Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ariana Maharani
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Ariana Maharani adalah seorang yang berprofesi sebagai Dokter. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Menjunjung Tinggi Kejujuran dalam Menghimpun Data Stunting

Kompas.com, 20 November 2023, 14:26 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Jika membicarakan sebuah data, sebagai seorang dokter saya termasuk orang yang memiliki tingkat skeptisisme cukup tinggi. Apalagi di era sekarang ini pemerintah sedang gencar menyampaikan bahwa data adalah bagian yang begitu vital dan krusial dalam konsep pembangunan berkelanjutan.

Dengan banyaknya data yang disajikan pemerintah terkait berbagai hal, saya tidak mau serta-merta percaya yang selama ini sudah dihimpun dari berbagai daerah.

Hal ini bukan berarti saya sebagai dokter tidak menghargai segala usaha yang telah dilakukan para enumerator hingga penyaji data di berbagai level pemerintahan. Bukan pula begitu saja melakukan generalisasi bahwa seluruh data di Indonesia adalah data-data yang kiranya tidak dapat dipercaya dan patut dipertanyakan transparansinya.

Agar lebih jelas, coba kita lihat data pravelansi stunting di setiap wilayah yang ada di Indonesia. Di Indonesia, stunting merupakan isu prioritas nasional yang masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2020-2024.

Maka tak heran bila dukungan pendanaan untuk upaya penurunan stunting ini telah diberikan dalam jumlah yang begitu besar melalui berbagai kanal penyaluran yang sesuai dengan tugas dan kewenangannya masing-masing.

Penyaluran dana untuk upaya penurunan stunting itu juga melibatkan seluruh pemangku kepentingan yang terlibat langsung agar pelaksanaan program penurunan stunting dapat berjalan secara terintegrasi dan kolaboratif.

Artinya dengan dana yang besar juga isu yang diprioritaskan akan memacu setiap daerah berlomba-lomba untuk bisa menurunkan angka stunting sebanyak yang mereka bisa.

Meski begitu akan ada dua kemungkinan yang terjadi terkait upaya penurunan stunting di tiap daerah ini. Pertama, setiap pemerintah daerah benar-benar mengoptimalkan serapan dana dengan baik, membentuk sistem serta kebijakan yang baik sehingga dampaknya dapat terukur, menciptakan program inovatif sekaligus kreatif untuk menurunkan angka stunting, melakukan monitoring dan evaluasi yang ketat dan terarah, juga pada akhirnya mampu mempertanggungjawabkannya.

Dengan begitu mereka kemudian bisa menunjukkan hasilnya dalam bentuk data-data yang kredibel lalu dari data tersebut dapat digunakan oleh pemerintah pusat sebagai landasan kebijakan selanjutnya sebagaimana tujuan utama yang hendak diraih, yakni pembangunan yang berkelanjutan.

Kedua, di sisi lain akan ada kemungkinan kecurangan dengan memanipulasi data dan lain sebagainya dengan tujuan agar daerahnya masing-masing dapat terlihat lebih berprestasi dibanding daerah lainnya.

Kemungkinan-kemungkinan adanya kecurangan ini lah yang membuat kita sebaiknya tidak langsung percaya bila menemukan data-data yang disajikan, termasuk juga soal penanganan stunting di Indonesia.

Akan tetapi, bagaimanapun hasilnya tentu perlu dipertanggungjawabkan apa adanya oleh setiap pemerintah pelaksana, baik daerah maupun pusat. Sebab itulah konsep yang diperlukan dalam pembangunan berkelanjutan, kejujuran dalam mempertanggungjawabkan data.

Hal kunci agar segala proses ini berjalan dengan lancar adalah transparansi data jumlah anak stunting di tiap daerah. Transparansi data ini penting agar program percepatan penurunan stunting seperti apa yang dicita-citakan bersama dapat segera terwujud.

Harapannya tentu semoga tidak ada pihak mana pun, termasuk pemerintah daerah maupun pusat, yang tidak jujur atau tidak transparan dalam menyampaikan data stunting agar pembangunan dapat terus dilakukan secara berkelanjutan.

