Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Saya menggunakan bambu panjang untuk memutar kompos di bagian dalam. Meski tidak seampuh pengadukan dengan sekop dan juga tidak mudah (karena kompos yang jarang diaduk akan mengeras), setidaknya hal ini dapat memasukkan sedikit oksigen ke sela terdalam kompos.
2. Membutuhkan area yang luas
Wujud komposter drum yang besar dan tinggi membuatnya memerlukan area yang luas untuk ditaruh.
Terlebih jika kamu tinggal di perumahan dengan area luar terbatas maka akan kesulitan dengan komposter drum ini.
Berbeda dengan komposter ember yang kecil dan bisa ditaruh di dapur, komposter drum harus ditaruh di luar rumah karena bentuknya yang besar bisa mengganggu aktivitas di dalam rumah.
Namun jika kamu memiliki pekarangan yang luas, maka tidak ada salahnya untuk memakai komposter drum.
Saya sendiri menaruh komposter ini di area kebun bersamaan dengan tanaman. Jadi ketika ada kompos yang sudah jadi, saya bisa langsung mengaplikasikannya pada media tanam.
3. Harga yang mahal
Dibanding jenis komposter lainnya, komposter drum memang termasuk di kategori mahal.
Untuk compost bag ukuran 50 hingga 200 liter, dihargai antara 45 - 100 ribu rupiah. Kemudian ada komposter ember yang harganya berkisar 80 ribu hingga 200 ribu rupiah.
Berbeda jauh dengan komposter drum yang kapasitas terkecilnya dibandrol dengan harga 300 ribu hingga 1 juta.
Mahalnya harga komposter drum tentu sebanding dengan kelebihannya yang tidak didapat dari komposter lain.
Jadi, apakah kamu sudah memutuskan untuk pakai kompoter drum, Kompasianer?
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Suka Duka Mengompos dengan Komposter Drum"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.