Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Namun seperti apa yang Fahri Hamzah pernah bilang bahwa semakin banyak kompetisi justru semakin besar peluang menghadirkan pemimpin berkualitas. Dengan menambah durasi jabatan jelas mengebiri kesempatan berkompetisi, bukan?
Dalam ceritanya, Surta Wijaya mengatakan bahwa ia terus didera konflik hingga masa jabatannya selesai.
Bila ini yang terjadi artinya ada sesuatu yang salah dalam proses memenangkan pemilihan.
Budiman Sudjatmiko mengatakan politik di mana pun dengan uang dan kekuasaan. Bagi banyak orang, itulah surga sebenarnya.
Karena berkaitan dengan “surga dunia” ini, maka akan dikerahkanlah segala cara untuk merebut posisi tertinggi.
Sudah jadi rahasia umum, proses menuju puncak itu tak lepas dari adu uang, adu janji manis, adu curang, dan intimidasi.
Akan tetapi, memang ada juga politikus yang tak menggunakan cara-cara negatif dalam menjalani kariernya dan fokus bekerja sesuai amanahna.
Apa yang diungkapkan Surta Wijaya dan Budiman Sudjatmiko sebenarnya merupakan upaya menyamaratakan situasi. Pengalaman satu orang, miliknya sendiri di desanya dianggap sudah mewakili 81.616 keseluruhan desa di Indonesia.
Boleh saja Budiman Sudjatmiko mengatakan sudah berkeliling mewawancarai banyak Kades yang berdemo dan mendapat jawaban sama, namun kita tentu sepakat bahwa pernyataan subjektif seperti ini tak bisa dijadikan rujukan.
Sebaiknya para Kades melakukan introspeksi, hal apa yang menyebabkan ia selalu dirongrong dan bahkan tak dianggap hingga bertahun-tahun pasca-pilkades.
Semua tuduhan miring mestilah dijawab dengan melaksanakan rencana kerja sebaik-baiknya dengan fokus serta penuh tanggung jawab.
Merangkul lawan politik yang notabene berada dalam wilayah desa juga menjadi kewajiban demi menciptakan ketenteraman, ketertiban, serta meredakan perselisihan.
Poin-poin ini sudah jelas diatur dalam UU. Tentunya keadaan akan bertambah parah jika sesudah pemilihan pun, Kades masih bersikap membeda-bedakan mana kawan mana lawan.
Harus selalu digaungkan dengan keras lagi bahwa membangun desa bukan hanya soal fisik semata namun juga hal-hal non fisik, termasuk juga menjaga kualitas hubungan antarwarga.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Demo Kades: Menelisik Arti Membangun Desa"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.