Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com
Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Merekam Kota: Orkes Melayu dari Pulau Timor"
"Setiap hari adalah masa lalu, yang tercipta untuk masa depan" (Armi Radja Djawa)
Perjalananku menyusuri kota untuk mendapatkan bahan tulisan di siang yang panas, berakhir di sebuah bangunan tua. Bangunan tua dengan arsitektur Belanda, persis bersebelahan dengan Gereja Masehi Injili Timor (GMIT) Kota Kupang.
Sejarah mencatat, bahwa Belanda pernah menjejakkan kakinya di atas Pulau Timor untuk memperkuat kedudukannya di Indonesia.
Gereja GMIT dan juga rumah residen Hindia Belanda, menjadi bagian dari bukti sejarah kehadiran Belanda dengan politik ekonominya untuk menguasai rempah-rempah di Indonesia bagian timur.
Bangunan tua dengan lima ruangan yang lebar itu, terlihat kokoh dan sangat terawat. Gereja diberi peran untuk turut merawat bangunan tersebut. Langit-langitnya tinggi, dan sirkulasi udara di dalamnya lancar dengan bukaan jendela yang luas.
Rupanya itu hari keberuntunganku. Sekelompok anak muda pencinta sejarah sedang mengadakan pameran yang diberi edisi “Merekam Kota”.
"Generasi yang mengabaikan sejarah tidak memiliki masa lalu dan tidak memiliki masa depan." (Robert A. Heinlein)
Mereka adalah anak-anak muda dengan berbagai kompetensi dan latar belakang, bekerja keras untuk menghadirkan cuplikan sejarah yang direkam dalam foto dan cerita.
Kelompok anak muda yang kreatif ini mengumpulkan berbagai kisah dari tahun 1950-an.
Cerita masa lalu tersebut mereka dapatkan dari album kenangan beberapa keluarga yang masih tersimpan dengan rapi, dari saksi hidup yang diwawancara dan juga dari sumber literasi lainnya yang dapat dipercaya.
Kisah indah yang nyaris terlupakan ini kemudian dirangkum dalam catatan, rangkaian foto yang dicetak kembali dan dipamerkan ke publik.
Ada kisah romansa yang tertuang dalam kolase foto dan kesan pesan yang terekam. Mulai dari orang Tionghoa di Kota Kupang, yang terdampak peraturan pemerintah pada masa itu dan terpaksa dipulangkan ke Tiongkok. Serta ada pula kisah perjalanan dunia olahraga di Kota Kupang.
Cempaka, Sedap Malam, dan Setanggi Timor
Satu hal yang paling menarik perhatianku ialah tentang musik yang hidup pada masa itu.