Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Adriyanto M
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Adriyanto M adalah seorang yang berprofesi sebagai Freelancer. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Menerka Jalan Pikiran Elon Musk terkait Masa Depan X

Kompas.com - 11/08/2023, 13:58 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Di saat seperti ini ia tahu jika memilih jalur pertama maka akan selalu menjadi pertarungan yang sulit dimenangkan. Buktinya, banyak talenta terbaik di Silicon Valley yang direkrut Twitter gagal mengatasi masalah-masalah ini selama satu dekade terakhir.

Kenyataannya, tidak ada yang berhasil mengangkat valuasi Twitter. Elon Musk menyadari hal ini dan mengambil pilihan kedua.

Mari kita bayangkan diri kita berada di posisi Musk. Jika Anda harus mengubah Twitter menjadi perusahaan baru, suatu perusahaan apa yang suatu hari bisa memiliki valuasi $50 miliar, apa yang akan Anda lakukan?

Tren saat ini adalah perusahaan AI. Contohnya, OpenAI yang valuasinya melonjak dalam waktu singkat. Hal ini dikarenakan AI memiliki potensi yang luar biasa untuk masa depan.

Elon Musk sendiri telah terjun ke AI jauh sebelum AI marak di awal tahun 2023. Hal ini tercermin dari Tesla, salah satu produk yang diciptakan Elon, yang telah sangat dalam terjun di pengembangan teknologi AI melalui FSD (Full Seld Driving).

Masuk Bisnis AI

Lalu, bagaimana cara Twitter menjadi perusahaan AI?

Pertama, membuat perusahaan AI baru dengan merekrut peneliti AI/Machine Learning terbaik di dunia.

Perlu diketahui, Elon Musk sudah mendirikan perusahaan AI bernama xAI sebelum ia melakukan rebranding Twitter menjadi X. Artinya, ide ini sudah ada di benaknya sejak jauh-jauh hari dan sudah ia rencanakan dengan matang.

Kedua, melatih model AI baru dengan data teks selama 17 tahun berupa twit yang tersimpan di database Twitter yang luar biasa besar.

Twitter memiliki data twit yang dianggap sebagai salah satu aset paling berharga dalam membangun suatu model AI seperti ChatGPT. Terutama karena sifatnya yang berupa percakapan asli antar manusia.

Ketiga, memutus akses data tersebut dari pihak ketiga yang selama ini berusaha menggunakan data Twitter untuk melatih model AI mereka. Dan terakhir, meluncurkan pesaing ChatGPT untuk 300 juta pengguna Twitter.

Namun, sebuah perusahaan AI generatif masih terlalu kecil untuk menjadi perusahaan raksasa di Silicon Valley. Maka dari itu Musk juga sudah memikirkan langkah lain yang bisa menjadi sumber perusahaan tersebut untuk bisa meraup untung.

Masuk Bisnis Finansial

Lantas, apa langkah lain yang dapat menjadi sumber perusahaan tersebut untuk dapat memiliki valuasi Decacorn $100 miliar atau lebih?

Jawabannya adalah dengan membuat perusahaan pembayaran. Perlu diingat, Elon Musk adalah sosok yang memiliki pengalaman membangun salah satu perusahaan payment terbesar sepanjang masa: Paypal.

Elon Musk merupakan salah satu pendiri Paypal. Sudah sejak lama ia masih menyimpan ambisi untuk menjadi pemimpin di sektor ini, bahkan setelah dia menjual kepemilikannya di PayPal.

Meski begitu, apa hal ini bisa diterapkan di Twitter? Jika bisa, bagaimana cara ia melakukannya?

Sebagai langkah awal ia mengajak pengguna Twitter untuk menyimpan kartu kredit dengan mendorong layanan langganan berbayar secara agresif berupa Twitter Blue. Kemudian, memanfaatkan jaringan sosial yang ada untuk menghubungkan para pengguna secara otomatis.

Hal ini lah yang menyebabkan mengapa secara tiba-tiba Musk membuat layanan Twitter berbayar untuk pengguna premium, yakni sebesar $8 per bulan.

Ketika Musk memberlakukan layanan berbayar ini, begitu banyak pengguna Twitter marah dan mengancam akan meninggalkan media sosial yang sebelumnya memiliki ikon khas burung biru ini. Meski begitu, Musk tidak gentar dan tetap melanjutkan rencananya.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Standarisasi MBG, dari Pengawasan hingga Sanksi

Standarisasi MBG, dari Pengawasan hingga Sanksi

Kata Netizen
Mencari Jalan Tengah Wisuda Sekolah agar Terlaksana

Mencari Jalan Tengah Wisuda Sekolah agar Terlaksana

Kata Netizen
6 Tips Memilih Kambing yang Cukup Umur untuk Kurban

6 Tips Memilih Kambing yang Cukup Umur untuk Kurban

Kata Netizen
Bagaimana Cara Glow Up dan Memilih Kosmetik Sesuai 'Skin Tone'?

Bagaimana Cara Glow Up dan Memilih Kosmetik Sesuai "Skin Tone"?

Kata Netizen
Kapan Waktu yang Tetap untuk Memulai Investasi?

Kapan Waktu yang Tetap untuk Memulai Investasi?

Kata Netizen
'Deep Talk' Ibu dengan Anak Laki-laki Boleh, Kan?

"Deep Talk" Ibu dengan Anak Laki-laki Boleh, Kan?

Kata Netizen
Santo Fransiskus, Sri Paus, dan Ajaran Keteladanan

Santo Fransiskus, Sri Paus, dan Ajaran Keteladanan

Kata Netizen
Hari Buku, Tantangan Literasi, dan Rumah Baca

Hari Buku, Tantangan Literasi, dan Rumah Baca

Kata Netizen
Ujian Pernikahan Itu Ada dan Nyata

Ujian Pernikahan Itu Ada dan Nyata

Kata Netizen
Kembalinya Penjurusan di SMA, Inikah yang Dicari?

Kembalinya Penjurusan di SMA, Inikah yang Dicari?

Kata Netizen
Potensi Animasi dan Kerja Kolaborasi Pasca Film 'Jumbo'

Potensi Animasi dan Kerja Kolaborasi Pasca Film "Jumbo"

Kata Netizen
Apa yang Berbeda dari Cara Melamar Zaman Dulu dan Sekarang?

Apa yang Berbeda dari Cara Melamar Zaman Dulu dan Sekarang?

Kata Netizen
Cerita dari Subang, tentang Empang dan Tambak di Mana-mana

Cerita dari Subang, tentang Empang dan Tambak di Mana-mana

Kata Netizen
Benarkan Worklife Balance Sekadar Ilusi?

Benarkan Worklife Balance Sekadar Ilusi?

Kata Netizen
Langkah-langkah Memulai Usaha di Industri Pangan

Langkah-langkah Memulai Usaha di Industri Pangan

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau