Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Belum lama ini heboh soal video anak yang meronta-ronta dan merasa ketakutan di sebuah Puskesmas ketika diberikan air minum. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa anak tersebut memiliki gejala tertular rabies.
Anak tersebut dibawa ke rumah sakit setelah sempat digigit oleh anjing perliharaannya. Namun keterlambatan pihak keluarga menyadari bahwa si anak terinfeksi rabies akhirnya nyawa sang anak tidak bisa diselamatkan.
Kejadian tersebut terjadi di Bali. Memang tak dapat dimungkiri bahwa di Bali banyak sekali anjing baik yang dipelihara maupun anjing liar.
Berdasarkan data yang dihimpun Kepala Dinas Kesehatan Bali, Nyoman Gede Anom, sepanjang tahun 2023 terdapat 19.035 kasus gigitan Hewan Penular Rabies (HPR) yang menimpa masyarakat Bali.
Dari 19.035 kasus, sebanyak 300 warga dinyatakan positif rabies dan empat orang di antaranya diketahui meninggal dunia. Salah satu dari empat orang tersebut diketahui berasal dari Kabupaten Buleleng, dua orang dari Kabupaten Jembrana, dan satu orang lainnya dari Kabupaten Badung.
Berkaca dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa Bali sedang berada di bayang-bayang penyebaran penyakit rabies.
Bagi masyarakat dengan latar pendidikan yang baik, apalagi mereka yang memang tergabung dalam komunitas pecinta hewan di Bali, mereka sudah memiliki kepedulian dan kesadaran terhadap pentingnya kesehatan hewan peliharaan.
Mereka juga akan memberikan vaksin rutin kepada hewan peliharaannya, termasuk vaksin rabies. Kesadaran dan pemahaman tersebut berangkat dari sikap mereka yang menempatkan hewan peliharaan sebagai bagian dari keluarga.
Sikap tersebut lantas membuat mereka sangat peduli terhadap hewan peliharaannya sehingga mereka tak punya keraguan untuk mengeluarkan dana lebih demi menjaga hewan peliharaannya tetap sehat dan tak berpenyakit.
Sementara di sisi lain, bagi masyarakat yang tinggal di pedesaan sayangnya mereka menempatkan anjing sebagai sekadar hewan penjaga rumah. Hal ini juga dipengaruhi biaya untuk memberikan vaksin pada hewan cukup tinggi.
Di samping itu mereka juga menganggap hewan peliharaan memiliki antibodi yang bagus untuk menangkal semua penyakit, jadi mereka cenderung cuek dan tak peduli akan kesehatan hewan peliharannya.
Di Bali sayangnya banyak sekali anjing liar yang tak terawat. Banyak masyarakat yang mengadopsi anjing ketika masih kecil karena mereka menilai anak anjing ini lucu dan terlihat menggemaskan.
Namun ketika si anjing sudah beranjak dewasa, ia akan mulai ditelantarkan dan tak lagi diperhatikan.
Apalagi anjing termasuk salah satu hewan yang bisa berkembang biak dengan cepat. Sekali berkembang biak, anjing bisa melahirkan 6-10 anak.
Jumlah anak anjing yang bertambah banyak inilah yang kadang membuat sang pemilik kewalahan dan akhirnya membuat ia menelantarkan atau malah membuang anjing yang tak mau ia urus.