
Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Jika bisa disebutkan, adakah tempat wisata yang membuat hati tenang bukan hanya karena keindahan alamnya, tapi juga karena pengelolaannya terasa manusiawi dan tertib?
Itulah kesan yang saya rasakan saat menjejakkan kaki di Pulau Merak Besar, sebuah destinasi wisata laut yang kini mulai ramai dikunjungi di kawasan Merak, Kota Cilegon, Banten.
Perjalanan Menuju Pulau Merak Besar
Perjalanan dimulai dari Kota Bogor di pagi hari, dengan harapan bisa pulang di hari yang sama. Rute perjalanan cukup mudah: menggunakan KRL Commuter Line menuju Jakarta, lalu ke Rangkasbitung. Dari sana, perjalanan dilanjutkan dengan kereta tujuan Merak.
Setibanya di Stasiun Merak, sejumlah angkot sudah menunggu di luar stasiun. Para sopir dengan ramah menawarkan tumpangan menuju lokasi penyeberangan.
Tidak ada kesan “nembak tarif” atau tawar-menawar berlebihan seperti yang kadang ditemui di kawasan wisata lain. Semua berjalan wajar dan tertib.
Ternyata, hal ini bukan kebetulan. Di balik keteraturan itu, ada peran komunitas lokal yang sedang membangun sistem wisata berbasis profesionalisme dan kolaborasi.
Tertib Sejak Dermaga
Setelah menuruni angkot, pengunjung akan diarahkan menuju dermaga kecil bernama D’Jetty Medaksa Sebrang. Dari sinilah perjalanan menuju Pulau Merak Besar dimulai.
Harga tiketnya Rp20.000 per orang—sudah termasuk ongkos perahu dan biaya masuk pulau. Perahu bermesin tempel berbahan fiberglass ini mampu mengangkut 8–12 penumpang dan dilengkapi pelampung keselamatan.
Meski laut terkadang berombak, penyeberangan terasa aman dan teratur. Saat laut terlalu tinggi, operasional bahkan bisa dihentikan demi keselamatan.
Pagi itu, saya melihat bagaimana petugas memanggil penumpang berdasarkan nomor antrean dengan bantuan megafon—tertib dan terorganisasi.
Pulau yang Asri dan Menenangkan
Begitu tiba, suasana Pulau Merak Besar terasa menyejukkan. Hamparan pasir putih berpadu dengan birunya laut, sementara di kejauhan terlihat kapal feri lalu-lalang dari dan ke Pelabuhan Bakaheuni, Lampung.
Pulau ini masih menyimpan keasrian alami. Beberapa monyet hutan berkeliaran dengan tenang, sesekali menikmati potongan buah yang disiapkan pengelola.