda Akan Mempengaruhi Kualitas Hidup
Pada satu sisi, mobilitas membuat hidup yang penuh dinamika. Hal ini tentu saja menarik karena bisa mengumpulkan banyak pengalaman. Tetapi perjumpaan dengan lingkungan yang baru tentu saja tidak selalu mudah karena akan beradaptasi terlebih dahulu.
Sebuah keberuntungan jika mendapatkan lingkungan baru yang mendukung dan sesuai harapan. Namun jika sebaliknya, maka tentu akan menjadi tantangan tersendiri.
Oleh karena itu, jika mobilitas adalah suatu keharusan, maka perlu adanya waktu orientasi untuk sekadar mengenal budaya dan adat istiadat tempat tujuan, bahkan dengan lingkungannya.
Orientasi yang baik akan sangat membantu dalam proses integrasi budaya di kemudian hari.
Saya jadi teringat ulasan filosofis tentang Jacques Derrida tentang responsibility to the other.
Derrida dikritik bahwa ia melupakan gagasan tentang tanggung jawab bahwa seseorang harus berperilaku sesuai dengan prinsip umum yang dapat divalidasi dan dibenarkan secara rasional di ranah publik.