Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Maksud memilah di sini adalah melepaskan cengkeraman libido (ragam dorongan yang berdaya desak dan mendorong: posenandi, dominandi, adorandi).
Setelah desakan-dorongan reda, kita dapat memilih untuk tidak mengikuti kecenderungan reaktif-impulsif yang mengutamakan pemuasan kepentingan pribadi. Kita dapat leluasa memilih tindakan untuk memenuhi kebutuhan demi kebaikan bersama.
Kembali pada keinginan pasangan untuk bercerai dalam contoh kasus di atas. Setelah mengeksplorasi kedalaman diri dengan melakukan latihan diam dan berjeda setiap hari selama satu bulan penuh, nyatanya dorongan berselingkuh pun reda, keraguan pupus, dan tali komitmen menguat.
Seperti tunas pohon yang tumbuh perlahan ke atas dan semakin lama semakin kuat mengakar, demikian jugalah kualitas pernikahan mereka tumbuh berkembang.
Godaan tidak hilang, bahkan selalu tetap ada, hanya saja daya desaknya memudar perlahan-lahan, semakin lama semakin lemah, dan akhirnya minim sehingga tidak lagi terasa mengganggu dan mendorong penyimpangan.
Hawa nafsu dan kelekatan tidak teratur sudah jinak ditaklukkan. Keteraturan sejati di dalam diri ini mengarahkan kita untuk memilih bertindak menciptakan keteraturan secara alami. Buah keteraturan yang matang, bukan dipaksa oleh aturan dari luar diri.
Bila udang di balik batu perceraian sudah ditemukan dan dibudidayakan, adakah perceraian masih menjadi keinginan yang menjajah?***
Daftar Pustaka
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Merdeka dari Keinginan Bercerai"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.