Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Bila dirunut, uang sebesar itu jika digunakan unutk memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak, mungkin tidak cukup.
Maka yang akan terjadi adalah Ayah memutar otak bagaimana untuk mencukupi kebutuhan keluarganya dengan pendapatannya.
Dari pendaptannya itu, mesti dipilih dan pilah, mana yang digunakan untuk biaya sekolah anak dan mana yang mesti digunakan untuk membayar cicilan.
Jadi seiring berjalannya waktu tidak heran kalau fenomena "makan tabungan" mulai merebak. Bahkan lama-lama tabungan habis.
Lakukan Terobosan
Dalam mencari solusi persoalan yang satu ini, sedapat mungkin menggenjot pertumbuhan ekonomi dengan mendorong variabel ekonomi yang akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi, seperti invesatsi dan ekspor.
Menggiring investasi yang menciptakan multiplier effect yang besar, bukan semata investasi yang tidak banyak menyerap tenaga kerja.
Kemudian langkah yang juga tak kalah penting adalah bagaimana menekan ketimpangan yang cendrung membesar di dunia kerja dan kalangan masyarakat luas.
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Mengapa Fenomena "Makan Tabungan" dan Menahan Konsumsi Makin Marak?"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.