Seluruh pihak yang terlibat harus menaruh perhatian yang serius pada isu stunting dan mewujudkan kesungguhannya dengan memahami urgensi di balik mengapa stunting merupakan isu prioritas nasional. Berbagai cara bisa ditempuh, seperti salah satunya berkolaborasi multidisiplin perlu dilakukan, mengingat stunting adalah masalah multifaktorial, demi mendorong Indonesia maju.

Sebagai penutup, sekali lagi, hadirnya tulisan ini bukan berarti bahwa saya tidak menghargai segala usaha yang telah dilakukan oleh para enumerator hingga penyaji data di berbagai level pemerintahan, terutama terkait isu stunting.

Selain itu bukan pula berarti melakukan generalisasi bahwa seluruh data di Indonesia adalah data-data yang tidak bisa dipercaya.

Sejatinya, apa yang diharapkan adalah segala kemuliaan yang seharusnya diwujudkan dalam bentuk transparansi data tidak dan jangan sampai ternodai oleh politik-politik yang manipulatif demi keuntungan individu maupun kelompok tertentu yang berdampak pada kualitas strategi-strategi pembangunan selanjutnya.

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Mempertanggungjawabkan Data Stunting dengan Jujur"

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya
Pacaran Setelah Menikah, Obrolan Berdua Jadi Kunci
Pacaran Setelah Menikah, Obrolan Berdua Jadi Kunci
Kata Netizen
Perlukah Ranking Akademik Masih Dicantumkan di Rapor?
Perlukah Ranking Akademik Masih Dicantumkan di Rapor?
Kata Netizen
Perpustakaan Kab. Semarang yang Tak Pernah Menolak Pembacanya
Perpustakaan Kab. Semarang yang Tak Pernah Menolak Pembacanya
Kata Netizen
Bukan Sekadar Bayar, Mengapa Kita Enggan Melunasi Utang?
Bukan Sekadar Bayar, Mengapa Kita Enggan Melunasi Utang?
Kata Netizen
Dilema Pekerja Antarkota: Hujan, Perjalanan, dan Daya Tahan Tubuh
Dilema Pekerja Antarkota: Hujan, Perjalanan, dan Daya Tahan Tubuh
Kata Netizen
Di Balik Medali Emas Patricia Geraldine di SEA Games 2025
Di Balik Medali Emas Patricia Geraldine di SEA Games 2025
Kata Netizen
Kenapa Topik Uang Bisa Jadi Sensitif dalam Rumah Tangga?
Kenapa Topik Uang Bisa Jadi Sensitif dalam Rumah Tangga?
Kata Netizen
Urgensi Penataan Ulang Sistem Pengangkutan Sampah Jakarta
Urgensi Penataan Ulang Sistem Pengangkutan Sampah Jakarta
Kata Netizen
Kini Peuyeum Tak Lagi Hangat
Kini Peuyeum Tak Lagi Hangat
Kata Netizen
Membayangkan Indonesia Tanpa Guru Penulis, Apa Jadinya?
Membayangkan Indonesia Tanpa Guru Penulis, Apa Jadinya?
Kata Netizen
Resistensi Antimikroba, Ancaman Sunyi yang Semakin Nyata
Resistensi Antimikroba, Ancaman Sunyi yang Semakin Nyata
Kata Netizen
Ketika Pekerjaan Aman, Hati Merasa Tidak Bertumbuh
Ketika Pekerjaan Aman, Hati Merasa Tidak Bertumbuh
Kata Netizen
'Financial Freedom' Bukan Soal Teori, tetapi Kebiasaan
"Financial Freedom" Bukan Soal Teori, tetapi Kebiasaan
Kata Netizen
Tidak Boleh Andalkan Hujan untuk Menghapus 'Dosa Sampah' Kita
Tidak Boleh Andalkan Hujan untuk Menghapus "Dosa Sampah" Kita
Kata Netizen
Tak Perlu Lahan Luas, Pekarangan Terpadu Bantu Atur Menu Harian
Tak Perlu Lahan Luas, Pekarangan Terpadu Bantu Atur Menu Harian
Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau