Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Setelah mengetahui beberapa detail tadi, lantas akan timbul pertanyaan: bagaimana sifat keagamaan Candi Brahu, apakah Hindu atau Buddha?
Untuk mengetahui ini dibutuhkan kejelian para arkeolog. Di bagian candi diketahui terdapat sisa bentuk stupa sehingga arkeolog memperoleh informasi bahwa Candi Brahu berlatarkan Buddha.
Selain ditemukan prasasti dan sisa bentuk stupa, di sekitar kompleks Candi Brahu juga pernah ditemukan benda-benda kuno lain, seperti alat upacara dari logam, perhiasan dan benda-benda lain dari emas, Selain itu juga terdapat arca-arca logam yang kesemuanya menunjukkan ciri-ciri Buddha.
Berangkat dari penemuan itu, patut diduga di sekitar Candi Brahu juga terdapat beberapa candi kecil. Namun sayang, yang tersisa hanya fondasinya jadi tak bisa terselamatkan.
Dulu pernah ada Candi Muteran, Candi Gedung, Candi Tengah, dan Candi Gentong. Kemungkinan tak bisa diselamatkannya keempat candi ini diakibatkan oleh penduduk sekitar.
Pasalnya, karena ketidaktahuan penduduk sekitar, mereka sering membuat semen merah dari bata-bata kuno yang diperoleh dari candi-candi tersebut.
Aktivitas ini atau bisa disebut pencurian bata kuno, sering terjadi di Trowulan sejak 1960-an. Beruntung, Candi Brahu selamat dari upaya negatif masyarakat.
Memang sangat disayangkan karena banyak sekali informasi masa lalu yang hilang dari bumi Majapahit ini.
Tentu kita hanya bisa menyesali perbuatan masyarakat terdahulu dan masyarakat masa sekarang yang tidak peduli kepurbakalaan sebagai data sejarah.
Sumber:
Candi Brahu dalam https://candi.perpusnas.go.id
Candi Brahu dalam Candi Indonesia Seri Jawa halaman 340-341.