Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
S Aji
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama S Aji adalah seorang yang berprofesi sebagai Freelancer. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Jakarta Melawan Dirinya Sendiri

Kompas.com - 14/11/2023, 17:55 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Polusi udara dan Jakarta sejatinya dua perkara yang tumbuh bersama-sama, sebagaimana penyakit pada tubuh yang sembarang makan.

Saat dua perkara itu menjadi hidup yang mencemaskan di hari-hari sekarang ini, sejatinya ia adalah pantulan dari tragedi khas kekuasaan. Pasalnya, sejak tahun 1990-an pun bahaya akan polusi udara sudah pernah diperingatkan.

Bahkan, menurut Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Tanpa Timbal, Ahmad Safrudin, Jakarta dan sekitarnya sejatinya "sudah tamat" sejak UNEP pertama kali membuat pengumuman bahwa Jakarta memiliki kualitas udara yang sudah melebihi ambang batas WHO.

Namun, apa yang malah dilakukan kekuasaan sementara Jakarta adalah sebuah pusat "super-power" tanpa tanding di negeri ini?

Kota megapolitan yang awalnya didirikan oleh Jan Pieterszoon Coen (1621) ini seperti tidak lagi mengenal batas dirinya. Ia telah kehilangan kemampuan untuk mengenali dan memenuhi segala prasyarat yang memungkinkannya bisa survive alias bertahan. Tentu sebagai sebuah sistem kolektif, bukan sistem bagi segelintir.

Di masa-masa seperti sekarang, kapasitas untuk bertahan secara kolektif semakin dibutuhkan demi melewati bumi yang kian hari kian terbakar ini.

Apakah Jakarta telah kehilangan kemampuan mengelola krisis yang diciptakan dirinya sendiri (manufactured crisis)?

Sebagai kota megapolitan, Jakara memiliki berbagai persoalan, mulai dari polusi udara, banjir, kemacetan, tata ruang inklusif, akses air bersih, akses hunian layak, bayang-bayang penggusuran, hingga pengerasan politik identitas.

Jakarta serupa kotak pandora dari perkara-perkara yang gak kelar-kelar. Dari krisis yang berkelindan awut-awutan.

Ironisnya, meski begitu di bawah bumi yang kian membara ini, hanya siklus pemilihan umum (baca: reproduksi elite) yang masih “baik-baik saja.” Di saat bersamaan, hal berikut yang enggan berubah adalah, nasib jelata yang terus saja kere sepanjang musim.

Tidak ada yang baru di bawah matahari!

Hal ini mengingatkan saya akan suatu pertemuan dengan seseorang yang baru pulang dari sekolahnya. Ia mengatakan keheranannya melihat saya di Jakarta. Persisnya, bagaimana caranya kamu bertahan di tempat seperti ini?

Padahal waktu itu kami sedang berbincang di salah satu sudut Atrium Senen yang sejuk.

Ditodong pertanyaan seperti itu, jangankan bisa menjawab, justru saya lebih memikirkan alasan mengapa pertanyaan seperti itu bisa muncul dari kesadaran seseorang yang baru saja kembali dari kota-kota utama di Eropa sana?

"Ada satu ilmu yang tidak saya miliki untuk hidup di Jakarta," katanya. Tentu saja saya lebih penasaran lagi. Kok?

Halaman Berikutnya
Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Standarisasi MBG, dari Pengawasan hingga Sanksi

Standarisasi MBG, dari Pengawasan hingga Sanksi

Kata Netizen
Mencari Jalan Tengah Wisuda Sekolah agar Terlaksana

Mencari Jalan Tengah Wisuda Sekolah agar Terlaksana

Kata Netizen
6 Tips Memilih Kambing yang Cukup Umur untuk Kurban

6 Tips Memilih Kambing yang Cukup Umur untuk Kurban

Kata Netizen
Bagaimana Cara Glow Up dan Memilih Kosmetik Sesuai 'Skin Tone'?

Bagaimana Cara Glow Up dan Memilih Kosmetik Sesuai "Skin Tone"?

Kata Netizen
Kapan Waktu yang Tetap untuk Memulai Investasi?

Kapan Waktu yang Tetap untuk Memulai Investasi?

Kata Netizen
'Deep Talk' Ibu dengan Anak Laki-laki Boleh, Kan?

"Deep Talk" Ibu dengan Anak Laki-laki Boleh, Kan?

Kata Netizen
Santo Fransiskus, Sri Paus, dan Ajaran Keteladanan

Santo Fransiskus, Sri Paus, dan Ajaran Keteladanan

Kata Netizen
Hari Buku, Tantangan Literasi, dan Rumah Baca

Hari Buku, Tantangan Literasi, dan Rumah Baca

Kata Netizen
Ujian Pernikahan Itu Ada dan Nyata

Ujian Pernikahan Itu Ada dan Nyata

Kata Netizen
Kembalinya Penjurusan di SMA, Inikah yang Dicari?

Kembalinya Penjurusan di SMA, Inikah yang Dicari?

Kata Netizen
Potensi Animasi dan Kerja Kolaborasi Pasca Film 'Jumbo'

Potensi Animasi dan Kerja Kolaborasi Pasca Film "Jumbo"

Kata Netizen
Apa yang Berbeda dari Cara Melamar Zaman Dulu dan Sekarang?

Apa yang Berbeda dari Cara Melamar Zaman Dulu dan Sekarang?

Kata Netizen
Cerita dari Subang, tentang Empang dan Tambak di Mana-mana

Cerita dari Subang, tentang Empang dan Tambak di Mana-mana

Kata Netizen
Benarkan Worklife Balance Sekadar Ilusi?

Benarkan Worklife Balance Sekadar Ilusi?

Kata Netizen
Langkah-langkah Memulai Usaha di Industri Pangan

Langkah-langkah Memulai Usaha di Industri Pangan

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau