Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Levianti
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Anastasia Levianti adalah seorang yang berprofesi sebagai Psikolog. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Cara agar Bisa Merdeka dari Keinginan Bercerai

Kompas.com - 31/07/2023, 19:29 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Tinjauan psikologi perkembangan dari Erikson, Marcia, Waterman, dkk. menempatkan fenomena tersebut sebagai bagian dari proses pencarian identitas dalam bidang pasangan hidup. Pencarian identitas ditandai dengan mempertanyakan kembali ketepatan komitmen pada saat ini (Marcia, 1993).

Seseorang yang kemudian terburu-buru memilih untuk kembali mencengkeram teguh komitmennya tanpa eksplorasi memadai cenderung akan menyesali keputusannya di usia tua nanti (status identitas foreclosure, yang berarti komitmen tinggi dan eksplorasi rendah).

Sebaliknya, ketika seseorang terburu-buru meninggalkan komitmen dan sembarangan bereksplorasi, dengan cara berselingkuh maupun kawin-cerai, cara itu juga akan menyeretnya dalam arus kebingungan dan kehampaan tak berujung (status identitas difusi, yang berarti komitmen dan kualitas eksplorasi rendah).

Lantas, jika sedang berada pada situasi seperti itu, apa yang mesti dilakukan?

Tentu kita harus masuk dan menyelami kedalaman refleksi jiwa dan menjajaki pemenuhan keinginan secara adaptif dan bijaksana (kualitas eksplorasi adekuat, menunjukkan status identitas moratorium).

Hal ini bertujuan untuk menetapkan komitmen secara teguh berdasarkan hasil eksplorasi mandiri yang memadai (status identitas achievement, di mana eksplorasi dan komitmen tinggi).

Pemahaman mengenai sifat kritis komitmen dalam rentang masa tertentu, serta kerangka perkembangan identitas dalam bidang pasangan hidup tersebut di atas membuat cengkeraman permasalahan mengendur.

Pertanyaan selanjutnya adalah, bagaimana caranya kita dapat melakukan eksplorasi secara adekuat dalam rangka membangun komitmen nan teguh?

Eksplorasi adekuat dilakukan dengan cara menghadapi tantangan untuk mewujudkan tujuan. Hal tersebut berbeda dengan eksplorasi semu/palsu yang mencari-cari cara untuk menghindari tantangan dan takut mengambil tanggung jawab dalam menentukan tujuan.

Berhadapan dengan tantangan berarti fokus menyimak kenyataan, baik itu kenyataan yang ada di dalam dirinya maupun yang ada di luar dirinya. Oleh karena itu eseorang perlu mawas diri dan sadar untuk benar-benar dapat mengamati kenyataan.

Mawas diri dan kesadaran ini dapat dilatih antara lain melalui kebiasaan berjeda antar aktivitas (Sudrijanta, 2020). Jeda dilakukan pada saat kita usai melakukan satu kegiatan, dan sebelum memulai kegiatan yang baru. Waktu jeda tak perlu lama, cukup sekitar 3 menit. Yang dilakukan saat jeda ialah menikmati napas panjang secara teratur. Dengan begitu, ketegangan otot mengendur, kondisi rileks, dan tabir kesadaran atas kenyataan pun perlahan-lahan terbuka.

Lalu, unsur kedua dari eksplorasi adekuat adalah adanya orientasi mewujudkan tujuan. Ini berarti individu mau mengambil tanggung jawab/bersikap proaktif.

Menurut Covey (2001, dalam Saputra, 2001), kebiasaan proaktif dapat kita latih dengan "menekan tombol pause di dahi" (berhenti sejenak) sebelum bertindak.

Untuk membangun kemampuan berhenti dahulu sebelum langsung mengikuti dorongan bertindak ini kita dapat melakukan latihan berjeda antar aktivitas juga.

Latihan berjeda akan menumbuhkan kesadaran yang sifatnya pasif (pikiran berhenti) dan responsif (batin jernih, hidup, kreatif), atau kualitas pause yang adekuat. Kondisi batin yang pasif-responsif akan memudahkan kita untuk memilah dan memilih.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Kini Naik Bus dari Bogor ke Jakarta Kurang dari 'Goceng'
Kini Naik Bus dari Bogor ke Jakarta Kurang dari "Goceng"
Kata Netizen
Diet Saja Tak Cukup untuk Atasi Perut Buncit
Diet Saja Tak Cukup untuk Atasi Perut Buncit
Kata Netizen
Bisakah Berharap Rusun Bebas dari Asap Rokok?
Bisakah Berharap Rusun Bebas dari Asap Rokok?
Kata Netizen
Mencari Kandidat Pengganti Nasi, Sorgum sebagai Solusi?
Mencari Kandidat Pengganti Nasi, Sorgum sebagai Solusi?
Kata Netizen
Perang Ego, Bisakah Kita Menghentikannya?
Perang Ego, Bisakah Kita Menghentikannya?
Kata Netizen
Berpenampilan Menarik, Bisa Kerja, dan Stereotipe
Berpenampilan Menarik, Bisa Kerja, dan Stereotipe
Kata Netizen
Jelang Bagikan Rapor, Wali Murid Boleh Beri Hadiah?
Jelang Bagikan Rapor, Wali Murid Boleh Beri Hadiah?
Kata Netizen
Delayed Gratification, Dana Pensiun, dan Masa Tua
Delayed Gratification, Dana Pensiun, dan Masa Tua
Kata Netizen
Memaknai Idul Kurban dan Diplomasi Kemanusiaan
Memaknai Idul Kurban dan Diplomasi Kemanusiaan
Kata Netizen
Sudah Sejauh Mana Pendidikan Kita Saat Ini?
Sudah Sejauh Mana Pendidikan Kita Saat Ini?
Kata Netizen
Masihkah Relevan Peran dan Tugas Komite Sekolah?
Masihkah Relevan Peran dan Tugas Komite Sekolah?
Kata Netizen
Masa Muda Sejahtera dan Tua Bahagia, Mau?
Masa Muda Sejahtera dan Tua Bahagia, Mau?
Kata Netizen
Jebakan Frugal Habit, Sudah Mencoba Hemat Tetap Saja Boncos
Jebakan Frugal Habit, Sudah Mencoba Hemat Tetap Saja Boncos
Kata Netizen
Indonesia dan Tingkat Kesejahteraan Tertinggi di Dunia
Indonesia dan Tingkat Kesejahteraan Tertinggi di Dunia
Kata Netizen
Mendesak Sistem Pendukung dan Lingkungan Adaptif bagi Difabel
Mendesak Sistem Pendukung dan Lingkungan Adaptif bagi Difabel
Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau