Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ariana Maharani
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Ariana Maharani adalah seorang yang berprofesi sebagai Dokter. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Pentingnya Alokasi Dana dalam Penanganan Stunting di Indonesia

Kompas.com - 30/12/2023, 09:31 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Salah satu tantangan utama dan terbesar dalam pembangunan kesehatan di Indonesia adalah pengentasan masyarakat dari ancaman stunting.

Sebagai pengingat, stunting ini disebabkan lantaran anak-anak yang kekurangan gizi kronis. Dampak dari stunting ini juga sangat signifikan terhadap pertumbuhan fisik serta perkembangan kognitif anak, baik dalam jangka waktu singkat maupun panjang, yang akhirnya akan berpotensi memengaruhi kualitas sumber daya manusia di Indonesia.

Mengingat dampak dari stunting yang berpotensi mengancam kemajuan bangsa, maka perihal alokasi dana yang tepat juga efisien dalam menanggulangi stunting tentu menjadi kebutuhan mendesak.

Alokasi dana yang efektif perlu dimulai dengan identifikasi prioritas dan kebutuhan lokal, mengingat setiap daerah memiliki karakteristik yang berbeda.

Oleh karenanya, dana yang dialokasikan harus disesuaikan dengan kebutuhan spesifik setiap wilayah, termasuk upaya pencegahan kekurangan gizi, peningkatan akses terhadap pelayanan kesehatan, dan edukasi gizi masyarakat.

Fokus alokasi dana yang tepat harus dititikberatkan pada penguatan sistem kesehatan dasar, dengan penekanan pada peran strategis Puskesmas dan Posyandu.

Posyandu dan Puskesmas, sebagai pintu gerbang utama pelayanan kesehatan masyarakat, memiliki peran yang strategis dalam pencegahan dan penanggulangan stunting.

Oleh karena itu, peningkatan peran dan kualitas pelayanan Puskesmas dan Posyandu untuk menjadi garda terdepan dalam pelayanan kesehatan masyarakat merupakan hal yang penting.

Alokasi dana untuk Puskesmas dapat difokuskan untuk meingkatkan kualitas sumber daya manusia di bidang kesehatan, seperti misalnya memberi pelatihan dan pendidikan untuk petugas kesehatan, terutama dalam bidang gizi serta kesehatan anak.

Dari pelatihan itu maka akan muncul petugas-petugas kesehatan yang terampil dan pada akhirnya dapat memberikan pelayanan serta informasi lebih baik juga akurat kepada masyarakat terkait nutrisi dan kesehatan anak.

Selain tenaga kesehatannya, faktor lain seperti fasilitas dan peralatan pendukung di Puskesmas juga perlu mendapatkan perhatian.

Maka dari itu, alokasi dana dapat digunakan untuk meningkatkan infrastruktur, memperoleh peralatan yang lebih canggih, dan menciptakan fasilitas pendukung lain, seperti ruang konsultasi gizi serta ruang stimulasi tumbuh kembang anak.

Di samping itu, penting juga untuk selalu melakukan monitoring serta evaluasi berkelanjutan dalam mengalokasikan dana kesehatan.

Puskesmas perlu memiliki sistem pencatatan dan pelaporan yang baik untuk memantau perkembangan anak-anak secara teratur, mendeteksi potensi stunting secara dini, dan mengevaluasi efektivitas intervensi yang dilakukan.

Pentingnya alokasi dana tidak hanya terfokus pada sektor kesehatan saja, tetapi juga melibatkan sektor-sektor lain seperti pendidikan, pertanian, dan sosial.

Kolaborasi antara Puskesmas dengan pihak terkait, serta kemitraan dengan masyarakat lokal akan dapat membentuk program holistik dan berkelanjutan dalam penanggulangan stunting.

Secara keseluruhan, alokasi dana stunting untuk Puskesmas merupakan langkah krusial dalam upaya meningkatkan kesehatan anak-anak dan mengurangi angka stunting di Indonesia.

Pendekatan yang komprehensif dan berkelanjutan ini dapat membuat Puskesmas menjadi agen perubahan yang efektif dan menciptakan masyarakat yang lebih sehat dan berkualitas.

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Menyoal Alokasi Dana Stunting"

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Apa yang Membuat 'Desperate' Ketika Cari Kerja?

Apa yang Membuat "Desperate" Ketika Cari Kerja?

Kata Netizen
Antara Bahasa Daerah dan Mengajarkan Anak Bilingual Sejak Dini

Antara Bahasa Daerah dan Mengajarkan Anak Bilingual Sejak Dini

Kata Netizen
Kebebasan yang Didapat dari Seorang Pekerja Lepas

Kebebasan yang Didapat dari Seorang Pekerja Lepas

Kata Netizen
Menyiasati Ketahanan Pangan lewat Mini Urban Farming

Menyiasati Ketahanan Pangan lewat Mini Urban Farming

Kata Netizen
Mari Mulai Memilih dan Memilah Sampah dari Sekolah

Mari Mulai Memilih dan Memilah Sampah dari Sekolah

Kata Netizen
Menyoal Kerja Bareng dengan Gen Z, Apa Rasanya?

Menyoal Kerja Bareng dengan Gen Z, Apa Rasanya?

Kata Netizen
Solidaritas Warga Pasca Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Flores Timur

Solidaritas Warga Pasca Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Flores Timur

Kata Netizen
Kenali 3 Cara Panen Kompos, Mau Coba Bikin?

Kenali 3 Cara Panen Kompos, Mau Coba Bikin?

Kata Netizen
Tips yang Bisa Menunjang Kariermu, Calon Guru Muda

Tips yang Bisa Menunjang Kariermu, Calon Guru Muda

Kata Netizen
Dapatkan Ribuan Langkah saat Gunakan Transportasi Publik

Dapatkan Ribuan Langkah saat Gunakan Transportasi Publik

Kata Netizen
Apa Manfaat dari Pemangkasan Pada Tanaman Kopi?

Apa Manfaat dari Pemangkasan Pada Tanaman Kopi?

Kata Netizen
Kembangkan Potensi PMR Sekolah lewat Upacara Bendera

Kembangkan Potensi PMR Sekolah lewat Upacara Bendera

Kata Netizen
Menulis sebagai Bekal Mahasiswa ke Depan

Menulis sebagai Bekal Mahasiswa ke Depan

Kata Netizen
Membedakan Buku Bekas dengan Buku Lawas, Ada Caranya!

Membedakan Buku Bekas dengan Buku Lawas, Ada Caranya!

Kata Netizen
Menunggu Peningkatan Kesejahteraan Guru Terealisasi

Menunggu Peningkatan Kesejahteraan Guru Terealisasi

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau