Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Penggunaan media sosial di kalangan pemain sepak bola menjadi perbincangan. Apa yang terjadi pada Jens Raven dan Arkhan Kaka menjadi contoh yang belakangan acap mengemuka.
Kedua striker andalan Timnas U-19 Indonesia itu sempat mendapat perlakuan berbeda dari warganet.
Arkhan Kaka, penyerang belia asal klub Persis Solo tidak memperoleh dukungan yang sesungguhnya dia butuhkan. Beberapa kali penampilan yang tidak sesuai harapan mengharuskan dirinya menerima hujatan.
Hal sebaliknya terjadi pada Jens Raven. Pemain klub FC Dordrecht itu mendapat sambutan manis dari banyak kalangan lantaran permainannya yang dinilai gemilang.
Selain itu, pemain yang telah mengemas tiga gol dalam turnamen yang sedang diikutinya ini tetap bermain media sosial. Mungkin dirinya tidak terpengaruh oleh komentar-komentar bernada negatif yang menyerang akun media sosialnya.
Dua Sisi Berbeda dari Media Sosial
Berbagai studi menyiratkan hubungan erat antara media sosial dan para pelaku dunia olahraga. The Spartan Shield misalnya, membahas pengaruh media sosial yang bisa menjelma sebagai pedang bermata dua.
Pada satu sisi, keberadaannya dapat membantu atlet atau tim olahraga membangun nama baik di kalangan penggemar mereka. Tidak bisa dimungkiri peran besar media membesarkan nama insan-insan yang berkecimpung di jagat olahraga.
Namun, pada sisi sebaliknya, media sosial bisa mendatangkan masalah bagi kesehatan mental atlet. Komentar-komentar buruk para penggunanya bisa berubah menjadi tekanan berat yang berpengaruh buruk bagi performa atlet-atlet pelbagai bidang olahraga.
Sikap Pelatih terhadap Penggunaan Media Sosial
Tentu saja tidak gampang membendung serangan para penguasa dunia maya. Oleh karena itu, para atlet dan ofisial yang harus melindungi diri agar tidak terlalu terganggu oleh komentar-komentar di media sosial yang seringkali amat brutal.
Kebijakan membiarkan atau mengisolasi anggota tim dari media tidak akan menjadi polemik jika para pemain mampu menjaga diri mereka.
The Guardian pernah mengabarkan sikap keras Pep Guardiola di awal masa kepelatihannya di Manchester City. Pelatih asal Spanyol itu membatasi penggunaan internet bagi para pemainnya.
Gareth Southgate termasuk pelatih yang memercayai para pemainnya. Dikutip dari Daily Mail, pelatih tim Tiga Singa itu menyerahkan urusan penggunaan media sosial kepada para pemainnya.
Beberapa pemain Inggris seperti Harry Kane dan Declan Rice mengaku rehat sejak dari media sosial selama turnamen Euro 2024 lalu atas kemauan mereka sendiri.