Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Amidi
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Amidi adalah seorang yang berprofesi sebagai Dosen. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Fenomena "Makan Tabungan", Kenapa Bisa Makin Marak?

Kompas.com - 30/06/2024, 22:31 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Fenomena sepinya pasar dan "kegairahan" pelaku bisnis dalam melakoni unit bisnisnya mulai menurun.

Fenomena tersebut terjadi karena masyarakat yang tergolong kelas (ekonomi) menengah terlebih kelas (ekonomi) bawah beberapa tahun terakhir sudah mengurangi konsumsinya.

Pendapatan mereka tergerus dan/atau turun. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan atau melakukan konsumsi, mereka terpaksa "mengorek tabungan" atau biasa disebut dengan "makan tabungan".

Pendapatan Turun

Pendapatan turun yang menyebabkan masyarakat "makan tabungan" tersebut sudah berlangsung dua tahun terakhir ini.

Mandiri Spending Index (MSI) mencatat tren masyarakat kelas menegah bawah "makan tabungan" sudah terjadi sejak April 2023 dan masih akan berlanjut hingga tahun 2024.

Semua kelas masyarakat Indonesia mengalami penurunan kondisi penghasilan terutama kelas menengah bawah.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan bloomberg Technoz, kelas menengah bawah yang memiliki penghasilan 2,1 juta hingga 4 juta per bulan, mencatat penurunan indeks penghasilan saat ini paling tajam, pada Mei yaitu hingga 8 poin.

Sementara kelompok di bawahnya, penghasilan 1 juta hingga Rp. 2 juta tergerus tipis. Sedangkan konsumen dengan pengeluaran di atas Rp. 4 juta dan di atas Rp. 5 juta, juga turun 1,4 poin dan 4,4 poin.

Menurunnya pendapatan ini sebenarnya terjadi saat pandemi. Sayangnya, itu bertahan sampai saat ini. Tidak sedikit pekerja yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

Kemudian, bagi masyarakat yang memperoleh pendapatan dari melakukan bisnis, bisnisnya stagnan dan turunnya permintaan atau daya beli, sehingga menyebabkan pendapatan mereka ikut menurun.

Itu baru dari satu faktor, ada faktor lain yang juga memengaruhi yaitu harga-harga terus naik.

Contoh Beban Nyata

Dalam fenomena yang ada, kita bisa menyimak apa yang dirasakan.

Contoh sederhana, dalam satu keluarga dengan lima anggota keluarga hanya Ayah yang bekerja. Pendapatan yang didapat lebih kurang 5 juta per bulan.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Frugal Living sampai Ekstrem, Adakah yang Dirugikan?

Frugal Living sampai Ekstrem, Adakah yang Dirugikan?

Kata Netizen
Sumpah Pemuda dan Kesadaran Berbahasa Indonesia

Sumpah Pemuda dan Kesadaran Berbahasa Indonesia

Kata Netizen
Bagaimana Antisipasi Penularan Wabah Penyakit Sapi Ngorok?

Bagaimana Antisipasi Penularan Wabah Penyakit Sapi Ngorok?

Kata Netizen
Ini Alasan Kompos Disebut sebagai 'Emas Hitam'

Ini Alasan Kompos Disebut sebagai "Emas Hitam"

Kata Netizen
Kenali Motif Penipuan di Industri Jasa Keuangan

Kenali Motif Penipuan di Industri Jasa Keuangan

Kata Netizen
Kapan Memulai Chemistry dengan Calon Mertua?

Kapan Memulai Chemistry dengan Calon Mertua?

Kata Netizen
Akhir Kisah Erik ten Hag dan Manchester United

Akhir Kisah Erik ten Hag dan Manchester United

Kata Netizen
Bagaimana Menghadapi Perundungan di Tempat Kerja?

Bagaimana Menghadapi Perundungan di Tempat Kerja?

Kata Netizen
Bisakah Kota Global Direalisasikan di Indonesia?

Bisakah Kota Global Direalisasikan di Indonesia?

Kata Netizen
Masih Adakah Harapan di Tengah Keputusasaan?

Masih Adakah Harapan di Tengah Keputusasaan?

Kata Netizen
Dodol Wijen, Dodol Tradisional dari Desa Serdang Kulon

Dodol Wijen, Dodol Tradisional dari Desa Serdang Kulon

Kata Netizen
Penulis dan Penerbit Merugi di Hadapan Pembajakan Buku

Penulis dan Penerbit Merugi di Hadapan Pembajakan Buku

Kata Netizen
Apa Saja yang Disiapkan Sebelum Jelajah Pulau Jeju, Korea Selatan?

Apa Saja yang Disiapkan Sebelum Jelajah Pulau Jeju, Korea Selatan?

Kata Netizen
Oktober sebagai Bulannya Para Penyayang Hewan, Kenapa?

Oktober sebagai Bulannya Para Penyayang Hewan, Kenapa?

Kata Netizen
Praktik Joki Ilmiah, Bagaimana Menghilangkannya?

Praktik Joki Ilmiah, Bagaimana Menghilangkannya?

Kata Netizen
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau