Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Selain hard skill, seorang apoteker juga harus memiliki soft skill yang memadai untuk menunjang pekerjaan kefarmasian yang dilakukannya.
Jadi, ketika seorang calon apoteker mesti paham apa saja kewenangan apoteker sebagai penanggung jawab teknis di fasilitas produksi, distribusi, dan pelayanan sediaan farmasi.
Ilmu-ilmu dasar mengenai standar mutu produksi, distribusi, dan pelayanan sediaan farmasi dapat diperoleh melalui perkuliahan maupun praktik kerja profesi apoteker (PKPA) sekaligus akan menjadi hard skill seorang apoteker.
Paling tidak ada 3 keterampilan, seperti Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB), dan standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit/apotek.
Kemudian ketika melaksanakan tugas dan tanggung jawab kefarmasiannya, seorang apoteker juga harus memiliki kualitas peran profesional yang dikenal dengan konsep 10 Stars of Pharmacist.
Konsep awalnya sendiri adalah 7 Stars of Pharmacist yang dicetuskan oleh WHO pada The 3rd WHO Consultative Group on the Role of the Pharmacist di Vancouver, Kanada pada tahun 1997.
1. Care-giver
2. Decision maker
3. Communicator
4. Leader
5. Manager
6. Life-long-learner
7. Teacher
8. Researcher
9. Entrepreneur
10. Agent of Positive Change
Sehingga profesi Apoteker disumpah untuk menjalankan pekerjaannya seumur hidup sesuai dengan kompetensinya untuk kepentingan kesehatan masyarakat.
Oleh sebab itu, kompetensi apoteker harus terus diperbaharui sebagai bentuk implementasi kualitas apoteker sebagai long-life learner.
Soft Skill yang Perlu Dimiliki Apoteker
Ada beberapa soft skill yang penting untuk dikuasai oleh seorang apoteker.
Sebaiknya soft skill ini mulai diasah sejak calon apoteker (yang kini didominasi oleh generasi Z) menempuh pendidikan di level universitas.
1. Digital Literacy
Digitalisasi merupakan sesuatu yang tidak bisa hindari di masa sekarang ini. Apalagi ketika mengimplementasikan peran apoteker sebagai Life-long learner, apoteker tidak boleh malas meng-upgrade dirinya dalam hal digitalisasi, termasuk literasi digital.
Banyak sekali informasi terkait ilmu dunia kefarmasian di luar sana yang yang terus berkembang dengan sangat cepat.
2. Communication
Ketika menjalani pekerjaan kefarmasiannya, apoteker akan terus berinteraksi dengan orang lain baik secara verbal dan non-verbal.
Kepada siapa saja, paling tidak yang terkait dengan pekerjaan seperti pasien, rekan sejawat dan tenaga kesehatan/tenaga medis lainnya.
Hal semacam itu bermanfaat bagi Apoteker untuk membaca situasi, kapan mesti bernegosiasi dan berkompromi, kapan mesti tegas dengan keputusan, hingga menggunakan bahasa yang tepat ketika berkomunikasi dengan orang awam
3. Critical thinking (problem solving)
Saat menjalani tugasnya, seorang Apoteker juga mesti bisa berpikir dengan kritis.
Itu yang akhirnya bisa membiasakan diri untuk berpikir dengan menitikberatkan pada usaha preventif, terutama dalam menyusun sistem mutu.
Apalagi ketika dihadapkan pada suatu masalah, apoteker diharapkan mampu menganalisis dan mengevaluasi tindakan perbaikan dan pencegahan yang diperlukan.
4. Integrity, flexibility, dan etos kerja
Konsisten menjaga integritas dirinya, tetapi mesti fleksibel. Seorang apoteker bisa menilai dan memilah hal-hal apa saja yang masih bisa ditoleransi dan mana yang tidak.
Etos kerja yang baik perlu terus dipelihara secara konsisten untuk meminimalisir risiko pekerjaan yang tidak perlu.
5. Time management
Ada banyak sekali tugas dan tanggung jawab yang dijalankan sesuai standar mutu yang ditetapkan dan sesuai kode etik profesi.
Sehingga rutinitas kerja seorang Apoteker memiliki tanggung jawab teknis di fasilitas produksi/distribusi/pelayanan farmasi.
6. Team work
Saat bekerja di suatu instansi/fasilitas, apoteker tidak hanya bekerja seorang diri. Ia harus mampu beradaptasi ketika bekerja dalam tim.
Tidak bersikap egosentris dan mau bekerja sama dengan orang lain, baik yang memiliki maupun tidak memiliki latar pendidikan yang sama.
7. Managerial & leadership
Dalam sebuah jabatan struktural, apoteker itu memiliki kemampuan manajerial dan kepemimpinan yang baik.
Hal-hal yang bisa dilakukan seperti koordinasi tim yang baik, mengawasi jalannya kerja tim, memberikan contoh etos kerja yang baik pada tim.
Namun, ini yang juga calon Apoteker pahami, bahwa soft skill tidak akan langsung diperoleh saat apoteker bekerja di suatu instansi, melainkan diperoleh secara bertahap.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Soft Skill Penting yang Harus Dimiliki Apoteker"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.