Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Warung ini pun harus menampung hasil pangan yang berasal dari hasil petani dan peternak lokal yang sudah dinyatakan layak oleh pihak berwenang untuk menjamin kebersihan, kesehatan bahan pangan yang dibagikan.
Agar lebih merata, pelaksana program harus membagi giliran pembelian bahan pangan kepada petani/peternak setiap musimnya, agar tidak terjadi kecemburuan sosial. Dengan syarat jika ingin kebagian giliran, maka harus meningkatkan kualitas pangan yang dikelola.
Misal, untuk MBG bulan Januari, membeli kentang dari petani A, membeli ayam dari peternak B, dan bahan lain dari para petani/peternak lain.
Bulan berikutnya harus gantian, giliran petani B yang menjual hasil kentangnya dan peternak C yang menjual hasil ternaknya. Dengan catatan, dibeli dengan harga layak.
Selain mendukung program MBG, ini juga bisa berimbas pada peningkatan ekonomi rakyat/masyarakat setempat.
Para petani dan peternak lebih semangat dan lebih sejahtera karena mereka memiliki pasar yang jelas -- dibeli oleh pemerintah dan disalurkan pada orang lain yang notabene adalah para tetangganya sendiri.
Jadi, tidak ada tangan perantara, bahan makanan langsung dari petani/peternak dan dikonsumsi dimasak sendiri di setiap rumah. Selain anaknya bisa makan, seluruh anggota keluarga bisa kebagian.
2. Tugaskan Sekolah untuk Menyelenggarakan MBG Secara Langsung
Mungkin ini berat. Karena sekolah harus memiliki dapur umum yang memadai dan tenaga yang banyak untuk menyelesaikan masakan. Meskipun nyatanya sistem ini banyak dilakukan oleh pesantren.
Mereka memiliki dapur dan para tenaga kerja yang berperan sebagai juru masak. Makanan diproses setiap hari dan makan dalam keadaan hangat dengan sistem parasmanan.
Bagi sebagian sekolah mungkin masih terkesan ribet dan rumit karena belum terbiasa.
Namun dengan begini, kiranya dapat meminimalisir "pemangkasan" dana MBG karena dana turun sejumlah siswa yang tercatat di data dapodik dikalikan dengan nominal jatah siswa per porsi makan. Menu makan bisa dibuat secara maksimal. Bergizi juga kenyang.
Jika misal harus memilih jasa catering khusus, maka sekolah harus memastikan bahwa pihak yang diajak kerja sama adalah pihak yang bertanggung jawab. Sekolah wajib memiliki badan (bagian yang bertugas khusus) untuk mengawasi penyediaan MBG.
Namun dengan begini sekolah pun bisa memiliki banyak alternatif pilihan yang bisa memungkinkan menu yang lebih bervariasi.
Kalau ingin menjadwal menu sehat setiap harinya (lewat catering khusus atau tenaga kerja sekolah yang diberi tugas masak) atau sesekali pesan ke resto terpercaya yang sanggup menyediakan menu sejumlah siswa.